[Book Review] Paris: Aline

Friday, June 13, 2014

Beginikah cinta itu...? Saat kita tahu kita tak kasat mata bagi orang yang dicintai, tapi tetap melakukan apa pun demi orang itu...? (hal. 167)

Judul: Paris: Aline
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 212 halaman
ISBN: 978-979-7805-77-7
Harga:Rp. 42.000,-

Pembaca tersayang,

Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Éclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.

Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula?

Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Père Lachaise yang konon berhantu?

Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.

Enjoy the journey,
EDITOR

Cerita ini adalah tentang Aline Ofeli, seorang mahasiswa yang kuliah di Pantheon-Sorbone demi memenuhi keinginan Ayahnya yang sudah lama meninggal. Ia juga bekerja di Bistro Lombok, bersama-sama dengan Tina, Claris, Lucie, Kadim, dan err... si Ubur-Ubur. Ya, Aline menyukai Ubur-Ubur sudah sejak lama, sayangnya si Ubur-Ubur sudah memiliki kekasih, kekasih sekaligus rekan kerjanya, L’impressionnante Mademoiselle Lucie (aku nggak yakin apakah ini nama aslinya?)

Mengapa kamu harus mewek gara-gara mereka? Air mata itu dibuang demi kejadian yang tepat, bukan demi hal nggak penting senggakpenting-nggakpentingnya kayak gini. (hal. 22)

Aline merasa patah hati, cemburu akan tingkah laku sepasang kekasih itu yang sangat membuatnya gerah berlama-lama berada di Bistro Lombok. Akhirnya, ia memutuskan untuk cuti, dan pergi berjalan-jalan ke Jardin de Luxembourg. Disana, ia menemukan pecahan porselen di dekat bangku tempat ia duduk. Ia membawa pecahan porselen itu dan menyatukan pecahannya, karena seperti yang dibilang penjaga taman, porselen tersebut memiliki harga yang tidak murah.

Huh, orang ini nge-fans sama kata mutiarakah? Apa dia tidak tahu kata mutiara tak bisa mengubah apa pun? Cuma jadi penghias, penghibur yang gagal. (hal. 12)

Dalam porselen itu, ia membaca sebuah nama: Aelous Sena, yang membuatnya kemudian mencari tahu siapa nama itu, dan barangkali, bisa saja ia mengembalikan porselen itu padanya. Dan, voila, ia menemukan sebuah email di twitter Aelous Sena yang sudah tidak diperbaharui sejak lama. Ia mengirimkan email kepadanya, dan tak disangka ada balasan yang memintanya untuk bertemu di Place de la Bastille pukul 12 malam.

Mengapa Place de la Bastille ini yang dia jadikan tempat pertemuan? Pukul dua belas malam pula. Orang itu sudah tak waras apa? Bagaimana kalau tiba-tiba ada kepala transparan yang muncul... atau bayangan tempat tidur penuh paku, atau suara-suara jeritan meminta tolong— (hal. 4)

Hari pertama, Aline tidak bisa bertemu dengan Sena karena secara sepihak Sena membatalkan janjinya. Begitupun halnya pada hari kedua. Hingga pada hari ketiga-lah, Aline tetap menuruti permintaan Sena untuk menemuinya di Place de la Bastille, dan kemudian mereka bertemu.

Sebagian besar karena aku mulai penasaran—mengapa harus Bastille? Mengapa harus pukul 12 malam? Apakah sebelum tengah malam dia harus jadi kusirnya Cinderella dulu? Dan mungkin dia baru bisa menemuiku setelah kembali ke wujud aslinya—cicak, tikus, atau— (hal. 18)

Dan sebagai balasan karena Aline telah menemukan porselen ‘berharga’ itu kepada Sena, akhirnya ia dapat mengajukan tiga permintaan kepada Sena. Hal itulah yang membuat keduanya semakin sering bertemu.

Sebelum ini, aku tak pernah benar-benar menemui hal yang mengundang tanda tanya. Terkadang, memang aku bereaksi berlebihan terhadap sesuatu—lampu mati atau dompet yang tertinggal di rumah atau rasa sup yang kurang pas. Namun, semua masih dalam koridor normal dan terjelaskan.
Sampai aku bertemu laki-laki ini.
Sejak aku bertemu dengannya, yang terjadi hanyalah hal-hal aneh dan teka-teki. (hal. 123)

“Disini, tidak semenyenangkan yang dikira orang-orang. Ada sudut-sudut tertentu yang lebih baik tidak dimasuki. Ada tipe-tipe orang yang lebih baik tidak dikenal.” (hal. 137)

Lama-kelamaan, Aline mulai masuk dalam kehidupan Sena yang penuh teka-teki dan misteri. Pada akhirnya, siapakah yang akan menemani Aline? Aelous Sena? Si Ubur-Ubur? Atau mungkin Kak Ezra, kakak kelas tingkatnya yang sekaligus tetangganya? Siapakah yang akan mendampingi Aline dalam kartu undangan pernikahannya nanti?

***

Loin Des Yeux, Loin Du Coeur [jauh di mata, jauh di hati]. (hal. 11)

Tu peux si tu veux [ada kemauan, ada jalan]. (hal. 54)

Paris adalah seri STPC kedua yang aku baca, setelah sebelumnya Cassablanca dari Dahlian. Haha, aku memang nggak berurutan sih bacanya, tapi memang tidak harus begitu kan? Dan ya, nggak sia-sia nih menamatkannya hanya dalam satu hari saja, yang aku mulai dari jam 10 malam sehabis hari UKK, akibat nggak tahu harus ngerjain apa :D

“Jangan diem aja kalau dihina kayak gitu. Jangan memendam semuanya dalam hati. Kalau yang ngehina jauh lebih pinter dari kamu sih, mending. Nah dia... Dia sama sekali nggak punya kelebihan apa-apa, makanya suka nyaingin orang dan ngomong yang enggak-enggak. Kasian.” (hal. 80)

Kisahnya unik, setting yang diambilnya juga sesuai, mengingat Paris adalah kota cinta yang sudah diakui banyak dunia. Eits, tapi disini nggak banyak bercerita tentang menara Eiffel sih—yang sering dianalogikan bahwa Paris hanya cukup dengan Eiffel. Tidak, tidak sama sekali. Malah Eiffel disebut sebagai objek yang klise kalau mau gampangnya, hehe. Ada banyak tempat yang baru aku tahu, seperti Museum Cluny, Pére Lachaise, Beaumarchais Boulangerie, toko buku Shakespeare and Co., dan masih banyak lagi lah pokoknya.

Sebenarnya, ceritanya sederhana. Tentang Aline yang menemukan pecahan porselen yang kemudian bertemu dengan pemiliknya, hingga membawanya ke dalam masalah baru. Terlebih, Aline menuliskannya ke dalam sebuah diary untuk dibaca sahabatnya, Sévigne—dan juga pembaca buku ini tentu saja.

Ada banyak karakter yang aku sukai, kalau saja Kak Prisca mau melebarkan ceritanya dengan konflik antar karakter. Misalnya saja, Kak Ezra, kakak tingkat jurusan Aline yang juga menyukai Aline. Sayangnya, nggak begitu banyak cerita tentang Ezra, selain karena memang sifatnya yang introvert dan nggak banyak bicara. Ada lagi Sévigne, sahabat Aline yang suka menulis vinyet, walaupun karakternya lebih banyak daripada Kak Ezra, tapi tetap porsinya masih kurang. Ah iya, aku juga berharap tentang kisah untuk adiknya Aline, yang kenapa lebih disayangi Ayahnya dibandingkan dirinya.

But, overall, ini nggak mengecewakan kok. Ceritanya benar-benar manis dan sweet, setidaknya untuk referensi pengetahuan juga bahwa di Paris ada begitu banyak tempat yang menarik, nggak hanya Eiffel, hehe. ★★★★★ for this book.

Dia tidak bilang berapa lama aku harus menunggunya. Tapi selalu... ada beberapa hal yang sangat layak untuk dinanti, ketika aku percaya sepenuh hati bahwa semua itu takkan berbuah sia-sia. (hal. 186)

2 comments:

  1. Iya iya bagus ini novelnya, semacam khas-nya Mbak Prisca huehehe. Ayo dek, review semua novel STPC-nya. Biar aku nggak usah beli bukunya. Lah. :p
    Hengg novelnya Mbak W yang London itu reccomended banget lho. Atau udah ada ya di blog ini dan aku belum menemukannya? Hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, London belum aku baca Kak, Kak Ashima beliin deh :3

      Delete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs