[Review] Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari

Friday, July 4, 2014

Ia tidak pernah mengatakan jatuh cinta kepada seseorang adalah sebuah kesalahan. Jatuh cinta tidak pernah salah—siapa pun orangnya. Hanya bagaimana mencintai, memahami, dan mengerti untuk membuat segalanya menjadi benar. (hal. 65)

Judul: Beautiful Mistake
Penulis: Sefryana Khairil & Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 260 halaman
Rating: ★★★★

---
Beautiful Mistake berisi dua kisah yang ditulis oleh dua penulis berbeda, Dreamland oleh Sefryana Khairil dan Chokoréto oleh Prisca Primasari. Dua cerita ini memiliki perbedaan kisah dan karakter satu sama lainnya, walaupun demikian inti ceritanya berkaitan dengan judul buku ini sendiri, Beautiful Mistake—tentang kesalahan-kesalahan indah yang membawa tokohnya pada suatu keberhasilan.

= D R E A M L A N D oleh Sefryana Khairil =

Bukan mereka yang menghadirkan cinta, tetapi cinta yang membuat mereka ada. Dulu, mereka mencintai karena ego untuk saling memiliki dan kini mereka bersatu karena saling mencintai. Cinta memang buta, tidak memilih siapa, tidak pernah diduga, tidak bisa dipaksa, begitu sederhana hingga membuatnya mampu melakukan apa saja untuk mereka berdua. (hal. 130)
Cerita diawali dengan kisah seorang perempuan bernama Nadine Almaira Kamil yang baru saja mendapati kabar bahwa kekasih yang ditunggunya selama ini—Dirga—memutuskan untuk melepaskan hubungan mereka yang sudah bertahun-tahun dijalani keduanya, diperjuangkan Nadine seorang diri. Untuk mengobati rasa sakitnya itu, ia pergi ke Bali mendatangi sahabat-sahabatnya dan datang ke sebuah bar/night club bersama dengan Ambar dan Melia. Disana, semua berawal, pertemuan pertama Nadine dengan seseorang yang selanjutnya akan mengubah hidup Nadine.

Orang tersebut adalah bartender One Love Bar bernama Fajar Ananta. Pertemuan mereka memunculkan rasa ketertarikan pada diri masing-masing yang tak sanggup mereka abaikan begitu saja, dan selanjutnya pertemuan demi pertemuan membuat keduanya semakin menyadari bahwa telah ada yang berbeda pada perasaan masing-masing. Fajar yang terlalu cuek dan dingin merasa telah jatuh cinta kepada Nadine yang periang dan ceria. Bagi Fajar, semua ini terasa aneh ketika mengingat kembali sebuah peristiwa besar yang pernah merubah hidupnya menjadi berbeda 180 derajat, kematian istrinya—Miashella—yang membuatnya tak lagi mudah untuk jatuh cinta kepada orang lain, termasuk Nadine.

“Tapi, kita harus punya mimpi, Jar. Punya goal.” –– “Sama kayak lomba; ada garis start, ada garis finish. Mau cepat, mau lambat, pasti sampai di garis finish. Tapi, itu bukan goal-nya. Bagaimana bisa jadi pemenang itu baru goal.” –– “Dan, akhirnya kalah?” –– “Setidaknya, kita sudah usaha. Kalah atau menang adalah hasil akhir. Penentuannya dari bagaimana kamu melakukan sebaik-baiknya.” –– “Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di mana letak kita salah. Supaya kita belajar buat benar.” (hal. 33)
Nadine sangat mencintai Fajar, namun mampukah Fajar membiarkan masa lalunya menjadi sebuah kenangan dan menata hidupnya kembali bersama orang baru di hadapannya, yang siap bersama-sama melewati ini semua? Apakah keputusan keduanya memang menjadi pilihan yang tepat? Baca selengkapnya di Dreamland.

“Dan, saat kamu memulai hidup baru dengan seseorang, itu juga bukan kesalahan. Bukan pengkhianatan. Saat Tuhan menutup satu pintu, Tuhan membuka pintu yang lain. Kamu mungkin nggak pernah tahu karena terlalu sibuk mengurusi hidup yang sudah tertutup itu.” (hal. 49)
---

= C H O K O R É T O oleh Prisca Primasari =
“Seseorang mengatakan padaku bahwa kita akan selalu bersama yang benar-benar kita cintai.” –– “Kalau kita tidak bisa bersama mereka, berarti kita tidak benar-benar mencintai mereka. Itu hanya semacam selingan. Hanya perasaan yang berlangsung sekejap.” ––  “Kadang kita merasa kesulitan menemukan cinta sejati. Tapi aku yakin cinta itu pun sebenarnya sedang mencari kita. Pokoknya ganbatte kudasai. Berusaha sebaik mungkin, maka pada suatu titik kau pasti akan bertemu dengannya.” (hal. 218)
Akai Fukue adalah seorang anak dari Toosan pemilik kafe cokelat bernama Chokoréto. Kisah ini dimulai dengan cerita Kai—panggilan Akai—yang terlalu ceroboh karena sering memecahkan cangkir-cangkir di kafe cokelat itu tiap bulannya. Dan hari itu, ia lagi-lagi, memecahkan cangkir bermotif daun yang ternyata disukai Ayahnya. Gawat!

Kecerobohan pecahnya cangkir-cangkir itu dikarenakan Kai selalu mengingat-ingat permainan piano yang dimainkan tetangganya yang belum lama ini pindah, ia bernama Yuki Akihara. Permainan piano yang membuatnya penasaran dan mengingatkannya pada kenangan di masa lalu.

Akihara-san adalah seorang penulis (atau lebih tepatnya, seseorang yang bermimpi menjadi penulis). Dan saat itu, ia sedang menulis kisah tentang cerita cinta seorang pianis, itulah mengapa ia rela meluangkan waktunya untuk belajar bermain piano; untuk mendalami karakter ceritanya dari seorang guru pembimbingnya bernama Ravel-sensei dan istrinya. Sayangnya, ada banyak rintangan yang harus dihadapi Yuki dalam jalan menuju mimpinya itu, membuatnya hampir menyerah dan putus asa.

“... Semua seni hebat berasal dari pengalaman mendalam, dan sering kali dari peleburan kisah-kisah dan karya-karya yang sudah ada. ...” (hal. 214)
Kenyataan bahwa Yuki mengetahui bahwa Akai adalah seorang pianis hebat yang juga seorang alumni N.A Rimsky-Korsakov Saint Petersburg State Conservatory membuatnya merasa kagum. Namun, pemuda itu malah menyerah dan membuang jauh-jauh impiannya karena ia tidak ingin kehilangan Ayahnya yang mengidap penyakit kanker paru-paru. Ia terlalu menyayangi Ayahnya dan tidak ingin kehilangannya sepeninggal Ibunya.

“Ketika kamu menjadi orangtua... tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang lebih kau inginkan. Cita-cita anakmu adalah cita-citamu juga. Bila cita-cita mereka tidak tercapi, bagaimana perasaanmu? Bisakah kau meninggalkan mereka dengan tenang...?” (hal. 203)
Kai mau berusah payah dalam mewujudkan mimpi Yuki menjadi seorang penulis hebat, namun ia malah sering menyerah bila menyangkut mimpinya sendiri. Lantas, mampukah Yuki melakukan hal yang sama pada Kai? Dan akankah keduanya sama-sama mencapai mimpi masing-masing? Baca selengkapnya di Chokoréto.

***

Ini adalah GagasDuet pertama yang aku baca. Iya, padahal sampai saat ini sudah cukup bertebaran GagasDuet yang ditulis oleh penulis-penulis kebanggaan GagasMedia, maklum Asyifa anak yang telat pergaulan *eh.

Aku baca ini karena sebelumnya jatuh hati sama karangan Kak Prisca di bukunya Paris: Aline, tunggu juga ya review buku Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, hehe. Anyway, aku belum pernah baca buku karangan Kak Sefryana Khairil sebelum ini, mungkin ada yang mau meminjamkan STPC seri Tokyo? :D

Dreamland dan Chokoréto sebenarnya punya cerita yang bertolak belakang. Dreamland yang menurutku lebih menceritakan tentang cinta buta seorang Nadine kepada Fajar, bahkan rela melakukan apapun dan hampir mengulang kesalahan yang sama. Sedangkan Chokoréto itu kisah yang manis, semanis minuman Snowflake yang dibuat Kai di kafe cokelat itu, dan cenderung menceritakan perjuangan mimpi dari masing-masing tokohnya, tapi pada akhirnya tetap berakhir menyenangkan kok.

Mengenai Dreamland, aku suka dengan cara Kak Sefryana menulis kutipan-kutipannya, alhasil kutipan Dreamland bisa lebih banyak daripada di bagian novella Chokoréto milik Kak Prisca, book quotes-nya terpisah ya–ada di blog post selanjutnya. Terus di setiap awal bab juga ditulis lirik lagu dari berbagai penyanyi dan band, semacam Sherina, Simple Plan, Avril Lavigne, Seconhand Serenade, dsb, cocok nih buat referensi lagu yang keren.

Dan buat Chokoréto, kalau dibandingkan sama buku Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, suka dengan keklasikan setting-nya, tentang piano, komposisi, dan komposer-komposer besar yang secara nggak langsung dikenalkan Kak Prisca, aku jadi tahu komposisi Polonaise Op. 53, Transcendental Etudes, Piano Concerto 2 in F – Larghetto. Tapi porsinya lebih banyak di novel Kastil Es itu sih, hehe.

Ngomong-ngomong, cover-nya juga lucu dan unik, udah pasti gaya GagasMedia banget-lah. Sejenak, mungkin kita bakal mikir di cover awalnya nggak ada judul atau tulisan ‘Beautiful Mistake’, tapi kalau dibuka bagian belakang kita bakal dapat lipatan yang sekaligus cocok buat pembatas buku, padahal udah ada bookmark-nya, xixi. Overall, nice book, nggak sabar nih baca GagasDuet lain :D

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs