[Quotes] Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari

Friday, July 4, 2014

Aloha, ini dia blog post Book Quotes untuk judul buku Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari. Review ada di blog post sebelumnya, klik yang ini.


Kutipan Pembuka

Tidak pernah ada yang tahu apa yang Tuhan mau. (hal. 5)
Tuhan sudah merencakan aku dan kamu bertemu di suatu waktu. (hal. 19)
Segala keterbatasan ini membuatku takut. (hal. 29)
Cinta begitu sederhana, tanpa perlu alasan apa-apa. Begitu saja. (hal. 41)
Mungkin artiku buatmu dan artimu buatku berbeda. (hal. 47)
Biarkan hati mengalirkan segalanya. (hal. 53)
Semua ini tentang rasa percaya. (hal. 58)
Karena aku sadar, tak pernah ada seseorang yang bisa kumiliki seutuhnya. (hal. 63)
Ketika aku mulai berpikir untuk bermimpi bersamamu. (hal. 73)
Cukup genggam tanganku dan kita akan melintasi masa lalu. (hal. 79)
Waktu menyadarkanku, mencintaimu butuh ruang sebesar itu. (hal. 90)
Kita saling mengiringi, tetapi tidak pernah saling mengisi. (hal. 97)
Mungkin aku perlu jatuh beberapa kali agar benar-benar bisa berdiri. (hal. 105)
Biarkan semua berjalan apa adanya. Ikuti arahnya. (hal. 111)
Terkadang aku bertanya, ke mana hidup membawa kita. (hal. 117)
Selamanya, memang begitu adanya. (hal. 125)
Karena aku tidak sempurna, Tuhan menghadirkanmu untuk memenuhi sebagiannya. (hal. 129)


Kutipan Kalimat

“Semua orang seharusnya punya harapan. Punya mimpi. Soalnya, saat nggak ada lagi yang bisa diperjuangkan, kita masih punya harapan, kan?” (hal. 11)

Aku larut dalam mimpi itu sendiri, dan tidak pernah pergi. – Nadine Almaira Kamil. (hal. 13)

Do what you wanna do, Din. Choose your own happines. Work hard for it. And you deserve it.” (hal. 18)

Ia merasa seperti... jatuh cinta. Tetapi, apakah bisa jatuh cinta tanpa rencana? Tanpa lebih dulu mengenalnya? Tanpa apa-apa—jatuh begitu saja? (hal. 25)

“Mimpi yang besar membuat kamu buta dan lupa.” (hal. 32)

“Tapi, kita harus punya mimpi, Jar. Punya goal.” –– “Sama kayak lomba; ada garis start, ada garis finish. Mau cepat, mau lambat, pasti sampai di garis finish. Tapi, itu bukan goal-nya. Bagaimana bisa jadi pemenang itu baru goal.” –– “Dan, akhirnya kalah?” –– “Setidaknya, kita sudah usaha. Kalah atau menang adalah hasil akhir. Penentuannya dari bagaimana kamu melakukan sebaik-baiknya.” –– “Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di mana letak kita salah. Supaya kita belajar buat benar.” (hal. 33)

“Dalam hidup, nggak ada yang mudah, tapi segala sesuatu pasti ada jalannya—kalau kita mau berusaha.” (hal. 49)

“Dan, saat kamu memulai hidup baru dengan seseorang, itu juga bukan kesalahan. Bukan pengkhianatan. Saat Tuhan menutup satu pintu, Tuhan membuka pintu yang lain. Kamu mungkin nggak pernah tahu karena terlalu sibuk mengurusi hidup yang sudah tertutup itu.” (hal. 49)

Ia tidak pernah mengatakan jatuh cinta kepada seseorang adalah sebuah kesalahan. Jatuh cinta tidak pernah salah—siapa pun orangnya. Hanya bagaimana mencintai, memahami, dan mengerti untuk membuat segalanya menjadi benar. (hal. 65)

“... I can’t promise you to solve all your problems, but I can promise you won’t have to face your problems alone.” (hal. 83)

Hidup adalah pilihan. Jika tidak segera memilih, hidup akan memilihkan jalannya dan tidak tahu ke mana arahnya. (hal. 88)

“Aku membayangkan bahagia itu bebas. Lepas. Kita bisa tertawa tanpa beban. Bisa menangis tanpa merasa sedih atau bersalah.” –– “Yang ada di dunia ini adalah masalah. Sampai mati, kita nggak akan pernah lepas dari masalah.” –– “Berarti kita diminta untuk kuat, Jar. Untuk menghadapi masalah-masalah itu. Life is a journey, Jar. Be happy with what you get, with what you have.” –– “Karena ini adalah perjalanan. Kita tentukan arahnya. Kita tahu apa risikonya. Kita tahu ke mana tujuan kita sebenarnya”. (hal. 93)

Setiap pertemuan, akan ada juga perpisahan. (hal. 102)

Ada saatnya harus mengerti, ada juga saatnya tanpa harus mengerti, semua harus terjadi. (hal. 102)

“Kita nggak pernah tahu kenapa suatu kejadian terjadi. Kita bisa menghindari, tapi kalau itu takdir, pasti kita akan kembali ke tempat yang sama lagi. Karena ke mana pun melangkah, tujuannya tetap sama.” (hal. 109)

Karena Tuhan menginginkan begitu. Tuhan mempunyai banyak rencana, mungkin aku dan kamu ada di antara rencana-rencana-Nya. (hal. 109)

“Buat saya, mimpi bukan sesuatu hal yang mustahil. Siapa bilang mimpi hanya sekadar mimpi, kalau kita mampu mengusahakannya, semua menjadi mungkin.” (hal. 119)

Bukan mereka yang menghadirkan cinta, tetapi cinta yang membuat mereka ada. Dulu, mereka mencintai karena ego untuk saling memiliki dan kini mereka bersatu karena saling mencintai. Cinta memang buta, tidak memilih siapa, tidak pernah diduga, tidak bisa dipaksa, begitu sederhana hingga membuatnya mampu melakukan apa saja untuk mereka berdua. (hal. 130)

“Don’t make me go through this alone” –– “Never, it’s a long, hard and winding road, but when there’s a will, I’m sure there’s also a way, right?” (hal. 134)

“Ternyata, orang yang akan menjadi pasangan hidupnya sedekat lilin yang selalu menemaninya hingga terlelap.” (hal. 182)

‘Buat apa menjadi guru kalau lebih suka meremehkan murid daripada mengajarinya?’ (hal. 196)

“Dia mau bersusah payah mewujudkan mimpi orang lain, tapi menyerah bila menyangkut mimpinya sendiri.” (hal. 202)

“Ketika kamu menjadi orangtua... tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang lebih kau inginkan. Cita-cita anakmu adalah cita-citamu juga. Bila cita-cita mereka tidak tercapi, bagaimana perasaanmu? Bisakah kau meninggalkan mereka dengan tenang...?” (hal. 203)

“... Semua seni hebat berasal dari pengalaman mendalam, dan sering kali dari peleburan kisah-kisah dan karya-karya yang sudah ada. ...” (hal. 214)

“Seseorang mengatakan padaku bahwa kita akan selalu bersama yang benar-benar kita cintai.” –– “Kalau kita tidak bisa bersama mereka, berarti kita tidak benar-benar mencintai mereka. Itu hanya semacam selingan. Hanya perasaan yang berlangsung sekejap.” ––  “Kadang kita merasa kesulitan menemukan cinta sejati. Tapi aku yakin cinta itu pun sebenarnya sedang mencari kita. Pokoknya ganbatte kudasai. Berusaha sebaik mungkin, maka pada suatu titik kau pasti akan bertemu dengannya.” (hal. 218)

“Kita sama-sama punya impian tapi tak punya keberanian untuk mewujudkannya kan?” (hal. 230)

“Aku percaya harapan akan selalu ada ketika kita masih bernapas...,” (hal. 247)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs