[Book Review] The Miraculous Journey of Edward Tulane

Tuesday, May 20, 2014

"Tapi coba jawab ini: bagaimana cerita bisa berakhir bahagia kalau tidak ada cinta?..." (hal. 35)

Judul: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Perjalanan Ajaib Edward Tulane
Penulis: Kate DiCamillo
Ilustrator: Bagram Ibatoulline
Penerjemah: Dini Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 188 halaman
ISBN: 979-222-487-4
Harga: Rp.50.000,-

Dahulu kala, di rumah Egypt Street, tinggallah kelinci porselen bernama Edward Tulane. Kelinci itu sangat bangga pada dirinya sendiri, dan memang beralasan: ia dimiliki anak perempuan bernama Abilene, yang memperlakukannya dengan penuh kasih dan amat sangat menyayanginya.

Lalu, suatu hari, ia hilang.

Maka dimulailah perjalanan luar biasa Edward Tulane: dari dasar laut ke jala nelayan, dari puncak gunung sampah ke dekat api unggun gelandangan, dari tempat tidur anak yang sakit keras ke jalan-jalan kota Memphis. Dan selama perjalanannya itu, ia jadi tahu--bahwa hati yang paling rapuh sekalipun dapat belajar menyayangi, kehilangan, dan menyayangi lagi.

Pernahkah kamu mempunyai sebuah boneka? Adalah Edward Tulane, si kelinci jangkung yang memiliki bagian tubuh--lengan, kaki, tangan, kepala, badan, dan hidung--yang seluruhnya terbuat dari porselen, telinga yang terbuat dari bulu kelinci asli, dan mata yang dicat berwarna biru yang tajam dan cerdas. Pemiliknya adalah seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang bernama Abilene Tulane, ia menganggap Edward sama istimewanya dengannya, ia sangat menyayangi Edward--dengan mendandaninya sedemikian rupa, ditempatkan di dekat jendela sampai Abilene pulang sekolah, mendudukannya di meja makan dan melibatkannya dalam perbincangan, hingga membaringkan Edward di tempat tidurnya. Sayangnya, Edward tidak pernah memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekitarnya itu, ia hanya cukup merasa dirinya adalah makhluk yang luar biasa atas perlakuan yang didapatkannya.
Source here
"aku sayang padamu. Aku tak peduli berapa pun umurku, aku akan selalu menyayangimu." (hal. 35)
Aku pernah disayang, Edward memberitahu bintang-bintang. (hal. 106)
"Aku pernah disayang," kata Edward. (hal. 170)
Source here
Suatu hari, nenek Abilene--Pellegrina--menceritakan sebuah kisah pada Abilene. Sebuah kisah yang berakhir terlalu cepat, sebab tidak ada yang hidupnya bahagia. Hingga pada akhir ceritanya, Pellegrina membisikkan sesuatu pada Edward, seolah-olah Edward mendengarkan apa yang dikatakannya, "Kau mengecewakan aku."

Zaman dahulu ada putri yang sangat cantik. Ia gemerlapan bagai bintang-bintang di langit tanpa bulan. Tapi apa bedanya bahwa ia cantik? Nihil. Tak ada bedanya.
"Kenapa tidak ada bedanya?" Abilene ingin tahu.
"Karena," jawab Pellegrina, "ia putri yang tidak menyayangi siapa pun dan tak peduli pada rasa sayang, meskipun banyak yang menyayanginya."

Sampai suatu hari, saat keluarga Tulane sedang melakukan perjalanan menuju Inggris, Edward hilang! Ia terjatuh ke laut, tenggelam ke dasarnya selama berbulan-bulan, hingga sebuah badai besar membawanya ke dalam perjalanan yang panjang. Ia diselamatkan seorang nelayan, dibuang di tempat pembuangan sampah, dipungut oleh seorang gelandangan, dibuang dari kereta, digantung di tempat orang-orangan sawah, diambil oleh anak lelaki untuk adik perempuannya yang sakit, melihat anak itu meninggal, menari di kota, kepalanya dipecahkan orang, hingga diperbaiki dan berakhir di rak toko seorang tukang reparasi boneka.


"kita tidak pergi ke mana-mana. Itu, sahabatku, adalah ironi perpindahan kita yang terus-menerus ini." (hal. 89)
Edward yang dulunya tidak pernah peka terhadap kasih sayang orang-orang di sekitarnya, kini mulai sedikit demi sedikit membuka hati setelah menerima kasih sayang yang sesungguhnya. Namun, saat ia harus duduk menunggu di rak toko boneka, ia mulai menyerah dan tak mau disayangi lagi.

"Akan ada yang datang. Akan ada yang datang menjemputmu. Tapi kau harus membuka hatimu dulu." (hal. 179)
Source here
Lalu, bagaimanakah cerita Edward selanjutnya? Akankah ia kembali melakukan perjalanan dan menemukan jalan pulang?


***

Sudah cukup lama menantikan buku ini, err... nggak begitu lama juga sih, seingatku indikasi awalnya bermula dari WW Kak Siro, kebetulan dia juga cerita kalau buku ini masuk di salah satu adegan drama Korea, You Who Came From The Stars yang dibintangi Kim Soo-Hyun. Nggak ada bedanya sebenarnya, cuma karena waktu itu di kelas teman-teman sedang-amat-sangat-menggemari, akhirnya dimulailah virus itu, virus menginginkan buku ini dan virus menonton drama Korea :P

Ternyata, bukunya diterbitkan sekitar tahun 2006, artinya 8 tahun yang lalu, pas aku masih kelas 3 SD. Cukup sulit untuk mendapatkan buku terjemahannya, harus puas dulu dengan e-book berbahasa Inggris, tapi kesempatan yang menyenangkan saat bisa baca buku ini, walau pinjam. Dan, pamerlah di Instagram, ada beberapa orang yang juga ngiri pengin bukunya, karena Kim Soo-Hyun tentu saja :D


Source from my Instagram, here
 Ah iya, lupakan curhatnya, hehe. Mengenai buku ini, menarik dengan ilustrasi yang digambarkannya, walau ceritanya tak sesederhana itu. Kisah Edward ini semacam mengingatkan kita pada kisah kehidupan manusia itu sendiri. Bagaimana sebuah perjalanan Edward sama halnya dengan perjalanan yang dialami manusia yang dimulai dari lahir, tumbuh, berkembang, bertemu dengan orang-orang baru, mengalami peristiwa-peristiwa baru, hingga adanya sebuah konflik yang cukup kompleks dalam kehidupan ini, dan berakhir saat kita telah menemukan 'jalan pulang'.

Dalam perjalanannya, Edward mulai mengenal arti sebuah emosi dan perasaan, tentang rasa sayang, sedih, kecewa, marah, dan kehilangan. Manusia mengalami apa yang Edward alami, atau lebih tepatnya, Edward mengalami apa yang manusia alami. Dan bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah, seperti halnya Edward--dan juga manusia--semua pasti memiliki masalah-masalah masing, yang pada akhirnya akan terselesaikan dengan caranya masing-masing.


"Mengerikan, menakutkan, sangat tidak enak, melihat orang yang kausayang meninggal di hadapanmu dan kau tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Hampir setiap malam aku bermimpi tentang dia." (hal. 66)
Kalau saja boleh, penginnya sih punya buku ini seutuhnya, yang suatu saat bakal dibagi ceritanya ke adik, ke sepupu, ke anak, ke cucu, it's been there forever, tapi karena statusnya 'pinjam dari seorang teman Goodreads', ya nggak papalah. Ah iya, Gramedia baru aja cetak ulang buku ini akhir April lalu, kayaknya belum masuk toko buku, tapi aku merekomendasikan beli online via Grazera, disini. Selamat beli, dan 10 bintang untuk buku ini, eh ★★★★★ aja ya :D

"Menurutku, semua ada gunanya dan semua benda berguna. Itulah pendapatku." (hal. 103)

5 comments:

  1. Ini bakalan di terbitin lagi ga ya? kayaknya seru :3 jadi pengen baca xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, udah ada, baru aja cetak akhir April, cuma kayaknya belum masuk toko buku, beli online bisa dapat diskon 15% lho :D

      Delete
  2. wahhh reviewnya bikin jd pengen beli buku ini xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Kak ayo, lima bintang seharusnya kurang cukup, soalnya keren banget >u<

      Delete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs