[REVIEW] 3 Sisi Susi - Fyra Fatima

Friday, May 1, 2015

"Saya orang yang full komitmen kalau mengerjakan sesuatu. Saya ingin eksistensi dan pengalaman saya membuahkan hasil." (hal. 150)

Judul: 3 Sisi Susi
Penulis: Fyra Fatima
Penerbit: Visimedia
Penyunting: Zulfa Simatur, Fitria Pratiwi, Lis Sutinah
Pendesain sampul & penata letak: EM. Giri
Ilustrasi sampul: Aminudin Hadinugroho
Tebal: 172 halaman
Harga: Rp. 45.000,-
Rating: ★★★

Siapa yang tidak kenal Susi Pudjiastuti? Perempuan yang kini menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan ini sejak dinobatkan masuk menjadi orang-orang yang terpilih dalam Kabinet Kerja, telah tersohor ke berbagai kalangan, termasuk aku sendiri. Sejak Presiden Jokowi membacakan satu per satu nama-nama para menteri, ada satu yang membuatku salut sekaligus heran, di antara menteri perempuan, Bu Susi-lah yang paling nyentrik dan gawl—menurutku.

Meski sebelumnya belum mengetahui beliau dari latar belakangnya, aku adalah salah satu orang yang meyakini bahwa kehadiran beliau dapat menjadi pilihan terbaik untuk Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (yang selanjutnya akan kusingkat dengan KKP). Dan, yap, sejauh + 7 bulan Kabinet Kerja berjalan, Bu Susi-lah yang paling keren dengan gebrakan-gebrakan beraninya. Pak Jokowi nggak salah pilih!

Di buku ini, kita akan mengenal lebih dekat siapa itu Susi Pudjiastuti. Santer terdengar banyak kabar ini-itu, yang mungkin sebagian orang masih belum mengetahuinya dengan benar. Di buku ini pula, kisah Bu Susi terangkum dalam tiga sisi.

Jika bicara soal gender, Susi tidak pernah merasa berbeda dan tidak pernah merasa harus ada perbedaan antara pekerjaan laki-laki dan perempuan. (hal. 12)
Pengalaman hidup membuatnya belajar tentang banyak hal. Jangan pernah berpikir bahwa dunia akan memberimu tempat istimewa karena kamu seorang perempuan. (hal. 31)

Sisi 1: Perempuan Cerdas - Murid Berprestasi Menolak Sekolah
Siapa yang berekspektasi bahwa Bu Susi berasal dari keluarga biasa saja dan cenderung malas di sekolahnya? Aku! Haha, sebelum membaca buku ini, aku menganggap bahwa Bu Susi adalah anak biasa yang rela keluar sekolah karena dicap nakal atau bahkan badung. Nyatanya, buku ini mengatakan lain. Bu Susi adalah anak dari sebuah keluarga berkecukupan yang cukup terkenal di tanah Pangandaran, H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Laminah.

Tentang keluarnya Bu Susi dari sekolah kelas 2 SMA, bukan karena Bu Susi bandel, bukan pula karena malas. Beliau keluar sekolah karena beliau merasa sekolah tidak cocok lagi dengannya. Sekolah bukan tempat yang nyaman baginya karena dirasa tidak dapat mengakomodir apa yang dipikirkannya.

Susi hanya ingin mandiri, menjalankan hal yang dia anggap mampu. Bukan hanya itu, dia adalah tipe pribadi yang tidak suka diatur. Susi percaya bahwa dengan pendidikan banyak orang dapat berhasil, tetapi dia tidak meyakini bahwa dirinya tidak termasuk dalam golongan itu. (hal. 29)
Pantang baginya untuk meniru apa yang telah dilakukan orang lain. Mencoba menjadi diri sendiri dan berbeda jauh lebih menarik. (hal. 45)


Sisi 2: Perempuan Sukses - Beli Pesawat Hanya Demi Lobster
Lagi, aku hanya mengetahui sekilas tentang Susi Air yang sering dielu-elukan para awak media. Di balik munculnya airline dengan namanya sendiri, ternyata hal ini berasal dari pemikirannya untuk mengantarkan lobster segar dari Pangandaran menuju Jakarta, bahkan hingga ke luar negeri. Pemikiran yang aneh, namun terasa begitu hebat. Bayangkan, hanya karena lobster saja, seseorang bisa membeli pesawat. Wah, spesial sekali ya lobster ini :D

Menjadi perempuan yang sukses dalam berbisnis, bukanlah tujuan akhir bagi Bu Susi. Beliau tidak saja hebat, tapi juga dermawan. Buktinya, pada saat tsunami Aceh 2004 yang lalu, berkat Susi Air-lah, bantuan dari berbagai penjuru bisa tiba dengan baik di wilayah sana. Sosok orang sukses yang membanggakan!

Terkadang, untuk belajar manajemen tidak perlu dengan orang yang pintar maupun sarjana. Bagi Susi, belajar dapat dilakukan dengan semua orang, termasuk pembantunya sekalipun. (hal. 64)


Sisi 3: Perempuan Berani - Tak Gentar Menenggelamkan Kapal Pencuri
Pada bagian ini, kita akan mengenal Bu Susi saat beliau sudah menjadi sekarang, Menteri KKP Indonesia. Siapa yang nggak tahu berita penenggalaman kapal ilegal KM Laut Natuna 28 di Perairan Batam, Februari lalu? Mengejutkan, sekaligus menggentarkan. Rasanya, seperti baru pertama kali mendengar berita yang isinya "benar-benar berani dan mengguncang". Semoga, makin banyak terobosan baru yang bisa Bu Susi lakukan untuk Indonesia ini.

Integritas sangat penting baginya karena itu merupakan pertaruhan kebebasan, freedom of mind. Jika kebebasan hilang, seseorang akan terpenjara dan terkotak oleh kepentingan dan keharusan. Dengan demikian, jika terjadi conflict of interest, tentu saja dirinya tidak akan bebas lagi dan hal ini sangat dihindari. (hal. 99)

Berbicara tentang buku ini, lain bila berbicara tentang 'siapa' yang diceritakan di buku ini. Aku mengidolakan Bu Susi, tapi berbeda dengan buku yang menceritakan beliau ini. Dari segi isi, sudah cukup mewakili biografinya, hanya saja aku menemukan beberapa kali hal-hal yang terlalu 'berita-is' masuk ke dalam buku ini. Sangat disayangkan!

Bukunya minim typo, tapi itu tidak berarti tidak ada sama sekali. Ditambah, pemilihan kertasnya masih dibilang 'pilih kasih'. Kenapa aku bilang demikian? Karena, ada beberapa halaman tertentu yang menggunakan kertas mulus yang aku nggak tau jenisnya, dan sebagian di antaranya kertas biasa. Hal ini nggak salah kok, jika pemilihan kertas mulus ini ada pada bagian atau poin yang paling jadi sorot utama, kurasa bakal lebih baik. Salah satunya, adalah untuk bagian surat dari Bu Susi untuk pemuda pemimpin masa depan (re: kami; aku juga).


Well, buku ini menguak cerita Bu Susi dengan baik, meski tidak diceritakan kisah kasih keluarga Bu Susi dengan tiga suaminya terdahulu. Kurasa, hal ini bisa menjadi privasi yang tidak perlu diumbar bagi pembaca, termasuk behind the scene keberadaan tato di bagian kakinya. Terakhir, disisipkan juga pandangan orang lain yang mengenal Bu Susi dengan dekat, salah satunya adalah presiden kita *calon mertua*.

Baginya, hidup adalah sebuah proses, pekerjaan, dan tanggung jawab yang di dalamnya ada sebuah kesenangan dan kebahagiaan. (hal. 18)

Susi tidak pernah bingung memikirkan sikapnya. Dia akan mengerjakan semua hal yang menurutnya baik dan dapat diselesaikan, sedangkan orang lain dapat berkomentar apa saja karena memang itu hak semua orang. (hal. 92)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

4 comments:

  1. Suka Bu Susi juga mba? saya juga suka beliau, baru beberapa hari nulis tentang beliau http://dora-explore-indonesia.blogspot.com/2015/04/menteri-susi-pudjiastuti.html :) I'm a big fan of her

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya kagum sama caranya bekerja, benar-benar berani dan nggak kayak yang lain :D

      Delete
  2. Aku baru baca postingan ini (karena baru nemu blog kamu yg super keren ini) sebenarnya, Mama ku yang kagum sama Bu Susi ini, aku awalnya mikir biasa aja tapi ternyata ya Ampun, sosok yang pantas untuk dikagumi sekali beliau. Aku jadi tertarik sama bukunya:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terimakasih sudah bersedia datang ke sini :))

      Iya, beliau memang patut dijadikan teladan :D

      Delete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs