Mei & Juni Update for New Author Reading Challenge 2014

Friday, June 27, 2014


Sebenarnya ini masih nggak banyak, tapi kalau dibandingkan dengan periode Maret-April, ini agak meningkat. Level challenge aku meningkat juga ya, jadi MIDDLE. Semoga bulan mendatang bisa lebih banyak lagi ya :)

[Review] Heart Out by Fei

But I think... you just refused to grow up and take every-chance to avoid responsibility and complexity.” (hal. 21)

Judul: Heart Out
Penulis: Fei
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 264 halaman
Rating: ★★★★
Harga: Rp. 45.000,-

---

Siapa sangka kalau ternyata Heartbreakers mengalami masa liburan selama satu bulan? Bagi Leon, hal tersebut cukup aneh, mengingat jika libur dalam waktu yang cukup lama, itu artinya mereka sedang bermasalah. Namun, ia tidak terlalu memikirkannya. Selama masa liburan, Leon banyak menghabiskan waktunya di rumah, ngobrol bareng Lana ataupun kembali kepada dirinya yang dulu, nge-game nggak tau waktu.

Yeah, sometimes I got in trouble for being too blunt.” (hal. 82)
Satu hari, datanglah Darwin ke rumah Leon bermaksud meminta tolong. Darwin ini adalah teman sesama gamer Leon yang sudah kenal Leon cukup lama. Makanya, kedatangan Darwin kali ini untuk meminta tolong kepada Leon dalam membantu proyek game yang sedang digagas Darwin, LunaSol. Darwin bermaksud meminta tambahan modal untuk perbaikan game LunaSol.

Mindset lo tuh mesti positif dari awal, karena dengan begitu, lo udah lima puluh persen menuju keberhasilan. Jangan mikiran gagal, deh, pokoknya kerja keras aja biar semua berhasil. Percaya, deh, lo pasti bisa.” (hal. 95)
Sayangnya, masalah datang ketika ternyata papa Leon mengetahui hal itu. Alhasil, terjadi pertengkaran yang lama antara ayah dan anak tersebut. Belum lagi, waktu liburan Leon hanya beberapa minggu lagi. Jadi, bagaimana ya? Apa Leon bisa membantu Darwin dalam proyek LunaSol-nya? Bagaimana dengan papa Leon yang marah? Baca selengkapnya di Heart Out.

***

Sempat menunda bikin review buku ini karena terlalu malas, hehe maaf ya. Ternyata bikin review-nya singkat aja, karena apa? Karena Heart Out (menurutku) lebih baik daripada Heart Attack, serial Heartbreakers yang pertama.

Kalau Heart Attack menceritakan perjuangan Axel dalam membangun karier di dunia keartisan, lain halnya dengan Heart Out.  Kali ini, Heart Out menceritakan tentang perjuangan Leon—si maniac gamer yang usil—dalam berbisnis di dunia game. Cerita tentang boyband Heartbreakers-nya sih, nggak terlalu banyak, karena cerita lebih fokus bagaimana jatuh-bangunnya Leon dalam usaha game bareng Darwin ini.

“Informasi adalah raja–jangan pergi berperang sebelum tahu benar apa yang kamu hadapi.” (hal. 104)
Cukup bisa membayangkan bagaimana keadaannya. Aku heran, jangan-jangan Kak Fei ini gamer juga, jadi cukup tahu betul gimana-gimananya soal game (emang gimana ?). Ah iya, aku lupa review tentang adiknya Leon ya? Yap, Lana itu adiknya Leon yang menurutku lebih dewasa dari Leon, walau doi sebenarnya lebih hiperaktif. Nah, Lana ini juga bangun bisnis kecil-kecilan bareng teman kuliahnya, Jocelyn. Dan si Jocelyn ini punya impact yang besar banget dalam pengaruhnya ke Leon, ya mungkin tau lah gimana kelanjutannya tanpa dikasih spoiler, walau lagi-lagi cerita romance-nya agak menggantung. Kita tungguin aja yuk serial Heartbreakers yang ketiga dari Kak Lia, pasti digali dari sudut Sandro. Heheh...
“Yang penting jangan kelamaan bilang sukanya, Le. Dan jangan pernah lepasin cewek yang lo suka, sebelum akhirnya lo nyesel karena nggak punya kesempatan lagi.” (hal. 237)

[Review] Heart Attack by Clara Canceriana


“Tiap orang punya sesuatu yang berbeda dari orang lain. Itu yang bikin spesial.” (hal. 198)

Judul: Heart Attack
Penulis: Clara Canceriana
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 240 halaman
Rating: ★★★
Harga: Rp. 55.000,-

---

HEARTBREAKERS sedang bermasalah, selain karena leader mereka—Dima—menghilang, mereka juga harus menemukan anggota baru. Beruntung, Pak Dedy—managing director Popster Entertainment—sudah menemukan orang yang tepat menurutnya untuk ditempatkan dalam posisi lead vocal, Neil Axel Tjahyadi. Axel menyetujui penawaran tersebut dengan alasan bahwa dengan bergabungnya ia ke dalam boyband tersebut, akan membuat seseorang merasa kagum kepadanya, Kirana Angelica.

“Dalam interaksi manusia, tidak ada hal yang mudah. Juga tidak ada yang menjadi standardisasi dalam sebuah pertemanan. Jadilah diri kalian apa adanya. Terima rekan kalian apa adanya,” (hal. 112)
Sayangnya, bukan rasa kagum yang ia dapat dari Kirana, melainkan hanya sebuah tanda selamat–which is–biasa aja. Belum lagi, personil dari HEARTBREAKERS yang menurutnya jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya di televisi. Sandro, yang kini menjadi leader, aslinya ternyata galak dan Leon, si maniac gamer yang ternyata cukup menyebalkan.

“Bukan masalah bagaimana lo bisa terpilih, tapi bagaimana lo justru menunjukkan tanggung jawab lo. Ini bukan hal mudah, San, tapi gue percaya lo bisa dan lo mampu, kok. Ini proses. Lo hanya belum tahu cara apa yang harus lo lakukan.” (hal. 99)
Belum lagi, masalah datang bertubi-tubi ketika Axel sedang berjalan-jalan di mal bareng Kirana. Banyak yang menuduh kalau mereka berpacaran, padahal sebelumnya Axel menyatakan dalam press conference kalau ia tidak memiliki hubungan apapun dengan seorang perempuan. Masalah makin membesar ketika banyak fans HEARTBREAKERS (Sweethearts) yang menolak Axel bergabung dalam boyband tersebut, wartawan yang memutarbalikkan fakta, serta serentet masalah lainnya yang tidak Axel duga ketika ia menjadi seorang public figure.

“Hidup itu seimbang. Akan ada pro dan kontra. Nggak akan semua orang memojokkan kamu, Dek. Meski banyak haters di luaran sana, selalu ada satu dua orang yang mencintai kamu apa adanya.” (hal. 186)
Lalu, bagaimana ya kisah selanjutnya? Akankah Axel bertahan dengan cobaan-cobaan itu dan berhasil menyelesaikan masalahnya? Bagaimana hubungannya dengan Kirana? Dan bagaimana keberhasilannya dalam HEARTBREAKERS bareng Sandro dan Leon? Baca selengkapnya di Heart Attack.

***

“Tapi, kalau buat gue, impian itu adalah sebuah alasan lo masih hidup. Alasan kenapa lo ngelakuin semua yang lagi lo lakuin sekarang.” (hal. 188)
Yeay, berhasil juga menamatkan buku ini, padahal sudah cukup lama menggapai-gapai dari rak buku. Walaupun ceritanya tidak sesuai dengan ekspetasi awal, tapi tetap senanglah. Karena apa? Karena sekarang aku sudah terkena virus Heart Attack, itu-artinya-sekarang-aku-jadi-fans-HEARTBREAKERS-sebut-saja-aku-Sweetheart

“Ya, lo egois kalau gitu. Semua itu berimbang. Ada hitam putih. Ada suka benci. Kalau lo berharap semua suka sama karya lo, mending lo bikin kolonial sendiri!” (hal. 65)
Dimulai dari cerita, sebenarnya bukunya nggak terlalu banyak membahas tentang kemewahan bagaimana menjadi seorang artis dan kemeriahan showbiz, tapi lebih kepada bagaimana perjuangan tokoh-tokohnya, khususnya Axel dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi, apalagi dia baru bergabung dalam boyband terhits di Indonesia saat itu (?)

“Hm, saya juga nggak paham, kenapa semua orang memandang sebelah mata dan hanya mau tahu hasil yang baik. Mereka mengabaikan proses di belakang semua itu.” (hal. 185)
“Ada, kok. Tapi, kalau saya nyerah gitu aja, saya bukan kalah sama kondisi, tapi kalah sama diri saya sendiri. Dan, musuh manusia yang sebenarnya kan bukan haters atau siapa pun di luaran sana. Tapi, diri sendiri.” (hal. 185)
Beberapa aturan yang hampir diterapkan di banyak boyband adalah seperti dilarangnya berpacaran dari anggota-anggota boyband itu sendiri. Mungkin, bisa jadi mempengaruhi hasil penampilannya. Makanya, dalam cerita ini juga, diceritakan kalau anggota HEARTBREAKERS nggak boleh pacaran, jadi deh ending romance-nya agak menggantung.

“Bukan masalah hak, tapi kalau lo bisa nyingkirin ego lu, itu artinya baru peduli sekitar. Lo tahu? Lo terlalu ansos.” (hal. 119)
“Kalau lo sulit percaya dengan diri lo sendiri, seenggaknya kasih orang lain buat percaya, kalau lo itu emang mampu. (hal. 197)
Kalau dari semua karakternya, aku sih lebih suka Aila, kakaknya Axel. Karena Aila ini tipe kakak yang penyayang dan perhatian sama adiknya *iya beda banget sama aku, haha*. Nah, kalau anggota HEARTBREAKERS sendiri, aku lebih suka Leon, kalau diperhatikan sih mungkin tipe childish yang unyu, dan memang sih serial keduanya, Heart Out menceritakan tentang Leon ini, nanti kita review ya :)

“Musik memang penyembuh luka hati. Tapi, yang paling membebaskan perasaan adalah kata-kata yang jujur. That’s the hardest part of love, I think.” (hal. 146)
Sepertinya bagian yang paling sulit dari cinta adalah memahami makna cinta itu sendiri. (hal. 147)

Wishful Wednesday 18

Wednesday, June 25, 2014

Selamat malam, duh aku hampir lupa kalau ini hari Rabu, rasanya terlalu cepat pas kemarin baru aja bikin Wishful Wednesday 17. Kalau udah libur gini deh, lupa hari, lupa tanggal, dan lupa pacar *oke, abaikan*.

Kali ini, WW yang hampir telat ini lagi ngisi kekosongan aku di hari libur. Entah kenapa, kok rasanya bete dan bosen banget dapat libur sekolah dua minggu ini, nggak ada sama sekali hal yang menyenangkan, nggak ada liburan, nggak ada jalan-jalan, nggak ada temen curhat, dan yah, begitulah, ini bener-bener liburan yang membosankan :(

Analogi Cinta Berdua
Penulis: Dara Prayoga
Penerbit: Bukune
Harga: Rp. 40.000,-

Aku udah mulai jatuh hati banget sama Bang Oka entah sejak kapan. Nggak tau karena apa sih, sebenarnya dia sama aja kayak cowok kebanyakkan, cuma mungkin lebih perhatian, lebih pengertian, dan lebih punya sense of humour yang baik. Di twitter, banyak tweet-nya yang kadang bikin ngakak tapi juga sempat bikin nangis, tapi kalau di blognya, seolah-olah kita akan dapat inspirasi dan setuju apa yang dia tulis disana. Jangan-jangan, Bang Oka punya kepribadian ganda? Hahah...

Dari banyak teman yang udah baca, banyak yang bilang bukunya bagus. Lebih baik dari Analogi Cinta Sendiri yang juga ditulis Bang Oka sebelumnya. Walaupun buku ini lebih pas masuk di genre komedi, tapi nyatanya isinya bisa dimasukkan ke dalam genre horror juga, eh nggak maksudnya, genre lifestyle yang isinya cukup bikin tersayat-sayat :3

1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu.
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlist-nya di hari Rabu =)

[Review] Idolku Cantik by Dimas Abi

Tuesday, June 24, 2014

“Gue pernah beberapa kali jatuh cinta tapi belum ada yang sekuat ini. Ini nggak bisa gue kendalikan. Sukma gue yang kosong, seperti mendadak terisi oleh tetesan air yang menyejukkan. Gue nggak nyangka lumbung hati gue begitu cepat terisi padi-padi cinta.” (hal. 74)

Judul: Idolku Cantik
Penulis: Dimas Abi
Penerbit: Bukune
Tebal: 230 halaman
Rating: ★★★★
Harga: Rp. 40.000,-

---

Siapa yang nggak tahu Kiko Kalingga? Semua mahasiswa di Institut Teknologi Peradaban Jakarta mengenalnya. Bukan, dia bukanlah sejenis maskot kampus. Dia juga bukan spesies gulma yang tumbuh di halaman rektorat. Dia adalah pemuda yang terlahir menjadi pemimpin di kampus teknologi itu. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tapi, nggak ada yang tahu kalau sebenarnya Kiko adalah... SONE alias pecinta SNSD!
Tidak ada yang boleh tahu bahwa seorang Kiko Kalingga, Presiden BEM, orang yang paling terkenal seantero Kampus, orang yang juga cukup disegani oleh kampus lain, adalah pecinta SNSD! (hal. 4)
Hanya satu orang di dunia yang tahu, Widodo alias Dodo yang juga sekaligus sebagai teman Kiko. Teman Kiko dalam keanggotaan BEM yang hobi bikin teh hangat bercampur serbuk putih yang berasal dari rambut gondrongnya, apalagi kalau bukan teh hangat berketombe. Iyyyuuwwwhhh!!
“... Gravitasi ini gue definisikan sebagai arus pemikiran negatif yang ada di sekitar kita. Nah, sebagai mahasiswa kita kudu jadi pembeda, nggak boleh ikut-ikutan, harus jadi mahasiswa yang antigravitasi! Paham maksud gue, kan, Men?” (hal. 17)
Nggak ada yang tahu kalau sebenarnya Kiko sangat mengidolakan girlband dengan sembilan perempuan cantik itu. Ia sering menyetel musik SNSD di kamarnya, walau di luar itu ia berpura-pura membenci SNSD, yang katanya lagu Korea adalah lagu banci, padahal di balik itu semua, ia takut kalau-kalau Kiko malah jadi ikut berjoged.

Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan Cantik Inapratiwi dari kampus lain. Kiko jatuh cinta pada pandangan pertama, ia menyukai Cantik. Sayangnya, ternyata Cantik tidak menyukai SNSD dan segala budaya Korea yang kini makin semarak, baginya itu bisa merusak budaya Indonesia yang ada.
“Banyak riset yang bilang bahwa berteriak merupakan salah satu cara meluapkan emosi secara positif.” (hal. 130)
Nah lho, bagaimana ya jadinya kalau ternyata Kiko sendiri pecinta SNSD? Apa Cantik akan tetap mencintai Kiko sepenuh hati? Baca selengkapnya di Idolku Cantik.

***

Ini komedi fiksi pertama yang aku baca, dan sumpah, bukunya bikin ngakak kejang-kejang. Dan ceritanya memang nggak biasa, tentang seorang Presiden BEM, ketua mahasiswa yang dipandang mempunyai sikap tegas, lugas, dan beringas tapi sayangnya suka sama SNSD. Hahah...

Ketika ditanya ke penulisnya sendiri, memang mengakui kalau Kak Dimas ini juga SONE pecinta SNSD, makanya dia cukup tahu banyak tentang SNSD, dan tentunya anggota-anggotanya yang cantik mulus itu macam Yoona, Taeyeong, Seohyun, dan lain-lain.

Sayangnya, ada juga beberapa kesalahan penulisan, ya walaupun tidak-cukup-mengganggu, tapi nggak ada salahnya buat lebih rapi kan? Ah iya, ditambah tanggal penulisan konser SNSD yang agak kurang tepat, harusnya kan 14 September, hehe. Tapi kalau dilihat ini fiksi, ya nggak papa sih, ya terserah yang nulis aja lah *sewot.
Selain drop out dalam keadaan jomlo, satu hal yang paling dihindari mahasiswa adalah kuliah pagi. Kuliah pagi merupakan momok bagi yang mendefinisikan pagi adalah saat jam weker berbunyi tiga ratus dua puluh kali setelah kokok ayam pertama. (hal. 44)
Satu moral yang bakal kita pelajari adalah, bahwa sebuah hubungan itu harus dilandasi dengan kejujuran, karena kalau pakai tanah itu namanya dipijaki. Oke, nggak lucu, karena lebih lucuan bukunya sih :D
“Kalo udah saling jujur, kita akan menerima pasangan kita apa adanya, Mas,” (hal. 108)

[Review] Filosofi Kopi by Dee Lestari

Cinta tidak hanya pikiran dan kenangan. Lebih besar, cinta adalah dia dan kamu. (hal. 44)

Judul: Filosofi Kopi
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 140 halaman
Rating: ★★★★
Harga: Rp. 47.000,-

---
Filosofi Kopi berisi 18 karangan yang ditulis oleh Dee Lestari. Seperti halnya Madre, judul dari buku ini juga dijadikan sebagai judul pertama karangan cerita.

Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tetapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. (hal. 42)
Filosofi Kopi
Bercerita tentang Ben dan Jody yang membuka sebuah kedai kopi yang sudah cukup terkenal bagi kalangan pecinta kopi. Mereka menamainya Filosofi Kopi: Temukan Diri Anda di Sini. Banyak yang menyukai kopi buatan Ben, tentu saja karena itu hasil dari usaha Ben menemukan ramuan kopi yang enak yang ia pelajari dari banyak tempat di berbagai negara. Namun, Ben merasa semua itu belum cukup karena ia ditantang oleh seorang pengusaha untuk membuatkannya sebuah ramuan kopi yang menandakan kesuksesan yang sempurna.

“... Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan...” (hal. 28)
Mencari Herman
Hera menginginkan seorang lelaki yang bernama Herman, Herman saja, tidak berakhiran –to, –syah, –di. Dia menginginkan Herman saja. Perjalanan hidupnya untuk mencari Herman tentu saja sulit, ia perlu merasakan kesulitan-kesulitan hidup yang membuatnya hampir menyerah. Hingga, ditemukanlah Herman yang sesungguhnya, Herman yang ia cari selama ini.

“Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan.” (hal. 31)
Sikat Gigi
Tio selalu senang jika Egi sedang menyikat gigi. Baginya, selama Egi menyikat gigi—walau hanya dalam tiga menit—itu sudah membuatnya dapat menahan Egi, walau sementara. Baginya, dengan kebiasaan Egi untuk menyikat gigi, Egi bisa sejenak melupakan sesuatu yang seringkali membuat Tio merasa iri.

Angka miliaran tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa bilang cinta tidak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus. (hal. 53)
***

Ini buku kedua Dee yang aku baca setelah sebelumnya Madre. Kalau diperhatikan, sebenarnya bukunya nggak jauh beda dengan Madre, sama-sama tentang cerita, prosa, dan puisi bertema cinta. Bedanya, kalau di Madre bercerita tentang ragi roti, rahim ibu, mercusuar, Filosofi Kopi lebih mengarah pada kopi, kecoak, dan sikat gigi.

Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya. (hal. 68)
Nggak banyak yang bisa aku ceritakan untuk Filosofi Kopi, seolah-olah memang tidak perlu di-review karena semua orang tahu, karya-karya Dee memang selalu baik dan apik. Walau mungkin, ada yang menyukainya, ada juga yang tidak. Aku bisa jadi di antara keduanya, karena sedang membaca buku-buku Dee lainnya.

Banyak hal yang tak bisa dipaksakan, tapi layak diberi kesempatan. (hal. 66)

Wishful Wednesday 17

Wednesday, June 18, 2014

Hallo... lama nggak bikin harapan di Wishful Wednesday karena beberapa minggu terakhir sibuk, baru selesai UKK. Hehe, Alhamdulillah nilai-nilainya memuaskan, tinggal tunggu hari pembagian laporan selama dua semester ini. Doakan semoga harapan seorang pelajar ini terkabul. Amin.

Yuk, kita berangan-angan di Wishful Wednesday, kali ini borongan buku-bukunya GagasMedia *anyway, Gagas lagi rilis banyak buku-buku baru, hmm... lirik dompet mulai tegang, hehe*.

Al dente
Penulis: Helvira Hasan
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 46.000,-


Buku ini masih panas karena tanggal 17 Juni kemarin baru keluar dari cetakan. Hmm... aku suka yang new release, apalagi cover-nya unyu. Jadi ingat pasta, bisa kali ya baca buku ini sambil makan pasta atau spagetti? :D

Unforgiven
Penulis: Eve Shi
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 39.000,-


Eve Shi sejauh yang aku kenal itu penulis buku-buku horor. Nah, makanya selain menambah koleksi buku horor di rak--which is kebanyakan penerbitnya itu Bukune--bolehlah berangan-angan buku ini. Cover GagasMedia memang selalu ciamik.

Monte Carlo
Penulis: Arumi E.
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 55.000,-


Seri STPC terbaru dari GagasMedia hadir lagi, belum sepenuhnya baca Cassablanca yang beberapa minggu lalu baru terbit, eeehhh... udah terbit aja yang baru. Duuh, Gagas bikin aku mupeng :(

Mari Lari
Penulis: Ninit Yunita
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 37.000,-


Sudah ada versi filmnya, tapi aku belum baca bukunya sama sekali. Dari beberapa orang yang sudah baca, katanya memang bagus.

Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 48.000,-


Hampir kehabisan alasan nih karena buku ini diterbitkan pas Hari Ayah Internasional tanggal 15 Juni lalu. Tadinya sih ikut lomba blognya, cuma nggak menang, doakan saja bisa beli buku ini untuk dihadiahkan buat Ayah :D

Love Lock
Penulis: Pia Devina
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 47.000,-


Kalau saja bisa ikut datang ke Jakarta Book Fair waktu lalu, mungkin berkesempatan dapat buku ini sekaligus tanda tangan penulisnya. Abel udah punya buku ini, dan katanya memang bagus, berlatar Jerman pula, tepatnya di wilayah Cologne. Hmm... mungkin bisa pinjam ke Abel ya, tapi maunya sih punya sendiri.

Dan bagaimana dengan kamu? Aku sih mentang-mentang udah absen WW beberapa minggu, makanya harapannya borongan juga. Haha... Yuk, share juga harapanmu minggu ini, jangan sampai absen apalagi telat ya :P 
1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu.
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlist-nya di hari Rabu =)

[Review] Do Rio Com Amor by Ifnur Hikmah

Monday, June 16, 2014

I feel like life is so simple in carnival. (hal. 118)

Judul: Do Rio Com Amor
Penulis: Ifnur Hikmah
Penerbit: teen@noura
Tebal: 273 halaman
Rating: ★★★★★
Harga: Rp. 49.000,-

---

Lola Intania adalah salah satu orang yang beruntung menjadi pemenang kompetisi fashion trip dari Fab.com. Makanya, dia memilih Arletta Wijaya sebagai fashion ambassador yang akan menemaninya, karena yakin Letta akan memilih London sebagai pilihan trip. Sayangnya, harapan Lola gagal, karena ternyata Letta malah memilih destinasi ke Rio de Janeiro, Brazil.

It’s okay to have a dream. And fight for it. (hal. 202)
Di Rio, Lola merasa semuanya sia-sia. Ia tidak terlalu banyak mengetahui mengenai Rio, makanya dia nggak terlalu excited dalam fashion trip-nya ini. Ditambah, Letta aslinya menyebalkan, lebih sering mengutak-atik smartphone-nya dibanding mengobrol dengan Lola. Beruntunglah, Lola berkenalan dengan Marlon Tavarez de Souza, seorang pemuda Brazilian yang ia temui pertama kali ketika sedang menyaksikannya mengamen dengan Lucas—kakaknya—di salah satu perempatan jalan.

Ingat Lola, cowok yang sudah kamu kenal sejak lama bisa saja menyakitimu, apalagi orang asing yang kamu kenal di negara orang. (hal. 136)
Perkenalan dengan Marlon tidak cukup sampai disitu saja, dengan tidak sengaja Marlon bertemu dengan Lola di area hotel ketika Lola merasa sedang badmood akibat ulah Letta. Hingga akhirnya, Marlon menawarkan diri menjadi tour guide-tidak resmi Lola dalam trip-nya ini. Tentu saja Lola mau, selain karena gratis, Marlon juga mempunyai penampilan yang tampan untuk ukuran seorang Brazilian.

I believe in fashion, but now I believe in costume. Fashion bisa membuat kita terlihat berbeda, tetapi kita tetaplah pribadi yang sama. But costume is not like that. Kostum benar-benar membuat seseorang terlihat sangat berbeda dengan dirinya yang sebenarnya. (hal. 116)
“Kostum enggak hanya tentang enak dilihat, tapi juga harus aman dan nyaman dipakai. Bukankah fashion seperti itu?” (hal. 117)
Ada banyak tempat yang dikunjungi keduanya, selain tujuan utamanya adalah Rio Carnival, Marlon mengajak Lola ke tempat-tempat yang belum diketahui Lola, seperti Biblioteca Nacional do Brasil, Teatro Municipal, Salgueiro, Pantai Ipanema, Lapa, Sambodromo, Cinelândia, Pantai Copacabana, dan tempat khas Brazil lainnya. Tapi ternyata, Letta mengatakan kalau Lola terjebak holiday fling.
Ipanema Beach u,u
Biblioteca Nacional do Brasil, perpustakaannya errr...
“Kalau cinta berarti bersama selamanya, aku enggak percaya.” (hal. 247)
Tidak, Lola tidak yakin dan tidak percaya kalau ia benar-benar terjebak dalam holiday fling. Menurutnya, kedekatakan dengan Marlon hanya karena Marlon sering mengajaknya ke tempat-tempat menarik di Rio, ditambah Lola merasa nyaman berada dengan Marlon karena ia bisa bercerita banyak hal pada Marlon, khususnya tentang fashion dan mimpinya menjadi fashion designer. Begitu pula dengan Marlon, selain karena keduanya sama-sama menyukai lagu Wonderwall dari OASIS, Marlon juga sering menanggapi cerita Lola dengan menceritakan mimpinya tentang musik dan harapannya untuk menjadi musisi seperti Noel Gallagher dan tampil di Glastonbury.

Rasanya nyaman bercerita tentang diriku kepada orang yang bernasib sama. Aku didengarkan dan aku juga bisa mendengarkan ceritanya. It’s priceless. (hal. 145)
Lalu, bagaimana ya kelanjutan ceritanya? Apakah Marlon dan Lola benar-benar terjebak holiday fling sementara atau benar-benar jatuh cinta? Bagaimana jadinya kalau mereka berpisah? Dan bagaimana dengan mimpi keduanya—Lola dengan fashion, dan Marlon dengan musik—akankah terwujud? Baca selengkapnya di Do Rio Com Amor.

***

Di tengah suasana ajang Piala Dunia Brazil 2014, aku tidak terlalu antusias menjalaninya. Kalaupun menonton, hanya menonton sekilas dan sekarang hanya cukup mendengar suara televisi yang sedang memutar tayangan berita dari pertandingan Argentina baru saja. Malah, aku lebih excited ketika untuk tahun ini juga, Brazil mengadakan karnaval besar di Rio de Janeiro, sama halnya dengan buku yang baru saja selesai aku baca.

“... I hate follower. Enggak punya jati diri. Bisanya hanya copycat saja. Enggak kreatif.” (hal. 50)

“Enggak semua yang keren di orang lain terlihat keren di tubuhmu. Just be yourself aja apa susahnya, sih?” (hal. 51)

“Kamu bisa belajar di mana saja, Lola, dan berpikirlah out of the box.” (hal. 57)
Do Rio Com Amor menyajikan kisah perjalanan Lola yang mendapat kesempatan fashion trip bersama dengan artis idolanya, Arletta Wijaya. Nggak terlalu banyak hal yang dibahas di prolog ini, karena pasti Lola akan menang *yaiyalah, kalau nggak menang, mana mungkin jadi novel ini, keplak dirikuh*.

Penuturan yang ditulis Kak Iif disini santai dan mudah dipahami banget, khususnya mengenai penuturan fashion yang sama sekali nggak aku pahami. Paling tidak, aku mengerti bahwa yang diuraikan adalah tentang scarf, sepatu, atau mungkin baju, yaaa... nggak terlalu pusing lah karena istilah fashion yang digunakan juga cukup familiar di kalangan remaja sekarang.

“Karena, Lola, cinta itu rumit. Apalagi jika diisi dengan keegoisan. Aku sudah menekan egoku, tapi dia enggak. Egonya mengatakan dia enggak akan bisa selamanya di sisiku karena di seperti sekarang, bebas.” (hal. 233)
Cerita nggak hanya berpusat tentang Lola-Marlon, tapi juga tentang Letta-Fabian yang menurutku nggak sekadar hanya tempelan semata. Kisah Letta-Fabian ini nyatanya malah memberi pengaruh kepada kisah ceritanya Lola-Marlon. Ya... semacam bahwa Letta sudah mengalami asam garam kehidupan dan mengajarkannya pada Lola.

Because I think my life is just like walking in a runway.” “Aku sudah sampai di satu titik di mana aku tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat ke belakang. Kamu tahu kan runway seperti apa? Begitu sampai di ujung runway, kita enggak bisa kemana-mana. Kita diharuskan untuk berputar. Kembali ke belakang. And that’s my life.” (hal. 218)
Satu lagi yang aku suka adalah, kosakata yang ada bikin aku tambah semangat karena secara tidak langsung ikut mempelajari juga bahasa Portugis. Contohnya, obrigado untuk terimakasih, tudo bem untuk baiklah, seja bim untuk terimakasih kembali, sem problemas untuk tidak masalah. Juga, bahasa Portugis untuk angka 1-10, um, dois, três, quatro, cinco, seis, sete, oito, nove, dan dez.

Ah iya, jangan salah lho di dalamnya juga termuat ilustrasi yang mewakili isi cerita. Walaupun penempatannya di tengah-tengah halaman, tapi itu tetap kece kok, ditambah ilustrasinya ala-ala pastel gitu, hihi.


Mungkin ini namanya cinta. Dan, cinta itu rumit seperti kostum karnaval. Juga berjarak seperti bagian dalam mobil. Karena seperti itulah yang kurasakan sekarang. Rumit dan berjarak. (hal. 249)

[Master Post and Index] Lucky No. 14 Reading Challenge

Sunday, June 15, 2014

Hello, for this time, I wanna challenged myself to follow Lucky No. 14 Reading Challenge from Mbak Astrid @ Books To Share. Here it is:


This challenge will require you to read 14 books (or more) from 14 categories below. You can combine the books you read with other challenges, but can not use the same book for different categories in this challenge.

Try to match the categories from your TBR piles :) But if you don’t have any suitable books in your TBR – and want to find an excuse to buy a book for this challenge, that’s totally fine too!

Here are the 14 categories:

1. Visit The Country: Read a book that has setting in a country that you really want to visit in real life. Make sure the setting has a big role in the book and it can make you know a little bit more about your dream destination.
- Paris: Aline by Prisca Primasari
- Bangkok: The Journal by Moemoe Rizal
- Do Rio Com Amor by Ifnur Hikmah

2. Cover Lust: Pick a book from your shelf that you bought because you fell in love with the cover. Is the content as good as the cover?
- Kakak Batik by Kak Seto
- Dialog Sakti by Khamasasyiah
- Digital Love KK by Kancut Keblenger

3. Blame it on Bloggers: Read a book because you’ve read the sparkling reviews from other bloggers. Don’t forget to mention the blogger’s names too!
- The Miraculous Journey of Edward Tulane by Kate DiCamillo
- Student Guidebooks For Dummies by Kevin Anggara
- S.C.H.O.O.L: Chemistry by aL Dhimas
- My Creepy Diary by Ayumi Chintiami

4. Bargain All The Way: Ever buying a book because it’s so cheap you don’t really care about the content? Now it’s time to open the book and find out whether it’s really worth your cents.
- Pukat by Tere Liye
- Burlian by Tere Liye
- Unbelievable by Winna Efendi

5. (Not So) Fresh From the Oven: Do you remember you bought/got a new released book last year but never had a chance to read it? Dig it from your pile and bring back the 2013.
- Tears in Heaven by Angelina Caroline
- Little Bee by Chris Cleave
- Uwikroskop by Riescha Puri
- Gorilove by Dimas Abi Aufan
- Pictures Perfect by Pradnya Pramitha
- The Vanilla Heart by Indah Hanaco
- Penyunting Sinting by Gari Rakai Sambu

6. First Letter’s Rule: Read a book which title begins with the same letter as your name (for me, Astrid means A, and I can read anything that started with the letter A). Remember: Articles like “a”, “an” or “the” doesn’t count :)
- Ai by Winna Efendi

7. Once Upon a Time: Choose a book that’s been published for the first time before you were born (not necessarily has to be a classic book, just something a little bit older than you is okay. You can read the most recent edition if you want to)
- Roald Dahl Boxset by Roald Dahl
- Tragedi Nadra by Isa Kamari
- Go Ask Alice by Anonim

8. Chunky Brick: Take a deep breath, and read a book that has more than 500 pages. Yep, the one that you’ve always been afraid of!
- Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah by Tere Liye
- Wishing Her To Die by Jung Soo Hyun

9.  Favorite Author: You like their books, but there are too many titles. This is your chance, choose a book that’s been written by your fave author but you haven’t got time to read it before.
- Danur by Risa Saraswati
- Sepotong Hati Yang Baru by Tere Liye
- Penjual Kenangan by Widyawati Oktavia
- Cooking With You by Yoana Dianika
- Dream Catcher by Alanda Kariza

10. It’s Been There Forever: Pick up a book that has been there on your shelf for more than a year, clean up the dust and start to read it now :)
- Selamanya Cinta by Kireina Enno
- Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye
- Everlasting Love by Moms
- F.L.U by Triani Retno

11. Movies vs Books: You’ve seen the movie adaptation (or planned to see it soon) but never had time to read the book. It’s time to read it now, so you can compare the book vs the movie.
- 7 Misi Rahasia Sophie by Aditya Yudis
- Refrain by Winna Efendi
- Madre by Dee Lestari

12. Freebies Time: What’s the LAST free book you’ve got? Whether it’s from giveaway, a birthday gift or a surprise from someone special, don’t hold back any longer. Open the book and start reading it now :D
- Heart Attack by Clara Canceriana
- Heart Out by Fei
- Jika Aku Mereka by 12 Pemenang Sayembara Kisah Disabilitas
- Creative Writing by A. S. Laksana
- Oishii Jungle by Erlita Pratiwi
- Be Mine by Sienta Sasika Novel, Monica Anggen, and Kezia Evi Wiadji
- Idolku Cantik by Dimas Abi Aufan

13. Not My Cup of Tea: Reach out to a genre that you’ve never tried (or probably just disliked) before. Whether it’s a romance, horror or non fiction, maybe you will find a hidden gem!
- Menanti Cinta by Adam Aksara
- Orang-Orang Tanah by Poppy D. Chusfani
- Miss Hola-Holic by Vanny Chrisma W.
- Antique Fuga by Ambiru Yasuko
- Hippocamous by Tom Tancin
- Dear Faris by Arian Sahidi
- K-Pop Salah Gaul by Korean Addict

14. Walking Down The Memory Lane: Ever had a book that you loved so much as a kid? Or a book that you wish you could read when you were just a child? Grab it now and prepare for a wonderful journey to the past :) Comic books or graphic novels are allowed!
- Mallory Tower Serial by Enid Blyton
- The Previlige of Youth by Dave Felzer
- Syahid Samurai by Afifah Afra
RULES:
1. To complete the challenge, you have to read at least one book for each category, or total of 14 books during the challenge period. You can set your own pace and do not need to follow the categories in particular order. You can also read more than one book for each category. You have to write your reviews in your blog/FB note/Goodreads page/tumblr/etc.

2. Please write a master post about this challenge in your blog/Goodreads/FB notes/etc, and submit your link below for signing up. You can use this master post to sort down the book(s) that you’ll read for each category, and edit them later if necessary. The sign-up linky will be opened from November 12, 2013 throughout the year until December 1, 2014.

3. There are also linkies for each category of the challenge. Please submit your link of review posts for each category in their respective linkies. These linkies will be opened in January 1, 2014 until December 31, 2014.

4. At the end of the challenge, write down a wrap-up post and submit the link in the linky too. The linky for wrap-up posts will be opened until January 10, 2015 to give you more time for wrapping things up. It’s okay if you don’t finish the challenge but you are not eligible to be selected as the winner.

5. After the wrap up post linky is closed, I will pick two lucky winners who had completed the challenge for winning great bookish prizes (including book vouchers, novels, and other exclusive bookish gimmicks/goodies :) ) The prizes will be revealed soon, so please stay tuned. You must have delivery address in Indonesia to be eligible for the two grand prizes.

6. If you are an international participant who doesn’t have Indonesian mailing address, don’t worry, I’ll also choose two winners, each winner can pick any book from The Book Depository for maximum of $ 10.

7. I’ll try to write a round-up post every month and pick some of the most interesting reviews. And who knows? Probably there will be some surprise gifts and giveaways throughout the year :)
Now, let’s start this wonderful 2014 and get ready to tackle some great books!

Yep, I'm challenging myself to read more and more for this year. The books above are some of the books that I have entered in my shelves, for the futureof coursethere will be a new book, and hopefully I can finish this one challenge :)

Orang-Orang Tanah by Poppy D. Chusfani

Aku di sini. Berceritalah tentangku. Aku di sini. (hal. 56) 

Judul: Orang-Orang Tanah
Penulis: Poppy D. Chusfani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 200 halaman
Rating: ★
Harga: Rp. 42.000,-

---

Orang-Orang Tanah terdiri dari sembilan cerita pendek yang masing-masing bercerita tentang kefanaan, perjuangan, dan pembalasan dendam. Ada Jendela, Pelarian, Pondok Paling Ujung, Bulan Merah, Dewa Kematian, Pintu Kembali, Lelaki Tua dan Tikus, Sang Penyihir, dan Orang-Orang Tanah.

Masing-masing ceritanya mempunyai masalah berbeda, dengan karakter tokohnya adalah seorang anak, atau bahkan ‘aku’ dari Mbak Poppy itu sendiri—sebagai seorang penulis. Dalam Jendela, tidak hanya menceritakan tentang perjuangan seorang ibu, tapi juga dengan bagaimana pengorbanan seorang anak untuk menyelamatkan ibunya. Harapan seorang anak tidak terlalu besar, hanya ingin menikmati makanan yang menyenangkan.


“Aku dipenjara, Lara! Aku diawasi terus-menerus. Aku diancam jika berusaha melarikan diri, aku akan dipenggal. Kemudian kau ternyata menjadi seperti ayahmu. Ancaman datang lagi...” (hal. 41)
Dalam Pelarian, bercerita tentang seorang Lara yang harus dihadapkan pada pilihan yang sulit, ketika harus memilih orang yang akan dibelanya—seorang Ratu yang memberinya kehidupan ataukah ibunya yang mengungkapkan sebuah rahasia yang membuat pilihan itu makin sulit. Pondok Paling Ujung seolah bercerita bagaimana kehidupan penulis itu sendiri—dengan sedikit tambahan fantasi, tentu saja—hingga akhirnya ia tidak menyadari bahwa pondok itu banyak memberinya inspirasi yang tak terduga.

Aku adalah malam. Aku adalah kegelapan. Aku menyatu dengan bayangan. (hal. 69)
Bulan Merah menyuguhkan sesuatu yang bisa kita kaitkan dengan cerita The Twilight. Seorang anak bercerita bahwa kehidupan tidak lama lagi akan hancur, ia merasakannya karena hanya hewan dan makhluk setengah hewan lah yang dapat merasakan hal itu, tapi kali ini semua kehidupan akan benar-benar hancur, tak bersisa.


Aku tahu ke mana harus melangkah. Mata tunggal malam hari menarikku, bayang-bayang menuntunku, seakan mengulurkan tali yang membelit tubuhku, menarik dan menarik dan membuatku tidak mampu berpaling darinya. (hal. 70)
Di cerita terakhir, Orang-Orang Tanah memberikan kita cerita tentang sekejam-kejamnya seorang ibu tiri. Sang anak tidak meminta lebih, ia hanya ingin mendapatkan perhatian dari ayahnya melebihi perhatian Ayah kepada sang ibu tiri. Hingga, suatu kekuatan di dekat akar pohon itu dapat mewujudkan keinginannya selama ini.
***

Huft, untuk kali ini aku kurang punya antusias untuk buku ini—atau malah buku ini yang membuat aku kurang antusias? Nggak tau kenapa, rasanya kurang mood.


“Jika manusia menjauhkan diri dari godaan, manusia akan terbebas dari dosa,” (hal. 80)
Cover-nya mengilustrasikan tentang seorang anak bergaun merah yang membawa keranjang dengan dua buah apel di tanah. Satu yang menarik adalah, mata di dalam pohon itu yang akan membuat kita salah berpikir bahwa ini buku anak. Iya, aku salah satu diantaranya, aku pikir buku ini akan menceritakan tentang seorang anak—atau paling tidak dengan kesedihan yang dirasakannya, lebih dari itu ternyata aku salah lagi.

“Maksudku, jika dilihat dari puncak segalanya, seluruh dunia bagaikan terbentang hanya untuk dirimu sendiri. Segalanya berada di kakimu. Kau hanya perlu melangkah untuk menghancurkan sesuatu, atau meraih untuk menyelamatkannya.” (hal. 93)
Ada empat cerita yang membuat aku kurang sanggup menamatkan buku ini. Cerita Dewa Kematian sepertinya membuat mood jadi kurang baik, makanya langsung baca bagian Orang-Orang Tanah—mengingat judul ini diambil menjadi judul buku. Tapi, aku pikir ini hanya pandangan aku, mungkin setelah kamu membacanya akan merasakan situasi yang lainnya. Baca selengkapnya di Orang-Orang Tanah, dan berhati-hatilah orang-orang tanah ada di sekelilingmu.

“Hampir semua orang menginginkanmu, atau kaulah yang menginginkan semua orang?” (hal. 96)

Bangkok: The Journal by Moemoe Rizal

“Aku hanya... senang melakukannya. Bisa melakukan sesuatu untuk orang banyak. Bisa membantu beberapa orang menemukan kebahagiaannya.” (hal. 139)

Judul: Bangkok: The Journal
Penulis: Moemoe Rizal
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 436 halaman
Rating: ★★★★
Harga: Rp. 57.000,-

---

Edvan Wahyudi adalah seorang arsitek muda yang baru saja menyelesaikan proyek gedung berlantai 88 di Singapura. Selama 10 tahun, ia sudah meninggalkan kampung halamannya—Bandung, beserta keluarganya. Namun, saat ia sedang merayakan keberhasilannya, tiba-tiba saja ada sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal, yang mengabarkan bahwa ibunya meninggal di hari itu.

Aku nggak suka konsep Ibu tentang menjadi diri sendiri. Manusia nggak pernah bisa diterima di dunia kalau menjadi diri sendiri. Lihat saja kasus-kasusnya. Adakah manusia yang bebas dari cemoohan saat menjadi diri sendiri? (hal. 26)
Harusnya Ibu lebih dewasa dengan mengajarkan anak-anaknya, “Dunia ini keras. Jadilah seseorang yang dibutuhkan dunia.” (hal. 26)
Kebenciannya terhadap keluarga tidak serta-merta membuat Edvan tidak menghadiri pemakaman ibunya. Sayangnya, saat Edvan pulang, ia tidak bisa berjumpa dengan ibunya untuk yang terakhir kalinya, hanya Edvin-lah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa. Edvin meminta Edvan untuk bertemu dengannya di sebuah kafe, namun tak disangka, Edvan malah bertemu dengan seorang perempuan cantik yang mengingatkannya pada sosok Ibu, ya dialah Edvina, adik Edvan yang dulunya adalah seseorang laki-laki, kini berubah total terlihat seperti perempuan tulen, sebut saja dia waria atau transgender.

“Awal-awalnya, semua keluargaku terkejut. Tapi tidak apa-apa, aku sudah menduganya. Makin lama semua orang bisa menerimanya. Karena apa, Sayang? Karena ketika aku menjadi diri sendiri, aku bisa jadi orang yang berguna.” (hal. 128)
“Kau tak perlu menerima kehadiran mereka,” lanjut wanita itu lagi. “Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan. Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata.” (hal. 297)
Pertemuan yang mengejutkan itu tidak terlalu membahas banyak hal, pada intinya Edvin menyerahkan sebuah kalender yang berisi catatan jurnal. Itu adalah milik ibu mereka, Artika. Artika mempunyai tujuh kalender di bulan yang berbeda pada tahun 1980 yang ia berikan pada beberapa orang yang ditemuinya di Bangkok, Thailand. Kini, tugas Edvan hanyalah berusaha untuk menemukan keenam jurnal lainnya sebagai bentuk permintaan Ibu untuk yang terakhir kalinya, Edvan pun menyetujui, dan perjalanan mencari jurnal pun dimulai.

“Aku yakin karena Ibu,” kataku. “Aku melakukan ini untuk ibuku. Semustahil apa pun hasilnya, sekonyol apa pun nantinya. Ini hanya permintaan kecil Ibu yang ingin sekali kupenuhi.” (hal. 105)
Akhirnya, mereka berdua pergi ke Bangkok bersama-sama—tentunya dengan tujuan yang berbeda. Edvin pergi ke Bangkok dalam rangka mengikuti kontes Miss International Queen, sedangkan Edvan ia berpetualang untuk menemukan jurnal-jurnal ibunya. Ditemani oleh seorang gadis Thailand bernama Chananporn Watcharatrakul—sebut saja Charm—yang dikenalkan oleh seorang flight attendant yang Edvan temui saat di pesawat menuju Bangkok bernama Leila.

“Hidup ini indah, Khun, sebenarnya. Kalau aku punya kesempatan lebih, aku ingin menikmati dunia ini sambil menciptakan kenangan indah untuk orang-orang di sekitarku.” (hal. 284)
Menemukan jurnal-jurnal di tahun 1980 tidak semudah yang dibayangkan, Bangkok terlalu luas untuk sekadar menemukan jurnal yang belum tentu ada—bisa saja kan hilang karena si pemilik tidak menjaganya dengan baik, atau bahkan hilang akibat bencana yang melanda Bangkok di tahun 2011. Namun, berhasilkah Edvan menemukan keenam jurnal milik ibunya itu? Bagaimana perjalanannya dengan Charm si gadis Thailand tersebut? Baca selengkapnya di Bangkok: The Journal.

***

Nggak disangka, ternyata aku menamatkan buku ini tidak sesuai dengan prediksiku sebelumnya, cukup satu malam dan setengah hari untuk membaca habis semuanya (apa ini sebuah prestasi?)

Ya, nggak banyak yang harus diungkapkan sebenarnya. Aku salut sama Kak Moemoe yang mengambil cerita di luar ekspetasi sebelumnya. Aku pikir, awalnya hanya sekadar perjalanan biasa di Bangkok yang menjadikan si tokoh saling bertemu, dan seterusnya. Tidak, ada banyak hal yang menjadi fokus utama dalam cerita ini.

You scar makes you unique. It makes you more valuable than the rest of people with no scar. It’s God way to say, ‘You’re my favorite. I make you different so I can always see you wherever you are’.’ (hal. 163)
Betapa Ibu membiarkan seseorang tetap menjadi dirinya sendiri bahkan saat dia berwajah jelek. Benar-benar jelek. Ibu tak perlu tahu masa lalu orang jelek tersebut untuk meyakinkannya bahwa dia tetap spesial. (hal. 168)
Aku menyadari bahwa rupa buruk seseorang tidak akan menyembunyikan baik hatinya. (hal. 415)
Perjalanan Edvan ini telah membuka cara pandangku terhadap banyak hal—yang dibahas dalam cerita khususnya. Tentang bagaimana dapat menerima orang lain dengan bagaimanapun keadaannya, tentang kasih seorang ibu yang bahkan baru disadari saat telah tiada, tentang cinta yang harus menjadi diri sendiri, dan—tentunya—tentang perjalanan ini. Bukan hasil apa yang akan didapat, tapi lebih dari semua itu, tentang bagaimana perjalanan ini dimulai dan dilakukan, dan cerita hingga pengalaman yang didapatkan yang tentu berbeda jika seandainya kita tak berani untuk memulai perjalanan itu sedari awal.

“Kamu nggak bisa nentuin kebahagiaanku di masa depan. Kalau aku bilang kamulah kebahagiaanku, maka TITIK. Kamulah kebahagiaanku.” (hal. 253)
“Aku nggak milih untuk cinta dia. Tiba-tiba aja, aku tahu kalo dia kunci yang tepat untukku. Kayak kalau kita nyoba masukkin kunci ke banyak lubang pintu, waktu terdengar bunyi krek dan kunci itu pas masuk, rasanya kayak gitu.” (hal. 259)
Ah iya, sedikit pendapat saja, dalam bukunya ada banyak tentang pendeskripsian tentang tempat-tempat di Bangkok, seperti Siam Paragon Mall, Thanon Phloencit, Chao Phraya, Suvarnabhumi International Airport, dan masih banyak lagi. Tahu nggak, setidaknya itu bisa memberikan gambaran sedikit banyak bagaimana Bangkok saat ini. Paling tidak, aku bisa membayangkannya semoga suatu saat hari bisa kesana. Amin. Senang juga bisa mempelajari kosakata-kosakata baru dalam bahasa Thailand, seperti chai untuk iya, mai chai untuk tidak, mai pen rai untuk tidak apa-apa, kòrp kun kâ untuk terimakasih, sáwátde kâ untuk halo (kalau yang ini aku udah tahu dari nonton filmnya Mario Maurer, 5555), dan 55555 yang berarti hahahaha :D Lucu juga ada nama karakter Phii Shone dan Phii Top, jadi mengingatkan sama film A Little Thing Called Love yang dibintangi Mario Maurer, Nam-nya aja yang nggak ada, 555555.

“Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi. Aku hanya melakukan yang terbaik,” (hal. 314)
Be yourself is key to love. Be someone not yourself is lying to love. If you get love from the girl, and you not yourself, you are lying to yourself. (hal. 336)
Novel yang recommended, dan semoga aku bisa membaca seri STPC yang lain, kòrp kun buat Teh Dyah yang mau-maunya minjemin buku bertanda-tangan Kak Moemoe ini. Semoga bisa membaca karya Moemoe Rizal yang lainnya :)

“... Kata Pa, hidup cuma satu kali. Láeo ngai? So what? Lakukan apa yang ingin dilakukan. Penyesalan itu hal negatif. Stay away aja. Kalau ada hal yang aku salah lakukan, atau tidak lakukan, láeo ngai? Waktu sudah berlalu. Biarkan saja penyesalan jadi kenangan. Penyesalan bukan untuk dinikmati.” (hal. 323)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs