ISBN: 978-979-780-379-7
In the world of popularity, being perfect is everything. Kamu adalah pusat perhatian, jadi pastikan kamu memang layak mendapatkannya.
Kamu juga harus mengerti, tujuan tampil sempurna adalah demi dibenci. Di dunia kami, dibenci dan dicemburui adalah sebuah pujian. So true, Dahling! Orang-orang seperti tak bosan bergosip tentang Paris Hilton, tetapi apa yang dia dapat di kemudian hari? Kontrak reality show sendiri dan signature perfume yang dijual di seluruh dunia.
Cantik itu wajib hukumnya dan kesempurnaan adalah segalanya. Pastikan kau selalu tampil memesona dan bungkam mereka dengan senyuman terbaikmu. Satu kesalahan kecil saja—voila!— bibir-bibir ber-lipgloss itu pasti ramai menghabisimu...
Bagaimana jadinya kalau ternyata sahabatmu ternyata musuh terdekatmu? Shinna Maessa Wijaya alias Maybella Wijaya, bisa dibilang punya kehidupan yang serba sempurna. Wajah indo yang cantik, postur tubuh yang ideal, anak orang kaya, fashionista sejati, dan punya 'akses' tersendiri untuk kenal dengan orang-orang dari 'kalangan atas'—walau nggak bisa dipungkiri, dia sedikit kurang dalam hal akademis, dan party girl yang cenderung (nyaris, hampir, mendekati) bad girl *oops*.
May adalah one of the most popular girls in school—Voltaire International School. Bersama dengan clique-nya, ada Rashida Agashi Pradakso, si leader yang juga anak konglomerat, dan punya fashione line sendiri--IshshI, punya 'kekuasaan' di sekolah, dan nggak ada satu orang pun yang bakal berani menantangnya, kecuali kalau orang itu mau cari mati. Ada juga Ad--Adrianna Fernandhita Fauzi, si tomboy yang ikut ekskul sepakbola, kurang berbakat dalam hal fashion, tapi masih dibilang pintar diantara dua temannya. Dan jangan lupa, Marion Theroux, anggota clique yang pernah didepak gegara punya masalah sama Rashi, dan kemudian diterima lagi dengan alasan
May pernah berniat untuk menyingkirkan Rashi menjadi queen bee di sekolah, dia iri dengan Rashi yang selalu menjadi pusat perhatian di VIS. Akhirnya, dengan rencana bareng Marion, dia mulai menjalankan 'aksinya' untuk menghancurkan reputasi Rashi, mulai dari merencanakan anonymous hate mails yang dimasukkan ke loker Rashi, gosip-gosip yang dituliskan di dinding toilet cewek dan cowok, membuat petisi konyol, bahkan sampai menyebarkan tragedi yang terjadi dalam keluarga internalnya Rashi. How desperate it!
Semua berjalan baik-baik saja, nggak ada yang tahu-menahu tentang dark secret-nya May, sampai akhirnya Marion mulai mengancam May kalau sampai dia nggak nurutin kemauan Marion, semua rahasia itu bakal terkuak, dan kehidupan May yang sempurna, reputasinya, clique-nya, dan segalanya... akan hancur. Dan mau nggak mau, suka nggak suka, May nurutin apapun yang diinginkan Marion.
Tapi, yang namanya cerita nggak berakhir sampai situ aja. Ada cerita May dengan Mario (I won't tell you about it), Zico, dan beberapa cowok yang menjadikan May menyandang gelar 'playgirl'. Hmm... just read it, yeah!!
Ini seri The Glam Girls pertama yang aku baca, entahlah, padahal pertama kali terbit saat aku masih duduk di kelas 6 SD, 5 years ago. Ekspetasi awal sih, ceritanya bakal sama dengan cerita kebanyakan, err... maksudku kehidupan remaja masa kini dengan segala dunia dan tetek-bengeknya, datar-datar aja kalaupun ada konflik paling nggak seberapa.
Cuma, entah aku yang teramat polos dan plebeian-nya, atau ceritanya yang 'anak kota' banget, rasanya kurang pas. Aku sih berharap, jangan sampai cerita ini dengan segala-galanya benar-benar ada di Indonesia, cukuplah jadi imajinasi penulisnya aja. Tentang May yang (menurutku) super-duper playgirl-nya, bukan iri lagi saat dia bisa deket sama banyak cowok dalam waktu sekaligus, tapi lebih kepada "Aww, man, it's so... awkward for me! Yeah, just for me!" Anak SMA tapi rasanya udah 'liar' banget, kayaknya yang di pikirannya cuma fashion, party, and boys! No more about study. Hiii...
Terlebih, tentang sekolah Voltaire International School, atau mungkin semua bagiannya lebih mengedepankan aspek popularitas, kemewahan, dan materi. Huft... kalau dibandingkan dengan aku, jaraknya akan sangat-teramat-jauh. Ditambah dengan prokem Amerika dan kalimat berbahasa Inggris dalam ceritanya, kadang bikin puyeng sendiri, kan nggak semua orang bisa ngerti bahasa Inggris [atau setidaknya Indoglish]?
Terlepas dari itu semua—yang bisa dibilang ketidaksukaan, eh ralat, kekurangsukaan aku sama ceritanya yang membatasi antara si 'atas' dan si 'bawah'—aku masih suka dengan jalan cerita dari tulisan Kak Winna ini. Di luar keikutsertaan aku dalam Winna Efendi's Book Reading Challenge ini, masih bisa dikatakan aku suka-suka aja ya sama ceritanya. Jarang lho ambil POV dari tokoh yang jadi sidekick-nya si leader, yang biasanya cuma dijadikan 'pemanis cerita' dan 'pelengkap tokoh' aja.
Pada akhirnya, dengan ending yang cukup, aku rasa Unbelievable masih dikategorikan buku yang aku minati, di luar kalimat-kalimat pendeskripsian tentang fashion yang dipakai May, Rashi, Ad, Marion, dan tokoh-tokoh lainnya, yang nggak bisa aku bayangkan sama sekali, aku buta fashion, please!! Yang aku tahu cukup baju, celana, rok, kerudung (khimar, jilbab, pashmina), dan sederet kata yang umum banget dipakai orang.
Hmmm... tidak mengecewakan, ★★★ untuk buku ini, dan... you shouldn't give a shit about what people are saying. I don't.
Thank You and that i have a keen offer: Does Renovation Increase House Value split level house exterior remodel
ReplyDelete