[REVIEW] Priceless Moment - Prisca Primasari

Thursday, October 30, 2014

Bukankah seperti itulah hidup...? Bertemu, membuat kenangan, berpisah, lalu melepaskan? (hal. 293)

Judul: Priceless Moment
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 296 halaman
Rating: ★★★★★

---

Ditinggal pergi oleh pasangan yang dicintai tentu sangatlah menyakitkan, belum lagi kalau ditiggal pergi untuk selamanya dan ia tak akan pernah kembali. Begitupun halnya yang dirasakan Yanuar Adhyaksa, seorang suami yang ditinggalkan Esther Ariana—istrinya—untuk selama-lamanya. Ia bersama dua buah hatinya, Hafsha dan Feru harus berjuang melalui hidup tanpa seorang istri dan ibu bagi kedua anaknya di sampingnya.

Ada hal yang disesalkan Yanuar ketika ditinggal pergi Esther, ia menyesal karena dulu waktunya lebih banyak untuk mengurusi pekerjaannya sebagai seorang manajer di Ebony & Ivory. Kini, setelah Esther tiada, ia baru menyadari akan keberadaan anak-anaknya yang ternyata lebih membutuhkannya.

Mengapa selalu harus ada yang dikorbankan, atau berkorban, agar seseorang menyadari betapa berharga hal-hal yang mereka miliki...? (hal. 151)
Pekerjaan menuntut Yanuar untuk selalu siap kapan saja, tak jarang harus mengorbankan waktunya bersama Hafsha dan Feru. Namun, sepeninggal Esther, lambat-laun Yanuar mulai mengurangi aktivitas kerjanya dan berusaha untuk pulang dengan tepat waktu. Tak jarang, Wira—adik Yanuar—untuk terus mengingatkannya bahwa ia tetaplah seorang ayah.

“Makin lama kita makin tua, Yan. Makin merasa kesepian. Anak-anakmu akan dewasa dan suatu saat akan ninggalin kamu. Jadi, habiskan waktu sebanyak mungkin dengan mereka selagi bisa.” (hal. 91)
Dari E&I, Yanuar bertemu dengan Lieselotte Larasati, seseorang yang baru saja direkrut CEO E&I untuk mendesain karya baru yang akan ditampilkan dalam pameran mendatang di perusahaannya itu. Lotte punya kepribadian yang selfish dan lebih suka melakukannya semuanya sendiri, tentu ini tidak terjadi dengan begitu saja, ada alasan mengapa Lotte bisa berubah demikian.

“... Kamu punya wibawa, ketegasan, kemampuan. Tapi, tanpa komunikasi, semua itu tidak ada artinya.” (hal. 85)
Walaupun cenderung bersikap egois terhadap rekan kerjanya, dengan mudahnya Lotte akrab dengan kedua anak Yanuar. Beberapa kali, Yanuar merasakan hal aneh ketika bertemu dengan Lotte. Benarkah ia merasa jatuh cinta lagi terhadap perempuan? Bagaimana kenangannya bersama Esther setelah ia tiada? Akankah sosok Lotte menggantikan posisi Esther sebagai Mama dari Hafsha dan Feru? Baca selengkapnya di Priceless Moment.

Orang-orang toh datang dan pergi, sering kali akibat kejenuhan atau mempunyai mimpi yang tidak bisa mereka capai hanya dengan duduk di kubikel setiap hari. (hal. 181)
***

Priceless. Benar-benar priceless dan menakjubkan. Bukan saja tentang kisah cinta antar tokoh, kehadiran suasana kasih sayang dari ayah ke anak membuat buku ini menjadi benar-benar manis dan sweet. Once again, Kak Prisca bisa membuat aku hanyut dalam ceritanya.

Aku memang tidak pernah bisa menjadi seorang suami ataupun ayah, dan tidak akan pernah bisa. Tapi aku tahu bagaimana rasanya menjadi seorang anak. Ya, kisah Yanuar ini betapa mengingatkan kita bahwa ternyata kita tidak bisa menganggap remeh perjuangan seorang ayah. Walaupun perjuangan ibu tentu lebih besar, tapi kalau tanpa ayah, kita tak akan berada di sini bukan?

Setelah kematian Esther karena kecelakaan, Yanuar seolah ditampar dan baru sadar akan siapa dirinya sebenarnya. Kadang, kita memang butuh orang lain dan sedikit mengorbankan sesuatu untuk menyadari siapa kita sebenarnya. Dan begitulah, ia baru memahami semuanya setelah Esther tiada. Bagaimana jadinya kalau bukan seperti ini, tentu buku ini juga nggak pernah ada.

Pilihan pasti selalu ada, bagaimana menentukannya kembali pada prinsip masing-masing. Yanuar yang masih menyayangi istrinya pun tidak begitu saja luluh pada cinta yang lewat begitu saja. Kadang, ia masih tidak yakin akan perasaannya.

Jangan selalu bergantung kepada orang lain. Manusia begitu rapuh. Tak selalu ada yang bersedia membantumu. (hal. 23)

“Benar. Jangan remehkan kemungkinan, sekalipun perbandingannya satu berbanding seribu.” (hal. 103)

Pintu hati manusia bagaikan piñata, yang begitu diketuk dan terbuka lebar-lebar, darinya muncul pernak-pernik manis layaknya permen beraneka rasa. (hal. 157)

“Selama masih mempunyai kenangan, saya tidak akan kesepian,” (hal. 239)

“Banyak orang yang merasa cukup memiliki kenangan. Menurut saya, itu bodoh. Kenangan cuma flesh and blood, nggak bisa diapa-apain. Manusia butuh berwujud lagi.” (hal. 239)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Evergreen - Prisca Primasari

“Yah, kadang kenangan manis memang hanya mengerucut ke satu bagian.” (hal. 30)

Judul: Evergreen
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Grasindo
Tebal: 203 halaman
Rating: ★★★★

---

Rachel Yumeko River merasa putus asa dan kecewa terhadap Sekai Publishing, bagaimana tidak karena ia telah dipecat sebagai editor penerbit tersebut hanya dikarenakan kesalahan kecil. Ia melampiaskan kekesalannya dengan terus-menerus memecahkan gelas dan terlalu mengeluh pada sahabat-sahabatnya—Mei, Cho, Akiko, dan Risa. Inilah yang mengakibatkan keempat sahabatnya itu merasa jengah dengan kelakuan Rachel yang merasa bahwa dirinyalah orang paling malang di dunia.

Tak pernah sekalipun dia bertanya, “Sahabat macam apa aku ini?” Tak pernah menyadari bahwa dia selalu ingin menerima, dikasihani, diperhatikan, dielu-elukan, menang, bahagia, tanpa ada keinginan untuk memberi. (hal. 8)

“Kau selalu menyalahkan orang lain tanpa melihat dirimu sendiri, Rashieru-chan, kau tidak pernah menyadari kau tidak pernah menjadi sahabat yang baik.” (hal. 79)
Setelah menawarkan diri di penerbit lain, Rachel mencoba menenangkan dirinya dengan masuk ke kafe Evergreen. Kafe yang tidak saja memiliki penampilan yang unik, tapi juga memberi kesan hangat dan punya ciri berbeda dibanding kafe lainnya. Pelayan-pelayannya pun ramah dan murah senyum, serta yang lebih mengherankan lagi adalah ia tak perlu membayar untuk kunjungan pertama kalinya itu. Benar-benar aneh!

“Pendapatku mengenai kenangan manis selalu berbeda dengan kalian,” — “Kalian ingin selalu mengingat kenangan manis, sedangkan aku malah ingin melupakan. Bahkan aku berharap kenangan itu tidak pernah ada. Dengan begitu, tidak ada yang perlu kutangisi.” (hal. 40)

“Menurutku kenangan tidak perlu dibagi. Kalau dibagi, tidak akan terasa istimewa lagi,” (hal. 41)
Di sisi lain, Yuya Fukushima—pemilik kafe Evergreen itu—memberikan kesempatan pada Rachel untuk bekerja disana. Sekalipun Rachel menolak, Yuya-san terus saja memaksa dan berniat mengancam Rachel kalau ia tidak mau bekerja. Setelah masuknya Rachel sebagai pegawai di kafe Evergreen, ada banyak hal yang mengesankan untuk diketahuinya. Mulai dari, kisah Fumio dan adiknya Toshi yang saling menyayangi, kisah Gamma dengan ayahnya yang tinggal di negara lain, kisah Kari dengan teman kecilnya, dan masih banyak hal mengejutkan lainnya yang pelan tapi pasti menyingkap rahasia terhadap perubahan perilakunya selama ini. Apa saja yang dialami Rachel setelah itu? Akankah dia berubah menjadi Riba-san lainnya? Baca selengkapnya di Evergreen.

***

Buku Kak Prisca Primasari lagi. Aku sudah cukup bisa menebak akan seperti latar dan suasana yang dibangun dalam cerita ini. Sepengalamanku dalam membaca buku karangannya yang lain, aku selalu berpikir kalau Kak Prisca akan menambah dongeng, musik klasik, dan pemaparan suasana yang seolah benar-benar nyata dialami.

Berbeda dengan buku sebelumnya yang lebih mengusung cerita di wilayah Eropa, kali ini Kak Prisca mengajak kita mengenal Rashieru Riba (nama Jepang untuk Rachel Yumeko River) dengan latar di Jepang. Tapi tetap saja, unsur musik klasik dapat beberapa kali kita temukan dalam buku ini.

Awalnya greget sekali dengan karakter Rachel yang pengeluh, tapi lama-kelamaan seolah ikut ditampar juga bahwa tak jarang kita sering (atau setidaknya pernah) melakukan apa yang Rachel rasakan. Rasa sedih, kecewa, marah, kesal, galau, sampai mungkin berniat melakukan bunuh diri (jisatsu) hanya karena semua perasaan mengerikan itu.

“Kau hanya ingin menerima, kau ingin diperhatikan, disayangi, dipedulikan. Tak pernahkah kau menanyakan pada dirimu sendiri berapa banyak kau telah memberi? Berapa banyak yang telah kau lakukan untuk sahabat-sahabatmu?” (hal. 79)

“Seringkali kau tidak menyadari betapa kau sangat membutuhkan sahabatmu,” — “Kau baru menyadarinya ketika mereka melupakanmu,” (hal. 83)
Konflik yang dibangun pun tidak hanya seputar masalah percintaan, dalam Evergreen kita dapat membaca masalah-masalah hubungan keluarga, adik-kakak, sampai kepada sahabat sendiri. Semua diulas dengan baik.

‘Begitulah Oyaji menyayangi kalian. Seperti empat musim. Jika yang satu berakhir, musim berikutnya akan meneruskan. Kalian tidak akan pernah bisa menghitung itu dengan matematika, tetapi dengan hati.’ (hal. 100)
Satu yang agak mengusik adalah jenis huruf dan ukuran yang digunakan dalam buku ini agak nggak enak dibaca (bagi aku). Walaupun bukan pengguna kacamata minus, rasanya cukup siwer juga saat membaca di malam hari karena ukurannya yang bisa dikatakan relatif kecil, walaupun untuk jenisnya lebih terasa 'manis'.

Tapi, secara keseluruhan masih tetap punya cita rasa ala Kak Prisca. Nggak salah lagi, she’s one of my favorite author :D

“Sesuatu yang sulit sekali diberikan. Padahal dengan melakukan itu, berarti kita menyelamatkan hati kita sendiri. Pernahkah kau mendengar, bahwa ketika kau memaafkan seseorang, kau membuka lagi pintu rumah yang sebelumnya kau tutup rapat-rapat, yang telah membuat dirimu terperangkap dan kehabisan napas. Ketika kau memaafkan, kau pun bisa bernapas lagi. Dan hidup.” (hal. 118)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] The Power In You - Ollie

Wednesday, October 29, 2014

Love yourself, share the love for others, and that’s how we can be powerful against the world! (hal. 285)

Judul: The Power in You
Penulis: Ollie (Aulia Halimatussadiah)
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 288 halaman
Rating: ★★★★★

---

Power itu kemampuan kita dalam mengetahui potensi diri, tahu apa yang ingin kita lakukan, dan berpegang teguh untuk make things happen. Apa sih kekuatan alias power kita dalam hidup ini?

Dalam buku ke-27-nya, Kak Ollie—aku baru sadar ada kesamaan nama setelah membaca profilnya di cover belakang—mengajak kita untuk mengenal lebih jauh terhadap potensi dan kekuatan yang ada pada diri kita sendiri. Mungkin, sebagian di antara kita sudah mengenalnya, tapi kebayang nggak sih sebenarnya masih ada banyak potensi yang belum kita gali dan kita sadari itu?

Jadi, mengetahui apa yang kita inginkan dan paling baik untuk kita, akan memudahkan kita untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan fokus hidup kita. (hal. 189)
Nah, melalui What Is Power, kita diajak berkenalan dahulu terhadap hal terpenting apa yang ada pada diri kita ini. Kenapa harus power, kenapa harus memulainya dengan ‘kenapa’, bagaimana kekuatan visi kita, dan bagaimana menantang diri sendiri untuk change your life. Pembuka yang owsom banget!

“You don’t know why you do something, that’s why you’ve never finished anything.” (hal. 7)

Selanjutnya, dalam bab Barriers You Might Face, Kak Ollie memotivasi kita untuk mengendalikan perasaan dan emosional yang kita miliki. Kita nggak mau dong emosi kita nggak terkendali hanya karena kita bingung bagaimana mengatasinya. Nah, disinilah kita bakal tahu bagaimana seharusnya menjadi tuan dari emosi kita sendiri. Dan yang paling penting, jangan jadi generasi ngomel!

Banyak hal yang bisa diselesaikan tanpa memaki. Kata-kata makian tersebut lebih banyak menunjukkan karakter kita daripada orang yang kita maki. (hal. 59)
Bab ketiga adalah Know Our Self, kenali dulu siapa diri kita sendiri. Siapa tahu, kita punya sejuta orang yang kita kenal baik, tapi sendirinya masih bingung dengan who I am. Dalam bagian ini, kita belajar menganalisis hidup kita, passion kita, kekuatan dan kelemahan, potensi, dan prinsip... yang tentunya dari sudut pandang objektif. Yah, kalau kita berkaca secara subjektif sih, apa yang dinilai pasti selalu lebih baik dan nggak ada kurangnya. Agree?

Cintai diri kamu sendiri dulu, sebelum kamu bisa membagi cintamu kepada orang lain. In fact, kamu adalah orang terpenting yang perlu kamu cinta sebelum orang lain. (hal. 110)
Selain itu ada juga bab Principle dan On Track yang masing-masing memberdayakan kita bagaimana tahapan untuk mendapatkan tujuan apa yang kita inginkan. Dalam Work Smart dan Enthusiasm, Kak Ollie juga membocorkan rahasia sukses bin keren nan ajaibnya untuk terus melangkah demi kesuksesan. Dan, yes, di bab Reliance (to self), saatnya kita beristirahat sejenak untuk menilai kembali terhadap apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Adakah perubahan, atau masih jalan di tempat aja? Aku pikir, di bab terakhir ini, bisa dikatakan sebagai pendinginan dari step-by-step bab-bab sebelumnya. Disini, Kak Ollie seolah mengajak kita untuk terus menyayangi diri kita sendiri, berusaha menjadi orang yang berpikir positif, selalu gembira, berhenti menyiksa diri sendiri, keep calm, dan yaps, always love yourself.


Walaupun seperti buku nonfiksi-pengembangan diri kebanyakkan—aku ingat dengan buku Dream Catcher Kak Alanda—The Power in You dari Kak Ollie ini tentu punya cita rasa lain yang jadi khas dari buku self-help. Apakah itu? Satu hal yang aku rasakan adalah... Kak Ollie benar-benar menceritakan tentang hobi, passion, dan bukti dari kesuksesannya selama ini.

“Tapi kan memang biasanya gitu!” Jelas yang satu ini beda, seolah aku benar-benar yakin kalau Kak Ollie semacam role model yang—I don’t know why—dia benar-benar mempresentasikan aku ingin kayak dia! Yah, selain hobinya yang membaca, menulis, berbisnis, dan traveling itu—which is yang kedua pertama itu aku banget—aku rasa dia bisa jadi mentor aku. Karena aku percaya, orang yang sevisi dengan kita itu selalu mengerti. Aku tahu Kak Ollie bisa paham walau sebenarnya ini pertama kalinya aku kenal dia (FYI, aku pernah dengar dia sebagai salah satu pencetus kutukutubuku.com dan nulisbuku.com, pernah baca di suatu majalah, tapi nggak inget kalau namanya ‘Ollie’).

Keistimewaan lainnya adalah, di dalam buku ini juga ada semacam ‘lahan kosong’ untuk kita menuliskan apa-apa saja yang ingin kita ceritakan. Dinamakan Practice artinya sebagai latihan, sudahkah kita memahami apa mau kita, dan memahami apa yang disampaikan Kak Ollie sebelumnya.

Intinya, dalam buku ini aku nggak lagi merasa ‘sayang’ untuk mencorat-coret demi menuliskan dan mengisi Practice yang ada—yah walau belum semuanya sih, dan nggak sayang melipat bukunya hanya karena banyak kutipan menarik dan tentunya inspiratif itu.


Ada yang bilang, orang yang mencintaimu akan menerimamu apa adanya, orang yang membencimu akan tetap membencimu, apa pun yang kamu lakukan. Maka, berhenti menjelaskan siapa dirimu dan mulailah banyak berubat. (hal. 3)

Untuk menebar kekuatan, memotivasi orang lain, dan memberi manfaat lebih banyak pada lingkungan sekitar, hal utama yang harus kita lakukan adalah membuat diri sendiri kuat dahulu, baik fisik maupun mental. (hal. 19)

Maka, saat kamu menemukan masalah, bergembiralah karena ini saatnya kamu bisa berkontribusi, mencurahkan tenaga, pikiran, dan perasaan kamu untuk kepentingan diri sendiri dan juga orang banyak. Semangat! (hal. 24)

Setiap orang akan punya opini masing-masing tentang bagaimana kita harus bertindak. Namun, hanya kita yang paling mengerti arah yang ditunjukkan lentera hati kita. (hal. 27)

Life is short, maka gunakanlah sebaik-baiknya. Di usia muda, energi dan ide kita masih berlimpah untuk digunakan. Jadi, manfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin. (hal. 34)

Kalau tahu apa yang kita inginkan, kita akan tetap fokus dan membuktikan baha apa yang kita perjuangkan benar-benar berharga dan layak untuk diteruskan. (hal. 42)

Sukses yang sesungguhnya adalah sukses harian yang kita dapatkan dari hasil memperhatikan hal-hal kecil dalam hidup. (hal. 68)

Setiap orang harus berani bermimpi. Bermimpilah yang BESAR sampai kita “takut” mendengar mimpi kita sendiri. (hal. 136)

Hidup terlalu singkat untuk dijalani sambil menggeret beban begitu banyak dari hal-hal yang nggak kita perlukan, dan nggak menambah manfaat untuk hidup kita. (hal. 151)

When you feel something’s not right in your relationship, it probably is toxic relationship. Talk to your trusted friend/person, mature & more experienced friends to understand the situation. Remember: you are magnificent and you deserve true love in a true healthy relationship. (hal. 164)

Jangan berharap orang lain akan menganggap kamu bisa diandalkan kalau kamu bekerja asal-asalan dan nggak tepat waktu. Always be helpful and useful for someone else. (hal. 168)

You got the idea. Don’t let sadness occupy your mind. Get busy! Life is exciting! (hal. 202)

I’ve learned that enthusiasme is contagious. Surround yourself with enthusiastic people. Always try to pull yourself out of your comfortable sulking cave and shine, like total shine with some thunderlike noises. Be like awakening storm in sunny day. Be disruptive. That’s how you should be. (hal. 218)

Apa yang kita anggap sebuah kegagalan saat ini bisa jadi akan menjadi pelajaran penting yang mengubah hidup kita dan menjadi kenangan lucu di masa depan. (hal. 226)

Keberanianmu untuk berbagi pemikiran dan pengalaman, dapat mengubah hidup orang lain ke arah yang lebih baik. Perkuat diri kamu agar bisa menyampaikan pesan dengan lebih baik. (hal. 237)

Berhentilah menyiksa diri. Jangan jadikan diri kamu sebagai korban. Jadikan diri kamu pemimpin bagi setiap keputusan yang kamu ambil dalam hidup. (hal. 261)

Sesuatu yang terlihat keren itu bukan kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan yang matang dan kerja cerdas. (hal. 268)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

Wishful Wednesday 21

Wednesday, October 22, 2014

Sudah lama semenjak Wishful Wednesday terakhir, dan itu sekitar bulan Agustus. Mengecewakan mengingat beberapa bulan ini sedang hiatus dari blog, dan jarang sekali update, tapi Alhamdulillah sih kemarin mulai bangkit dari kubur lagi untuk menulis tiga review :D


Jadi, ini untuk Wishful Wednesday lagi, ingin lagi berangan-angan. Yah, sebenarnya ini adalah pengharapan yang (katanya) bakal dijanjikan teman sebagai kado ulang tahun aku yang terlambat. Nggak papa deh, semoga dia nggak merasa 'dipalaki' ya xD

Judul: Sweet Home
Penulis: Adeliany Azfar
Penerbit: Haru
Tebal: 360 halaman
Harga: Rp. 54.000,-
Bagi Emily Cox, naik ke grade 11 sama dengan gejolak emosi yang tiada habisnya.

Matthew Cooper, pacar sekaligus temannya sejak kecil, memutuskan hubungan mereka. 

Sementara Marion-Mary-Scott, sahabat dan tetangga sebelah rumahnya, terpaksa pindah dari Sweet Home ke kota lain setelah ibunya menikah lagi.

Saat Emily menyangka kehidupannya tidak bisa lebih buruk dari itu, puluhan pesawat kertas berisi curahan hati rahasia yang ia terbangkan ke teras rumah sebelah, yang semestinya ditujukan kepada Mary, hilang tiba-tiba!

Lalu muncullah Tyler Adams, tetangga baru yang dengan seenaknya selalu merecokinya dan membuat hari-harinya semakin menyebalkan.

Apa sih sebenarnya tujuan cowok itu?

Ini adalah buku dari pemenang 100 Days Romance dari Penerbit Haru, aku sih sudah punya yang pertamanya--People Like Us--tapi belum dibaca. Hehe... ceritanya seru, di luar fokus Haru yang biasanya menerbitkan buku dengan setting Korea, Jepang, atau Indonesia. Yah, nggak ada salahnya kan, apalagi tahu kalau sekarang Haru punya adik baru :D

Judul: Moon in the Spring
Penulis: Hyun Go Wun
Penerbit: Haru
Tebal: 405 halaman
Harga: Rp. 67.000,-
Di malam bulan purnama, seorang dewi terjebak bersama seorang pria berhati dingin dan licik di permukaan bumi. 

Dewi Langit, Pria Bumi, lalu Malaikat Kematian…. 

Apakah wanita itu benar-benar tunanganku? 

Pria itu bernama Kang Min-Hyuk, pria berhati dingin dan licik. Ia tidak tampak terkejut ketika tunangannya bangkit dari kematian. Ia tidak memiliki perasaan apa pun kepada wanita itu. Akan tetapi sesudah kejadian itu, wanita itu terlihat seperti wanita lain. Dan wanita itu tidak pernah bisa hilang dari pikirannya.
 
Apakah pria itu akan berhasil mengetahui identitasku yang sebenarnya?

Ji-Wan melanggar peraturan langit dan turun ke bumi untuk menggantikan posisi seorang wanita yang meninggal. Di sana, ia bertemu dengan Min-Hyuk, tunangan wanita yang ia gantikan. Sejak bertemu dengannya, Ji-Wan tahu bahwa pria itu adalah orang yang tidak mudah untuk dihadapi. Walaupun begitu, Ji-Wan berniat untuk bisa terus bertahan di dunia manusia… meski ia merasa lelah.

Ini sekuel dari Always With Me yang juga karangan Hyun Go Wun. Aku dapat buku Always With Me dari Kak Zelie dengan tanda tangan dari penulisnya langsung. Beruntung banget! Yah, semoga lain kali aku juga dapat buku-buku Haru ini dengan tanda tangannya langsung ya #ngarep

Judul: Fangirl
Penulis: Rainbow Rowell
Penerbit: Spring (imprint Haru)
Tebal: 456 halaman
Harga: Rp. 74.000,-
Cath dan Wren—saudari kembarnya—adalah penggemar Simon Snow. Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekadar fan. Simon Snow adalah hidupnya!

Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan nama pena Magicath di Internet, dan ia terkenal! Semua orang menanti-nantikan fanfiksi Cath.

Semuanya terasa indah bagi Cath, sampai ia menginjakkan kaki ke universitas. Tiba-tiba saja, Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya! Dicampakkan Wren, dunia Cath jadi jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.

Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil. Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah: mampukah ia menghadapi semua ini?
Yah, ini buku pertamanya dari Penerbit Spring, adiknya Penerbit Haru. Wiih, nggak sabar deh nunggu punya bukunya bulan November nanti. Selain, aku coba untuk jadi reviewer-nya, kalau memang nggak lolos (etapi semoga lolos deh ya), mending beli aja ya, cover-nya lucu dan Aunty Rainbow bilang dia juga takjub sama cover ala Indonesianya :D

1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu.
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlist-nya di hari Rabu =) 

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Cool Guys Ramen Shop - Lee Min Young

Sunday, October 19, 2014

Judul: Cool Guys Ramen Shop
Penulis: Lee Min Young
Penerbit: Qanita (imprint Mizan)
Tebal: 453 halaman
Rating: ★★

---
Cha Chi Soo, adalah seorang anak presiden Cha yang memiliki perusahaan di banyak bidang dengan label bernama Chwa World. Chi Soo patut beruntung karena besar dari keluarga yang berkecukupan dalam segala hal—atau lebih tepatnya, serba kelebihan. Tidak heran, sikapnya yang angkuh, manja, dan menganggap sepele orang lain menjadi karakter seorang Chi Soo. Selain kaya, wajah tampannya makin menambah daftar panjang bahwa dirinya patut dianggap sempurna oleh orang lain. Apapun yang diinginkannya pasti selalu dikabulkan sang Ayah.

Berbeda dengan Chi Soo, Hyun Woo—sahabat Chi Soo—punya kehidupan yang bertolak belakang dengan putra pemilik Chwa World tersebut. Hyun Woo harus rela bekerja paruh waktu di tengah kesibukan sekolahnya untuk membayar lunas semua tagihan hutang ayahnya itu. Bukannya membantu bekerja, ayah Hyun Woo malah kabur dan menjadikan Hyun Woo bagai buronan yang selalu dikejar-kejar. Keinginan Hyun Woo tak pernah muluk-muluk, ia hanya menginginkan hidup normal dan tenang, begitu saja.

Kim Ba Wool yang juga teman Chi Soo adalah anak berandalan yang hobinya berkelahi. Ia kesal karena ayah angkatnya yang merupakan seorang Pendeta selalu ingin mengadopsi anak. Ia merasa muak karena bukannya mengasuh, tapi malah memberatkan Ba Wool sebagai kakak tertua untuk menjaga adik-adiknya itu. Ba Wool sangatlah benci dengan ayah angkatnya itu. Belum lagi, kekesalannya pada Chi Soo karena ia merebut So Yi yang sangat dicintai Ba Wool.

Yang Eun Bipanci nikel perak—adalah seorang anak dari pemilik toko ramen. Eun Bi adalah tokoh wanita yang sedang menempuh ujian seleksi untuk bisa menjadi guru. Cita-citanya ini sebenarnya bukanlah keinginannya, Eun Bi tidak suka mengajar, ia lebih menyenangi bermain voli. Namun, karena dipaksa ayahnya, dan merasa bahwa posisi seorang guru lebih ‘dihormati’, maka ia terpaksa untuk mengiyakan saja kemauan sang ayah.

Tanpa diduga, cerita berlanjut bahwa Eun Bi adalah guru magang di sekolahnya Chi Soo. Ia selalu merasa risi jika terus berlama-lama berdekatan dengan muridnya yang satu ini. Entah kenapa, berada di dekat Chi Soo ia selalu merasa ada hal yang aneh, dan di beberapa waktu sering terdengar bunyi lonceng ‘teng teng’ yang menandakan bahwa dialah jodoh Eun Bi.

Kejadian-kejadian seru mewarnai kisah antara guru Yang Eun Bi dan Cha Chi Soo. Sampai akhirnya, keempat tokoh utama itu dipertemukan dengan tokoh bernama Kang Hyuk yang merupakan anak didik dari ayah Eun Bi. Kang Hyuk mengajak mereka untuk membangkitkan kembali toko ramyun tersebut dan berganti nama menjadi “Cool Guys Ramen Shop”. Toko ramen yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakkan lainnya, hanya saja Cool Guys Ramen Shop memiliki empat pekerja laki-laki yang tampan, rasa ramen yang sangatlah lezat, dan pelayanan yang disesuaikan dengan ramen yang dipilih. Inilah yang membedakannya dengan toko ramen lain, ada kehangatan yang bisa ditemukan ketika memasuki toko ini.

Masalah silih berganti menghadang setiap tokoh. Chi Soo terhadap ayah dan perasaannya kepada guru magang, Hyun Woo terhadap keinginan hidupnya yang normal dan gadis yang menyukainya, Ba Wool dengan sikap berandalnya dan sang ayah yang menyebalkan, Eun Bi dengan mimpi dan rasa sayangnya pada sang ayah, serta kisah Kang Hyuk yang menuai banyak rahasia.

Ada keunikan tersendiri saat membaca Korean romance yang satu ini. Tidak hanya soal cinta, tapi juga tentang persahabatan dan arti mimpi yang sesungguhnya. Setiap kisah menceritakan satu per satu masalah yang dihadapi setiap tokoh, dengan judul bab berdasarkan nama tokoh dan resepnya tersendiri.
Aku suka gaya penulis Min Young menjelaskan setiap detail kisahnya, kadang tanpa kita sadari satu kisah ini akan punya efek di cerita selanjutnya, mudah diikuti. Lebih senang sih karena terjemahannya ternyata pas, dan rasa komedinya dapet, nggak kaku, walau sempat bingung tentang percakapan ini dikatakan oleh siapa untuk siapa dan kepada siapa (?) Ending-nya ala Korean ending, mungkin yang sering nonton K-drama bisa mengetahui sedikit karakter bagaimana suatu cerita berakhir. Sedikit greget juga lah.

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Supernova #1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh - Dee

Mencintai sesuatu atau seseorang dengan keutuhan diri adalah satu-satunya cara mencinta. Sementara perasaan tidak lengkap atau ketergantungan adalah refleksi jarak Anda dengan diri sendiri. (hal. 162)

Judul: Supernova #1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Truedee Books
Tebal: 231 halaman
Rating: ★★

---
“Pernahkah kamu merasa kita semua terlahirkan ke dunia dengan membawa tanda tanya agung? Tanda tanya itu bersembunyi sangat halus di setiap atom tubuh kita, membuat manusia terus bertanya, dihantui, sehingga seolah-olah misi hidupnya pun hanya untuk menjawab tanda tanya itu.” (hal. 45)
Di saat orang lain sedang bergembira ria menyambut datangnya seri Supernova terbaru datang—Gelombang—baiklah, kali ini aku akan membahas tentang seri pertama Supernova—Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh *karena melawan arus itu keren*.

Puteri,
Kembalilah ke puri ini.
Satu semesta mungil yang mampu melumat bumi
Kalau aku mau membentangkannya. (hal. 20)

Agak sulit awalnya membayangkan akan seperti apa dan bagaimana cerita ini berjalan. Secara garis besar, KPBJ bercerita tentang kisah di dalam kisah. Ibarat cerita buku di dalam buku. Kedua tokoh utama bernama Dhimas dan Ruben ini memutuskan untuk membuat sebuah masterpiece—mahakarya bersama tentang kisah cinta yang tidak biasa.

Dalam cerita hasil kolaborasi keduanya, ada tiga tokoh utama yang berperan besar dalam cerita, yakni Ferre, Rana, dan Diva. Ferre adalah seorang pria muda metropolis yang tidak hanya pintar dan sukses, tapi juga masih single dan orang yang puitis sekali. Semenjak kecil,  ia sangat terobsesi dengan dongeng Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Kelak, ia bermimpi untuk menjadi seorang Ksatria.

Neneknya menenangkan: Itu hanya dongeng, Re. Satu dongeng sedih yang tak sengaja kamu temukan. Masih banyak dongeng lain yang berakhir bahagia. (hal. 29)
Keinginan menjadi Ksatria yang memperjuangkan cintanya terhadap sang Puteri seolah benar-benar terkabul. Satu hari, Ferre seolah menemukan jiwa sang Puteri itu ada pada diri Rana, seorang reporter majalah yang sudah bersuami. Di sinilah konflik mulai hadir antara cerita Ferre dan Rana ini, di antara keinginan dan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Tentang perasaan Ferre terhadap Rana dan tentang perasaan Rana pada Arwin—suaminya.

Mungkin memang begini ini adanya... Cinta tidak membebaskan. Konsep itu memang utopis. Cinta itu tirani. Ia membelenggu. Menggiringnya ke lorong panjang pengorbanan. (hal. 79)
Di sisi lain, sang pencipta karya—Dhimas dan Ruben—makin menambah suasana dengan menghadirkan Diva di tengah kemelut cerita. Dialah sang Bintang Jatuh, bintang yang melenyapkan mimpi Ksatria di dongeng masa kecil itu. Tapi... selain itu, muncul juga seorang cyber avatar yang bernama Supernova. Tanpa kita sadari, dialah yang menghubungkan masing-masing kisah dari cerita mereka ini.

Di awal, aku sempat merasa nggak akan sanggup membacanya sampai akhir. Masih cukup bingung dengan alurnya yang belum menemukan titik potong (ealah, jadi kayak Matematika).

Dee juga mewarnai cerita KPBJ ini dengan istilah-istilah sains terhadap kehidupan yang dijalani dalam cerita ini. Ada banyak istilah asing yang mungkin bisa membuat kita mengernyitkan dahi atau mungkin sampai mabok, ibarat karya fiksi ilmiah—bisa jadi kita serasa diingatkan dengan mata pelajaran Fisika (bahkan di sekolah aku pun belum belajar demikian).

Turbulensi hadir di mana-mana, dalam hidup organisme sesederhana bakteri sampai ke interaksi antarplanet di Bimasakti. (hal. 7)
Akan tetapi, dengan alur cerita yang mengalir, utuh, dan saling bertautan, secara nggak langsung dan tanpa kita sadari KPBJ memberi hikmah pada pembaca untuk punya cara pandang lain tentang kehidupan ini.

“Ketika kita balikkan cara pandang kita, maka kenyataan pun berubah; ternyata pelacuran terjadi di mana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya. Dan bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina?” (hal. 50)

Berhentilah merasa hampa. Berhentilah minta tolong untuk dilengkapi. Berhentilah berteriak-teriak ke sesuatu di luar sana. Berhentilah bertingkah seperti ikan di dalam kolam yang malah mencari-cari air. Apa yang Anda butuhkan semuanya sudah tersedia. (hal. 139)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] The Fault In Our Stars - John Green

“Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tidak mau mengingkari diriku sendiri dari kenikmatan sederhana berkata jujur.” (hal. 207)

Judul: The Fault In Our Stars
Penulis: John Green
Penerbit: Qanita (imprint Mizan)
Tebal: 422 halaman
Rating: ★★

---

Namanya Hazel Graze, seorang remaja berusia 16 tahun yang mengidap penyakit tiroid dengan metastasis. Penyakit ini membuat Hazel kesulitan bernafas dan selalu merasakan sakit pada paru-parunya dan terkadang kekurangan oksigen. Itulah yang membuatnya harus selalu memakai dan membawa alat bantu pernafasan berupa kanula dan tabung oksigen.

Hazel bertemu Augustus Waters pada pertemuan mingguan Kelompok Pendukung, suatu pertemuan yang menghadirkan anak-anak penderita kanker. Gus—begitu panggilannya—berusia 17 tahun dengan osteosarkoma. Walaupun begitu, Gus tetap menjalani hidupnya dengan berpikir positif.

Ada juga Isaac, anak laki-laki berwajah muram yang menderita kanker mata yang luar biasa langka. Isaac adalah teman Hazel dan Gus, dalam pertemuan Kelompok Pendukung itu.

Pertemuan itu membawa mereka dalam cerita yang mengharukan, tentang kisah-kisah bagaimana seorang pengidap kanker harus dan dapat bertahan hidup. Hazel dan Gus semakin akrab, bahkan setelah membaca buku Kemalangan Luar Biasa, Gus meyakinkan Hazel untuk ikut menemui penulis bernama Peter van Houten itu. Tidak mudah mengiyakan keinginan yang satu ini, karena Hazel dituntut memberi perhatian lebih pada penyakitnya. Namun, di sisi lain ia juga penasaran, mengapa cerita dalam Kemalangan Luar Biasa berakhir begitu saja, tidakkah Peter van Houten akan melanjutnya karyanya?

Kemalangan Luar Biasa menceritakan seorang gadis bernama Anna dan ibunya yang bermata satu, tukang kebun profesional yang terobsesi dengan tulip. Mereka memiliki kehidupan kelas menengah ke bawah yang normal di sebuah kota kecil di California tengah, sampai Anna menderita kanker darah langka.
***

Awesome. Semenjak tersiar kabar bahwa banyak orang yang menyukai buku yang satu ini, aku tidak berpikir apa memang sebegitunya ya? Katanya sih..., buku ini berkisar kisah fiksi tentang orang-orang yang mengidap kanker. Menyedihkan, tapi juga mengharukan. Awalnya nggak terlalu antusias, toh ini hanya kisah fiksi, rasanya masih kurang sreg kalau bukan kisah nyata.

But to be honest, ini memang manis. Cerita Hazel dan Gus seolah-olah nyata walau agak tidak mungkin ada orang yang benar-benar seperti mereka—memandang kehidupan sebegitu mudahnya, bahkan tanpa memikirkan beban dari vonisan kanker itu sendiri. Di lain kisah cinta antara Hazel dan Gus, dan juga teman mereka—Isaac, keluarga dari keduanya pun terasa hangat dan menjaga anak-anaknya dengan kasih sayang. Nggak overprotektif macam orangtua dari anak pengidap kanker lainnya.

“Aku tidak akan membohongimu soal ini. Seandainya kau lebih merepotkan daripada bermanfaat, kami akan melemparkanmu begitu saja ke jalanan.” (hal. 141)
Cara John Green menulis ceritanya cukup berhasil menurutku, kecuali kalau ada beberapa orang yang berekspetasi bahwa buku ini menyedihkan sekali atau mengharapkan akhir yang bahagia sekali. Tidak, buku ini tidak semudah yang dibayangkannya. Ada cerita sedih, bahagia, dengan takaran yang pas dan tidak melebih-lebihkan.

Di lain hal, aku cukup kecewa dengan penerjemahannya. Inilah yang jadi ketakutanku, menyesal membaca buku terjemahan karena hasil terjemahan itu sendiri. Padahal, bisa jadi kan cerita versi aslinya lebih menakjubkan, who knows? Ada banyak hal yang kurang aku pahami dari buku ini, makanya membacanya pun sedikit bertele-tele karena hampir menyerah dan bosan. Sayang sekali, buku sebagus ini tapi terjemahannya kurang pas di hati.

Eh, selain itu, ada beberapa kutipan yang aku suka dari buku ini (yah, walau kadang menemukan juga penerjemahan yang nggak sinkron sama sekali).

“...Jika kau khawatir dilupakan selamanya oleh manusia, aku mendorongmu untuk mengabaikannya saja. Tuhan tahu, itulah yang dilakukan semua orang lainnya.” (hal. 23)
 “Semua orang begitu baik. Juga kuat. Di hari-hari terkelam, Tuhan meletakkan orang-orang terbaik dalam hidupmu.” (hal. 42)
“Terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang mengucapkannya,” (hal. 86)
“Kepedihan menuntut untuk dirasakan.” (hal. 89)
“Aku selalu berpikir dunia adalah pabrik pewujud-keinginan.” (hal. 150)
“Sadarlah bahwa berupaya menjaga jarak dariku tidak akan mengurangi kasih sayangku terhadapmu.” (hal. 167)
“... Kau begitu sibuk menjadi dirimu sendiri, sehingga sama sekali tidak tahu betapa kau benar-benar tidak ada duanya.” (hal. 168)
Aku selalu merasa terbangun dari nyeri, ketika sesuatu yang berada di dunia di luar diriku mendadak menuntut komentar atau perhatianku. (hal. 192)
“Kita menua lebih lambat ketika bergerak lebih cepat, jika dibandingkan dengan ketika berdiri diam. Jadi, pada saat ini waktu berlalu lebih lambat bagi kita daripada bagi orang-orang di bumi.” (hal. 201)
“... Ketakutan terhadap pelupaan abadi adalah sesuatu yang lain, ketakutan bahwa aku tidak akan bisa memberikan sesuatu pun sebagai pengganti hidupku.” (hal. 227)
“Kau jahat sekali mengatakan bahwa satu-satunya kehidupan yang bermakna adalah jika kita hidup untuk sesuatu atau mati untuk sesuatu. Itu hal yang sangat jahat untuk dikatakan kepadaku.” (hal. 228)
“Pasti kau tahu kalau hanya ada dua emosi, yaitu cinta dan ketakutan.” (hal. 254)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs