Ia tidak pernah mengatakan jatuh cinta kepada seseorang
adalah sebuah kesalahan. Jatuh cinta tidak pernah salah—siapa pun orangnya.
Hanya bagaimana mencintai, memahami, dan mengerti untuk membuat segalanya
menjadi benar. (hal. 65)
Judul: Beautiful Mistake
Penulis: Sefryana Khairil & Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 260 halaman
Rating: ★★★★★
---
Beautiful Mistake berisi dua kisah yang ditulis oleh dua
penulis berbeda, Dreamland oleh Sefryana Khairil dan Chokoréto oleh Prisca
Primasari. Dua cerita ini memiliki perbedaan kisah dan karakter satu sama
lainnya, walaupun demikian inti ceritanya berkaitan dengan judul buku ini
sendiri, Beautiful Mistake—tentang kesalahan-kesalahan indah yang membawa
tokohnya pada suatu keberhasilan.
= D R
E A M L A N D oleh Sefryana Khairil =
Bukan mereka yang menghadirkan cinta, tetapi cinta yang membuat mereka ada. Dulu, mereka mencintai karena ego untuk saling memiliki dan kini mereka bersatu karena saling mencintai. Cinta memang buta, tidak memilih siapa, tidak pernah diduga, tidak bisa dipaksa, begitu sederhana hingga membuatnya mampu melakukan apa saja untuk mereka berdua. (hal. 130)
Cerita diawali dengan kisah seorang perempuan bernama Nadine
Almaira Kamil yang baru saja mendapati kabar bahwa kekasih yang ditunggunya
selama ini—Dirga—memutuskan untuk melepaskan hubungan mereka yang sudah
bertahun-tahun dijalani keduanya, diperjuangkan Nadine seorang diri. Untuk
mengobati rasa sakitnya itu, ia pergi ke Bali mendatangi sahabat-sahabatnya dan
datang ke sebuah bar/night club bersama dengan Ambar dan Melia. Disana, semua
berawal, pertemuan pertama Nadine dengan seseorang yang selanjutnya akan
mengubah hidup Nadine.
Orang tersebut adalah bartender One Love Bar bernama Fajar
Ananta. Pertemuan mereka memunculkan rasa ketertarikan pada diri masing-masing
yang tak sanggup mereka abaikan begitu saja, dan selanjutnya pertemuan demi
pertemuan membuat keduanya semakin menyadari bahwa telah ada yang berbeda pada
perasaan masing-masing. Fajar yang terlalu cuek dan dingin merasa telah jatuh
cinta kepada Nadine yang periang dan ceria. Bagi Fajar, semua ini terasa aneh
ketika mengingat kembali sebuah peristiwa besar yang pernah merubah hidupnya
menjadi berbeda 180 derajat, kematian istrinya—Miashella—yang membuatnya tak
lagi mudah untuk jatuh cinta kepada orang lain, termasuk Nadine.
“Tapi, kita harus punya mimpi, Jar. Punya goal.” –– “Sama kayak lomba; ada garis start, ada garis finish. Mau cepat, mau lambat, pasti sampai di garis finish. Tapi, itu bukan goal-nya. Bagaimana bisa jadi pemenang itu baru goal.” –– “Dan, akhirnya kalah?” –– “Setidaknya, kita sudah usaha. Kalah atau menang adalah hasil akhir. Penentuannya dari bagaimana kamu melakukan sebaik-baiknya.” –– “Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di mana letak kita salah. Supaya kita belajar buat benar.” (hal. 33)
Nadine sangat mencintai Fajar, namun mampukah Fajar
membiarkan masa lalunya menjadi sebuah kenangan dan menata hidupnya kembali
bersama orang baru di hadapannya, yang siap bersama-sama melewati ini semua?
Apakah keputusan keduanya memang menjadi pilihan yang tepat? Baca selengkapnya
di Dreamland.
“Dan, saat kamu memulai hidup baru dengan seseorang, itu juga bukan kesalahan. Bukan pengkhianatan. Saat Tuhan menutup satu pintu, Tuhan membuka pintu yang lain. Kamu mungkin nggak pernah tahu karena terlalu sibuk mengurusi hidup yang sudah tertutup itu.” (hal. 49)
---
= C H
O K O R É T O oleh
Prisca Primasari =
“Seseorang mengatakan padaku bahwa kita akan selalu bersama yang benar-benar kita cintai.” –– “Kalau kita tidak bisa bersama mereka, berarti kita tidak benar-benar mencintai mereka. Itu hanya semacam selingan. Hanya perasaan yang berlangsung sekejap.” –– “Kadang kita merasa kesulitan menemukan cinta sejati. Tapi aku yakin cinta itu pun sebenarnya sedang mencari kita. Pokoknya ganbatte kudasai. Berusaha sebaik mungkin, maka pada suatu titik kau pasti akan bertemu dengannya.” (hal. 218)
Akai Fukue adalah seorang anak dari Toosan pemilik kafe
cokelat bernama Chokoréto.
Kisah ini dimulai dengan cerita Kai—panggilan Akai—yang terlalu ceroboh karena
sering memecahkan cangkir-cangkir di kafe cokelat itu tiap bulannya. Dan hari
itu, ia lagi-lagi, memecahkan cangkir bermotif daun yang ternyata disukai
Ayahnya. Gawat!
Kecerobohan
pecahnya cangkir-cangkir itu dikarenakan Kai selalu mengingat-ingat permainan
piano yang dimainkan tetangganya yang belum lama ini pindah, ia bernama Yuki
Akihara. Permainan piano yang membuatnya penasaran dan mengingatkannya pada
kenangan di masa lalu.
Akihara-san adalah seorang penulis (atau lebih tepatnya,
seseorang yang bermimpi menjadi penulis). Dan saat itu, ia sedang menulis kisah
tentang cerita cinta seorang pianis, itulah mengapa ia rela meluangkan waktunya
untuk belajar bermain piano; untuk mendalami karakter ceritanya dari seorang
guru pembimbingnya bernama Ravel-sensei dan istrinya. Sayangnya, ada banyak
rintangan yang harus dihadapi Yuki dalam jalan menuju mimpinya itu, membuatnya
hampir menyerah dan putus asa.
“... Semua seni hebat berasal dari pengalaman mendalam, dan sering kali dari peleburan kisah-kisah dan karya-karya yang sudah ada. ...” (hal. 214)
Kenyataan bahwa Yuki mengetahui bahwa Akai adalah seorang
pianis hebat yang juga seorang alumni N.A Rimsky-Korsakov Saint Petersburg
State Conservatory membuatnya merasa kagum. Namun, pemuda itu malah menyerah
dan membuang jauh-jauh impiannya karena ia tidak ingin kehilangan Ayahnya yang
mengidap penyakit kanker paru-paru. Ia terlalu menyayangi Ayahnya dan tidak
ingin kehilangannya sepeninggal Ibunya.
“Ketika kamu menjadi orangtua... tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang lebih kau inginkan. Cita-cita anakmu adalah cita-citamu juga. Bila cita-cita mereka tidak tercapi, bagaimana perasaanmu? Bisakah kau meninggalkan mereka dengan tenang...?” (hal. 203)
Kai mau berusah payah dalam mewujudkan mimpi Yuki menjadi
seorang penulis hebat, namun ia malah sering menyerah bila menyangkut mimpinya
sendiri. Lantas, mampukah Yuki melakukan hal yang sama pada Kai? Dan akankah
keduanya sama-sama mencapai mimpi masing-masing? Baca selengkapnya di Chokoréto.
***
Ini adalah GagasDuet pertama yang aku baca. Iya, padahal
sampai saat ini sudah cukup bertebaran GagasDuet yang ditulis oleh
penulis-penulis kebanggaan GagasMedia, maklum Asyifa anak yang telat pergaulan
*eh.
Aku baca ini karena sebelumnya jatuh hati sama karangan Kak
Prisca di bukunya Paris: Aline, tunggu juga ya review buku Kastil Es dan Air
Mancur yang Berdansa, hehe. Anyway, aku belum pernah baca buku karangan Kak
Sefryana Khairil sebelum ini, mungkin ada yang mau meminjamkan STPC seri Tokyo?
:D
Dreamland dan Chokoréto
sebenarnya punya cerita yang bertolak belakang. Dreamland yang menurutku lebih
menceritakan tentang cinta buta seorang Nadine kepada Fajar, bahkan rela
melakukan apapun dan hampir mengulang kesalahan yang sama. Sedangkan Chokoréto itu kisah yang manis,
semanis minuman Snowflake yang dibuat Kai di kafe cokelat itu, dan cenderung
menceritakan perjuangan mimpi dari masing-masing tokohnya, tapi pada akhirnya
tetap berakhir menyenangkan kok.
Mengenai Dreamland, aku suka dengan cara Kak Sefryana
menulis kutipan-kutipannya, alhasil kutipan Dreamland bisa lebih banyak
daripada di bagian novella Chokoréto
milik Kak Prisca, book quotes-nya terpisah ya–ada di blog post selanjutnya.
Terus di setiap awal bab juga ditulis lirik lagu dari berbagai penyanyi dan
band, semacam Sherina, Simple Plan, Avril Lavigne, Seconhand Serenade, dsb,
cocok nih buat referensi lagu yang keren.
Dan buat Chokoréto,
kalau dibandingkan sama buku Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, suka
dengan keklasikan setting-nya, tentang piano, komposisi, dan komposer-komposer
besar yang secara nggak langsung dikenalkan Kak Prisca, aku jadi tahu komposisi
Polonaise Op. 53, Transcendental Etudes, Piano Concerto 2 in F – Larghetto.
Tapi porsinya lebih banyak di novel Kastil Es itu sih, hehe.
Ngomong-ngomong, cover-nya juga lucu dan unik, udah pasti
gaya GagasMedia banget-lah. Sejenak, mungkin kita bakal mikir di cover awalnya
nggak ada judul atau tulisan ‘Beautiful Mistake’, tapi kalau dibuka bagian
belakang kita bakal dapat lipatan yang sekaligus cocok buat pembatas buku,
padahal udah ada bookmark-nya, xixi. Overall, nice book, nggak sabar nih baca
GagasDuet lain :D
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
No comments:
Post a Comment
Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.
Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.
Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.
Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.
tertanda,
yang punya cerita