[REVIEW] Bayangan Kematian - Lexie Xu & Erlin Cahyadi

Thursday, April 14, 2016

Jangan bersikap cemen, meski kau mengira di sekitarmu sedang tak ada orang yang melihatmu. Kenyataannya, selalu ada yang mengintai. (hal. 25)

Bayangan Kematian
Penulis: Lexie Xu & Erlin Cahyadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desainer sampul: Orkha Creative
Tebal: 272 halaman
Terbit: 2016
Ratingku: 1/5

---

Erin Winata adalah siswi baru di SMA Harapan Nusantara. Seperti murid baru lainnya, ia harus melewati Masa Orientasi Sekolah di minggu pertamanya menjadi pelajar putih abu. Melewatkan kegiatan MOS membawanya ke salah satu bagian dari wilayah terlarang di sekolah itu, ruang musik lama. Bangunan tua yang terletak di belakang sekolah berukuran 8 x 8 meter itu menarik Erin untuk masuk ke dalamnya, sudah bisa ditebak bagaimana kondisinya yang sudah tidak terawat lagi. Namun demikian, Erin tetap berniat menjelajah bagian dalam bahkan memainkan piano yang masih berfungsi dengan cukup layak.

Dari ruang musik, ia berkenalan dengan Diego, salah satu murid baru yang juga ikut bolos dari kegiatan MOS. Tidak hanya Diego, keesokan harinya saat Erin masuk ke ruang musik lagi, ia bertemu dengan Lusi yang mengaku bahwa ruang musik adalah wilayah kekuasaannya.

Tak disangka, datangnya Erin ke tempat tersebut membuatnya harus menyaksikan peristiwa pembunuhan seseorang. Ia adalah saksi dari peristiwa sial tersebut. Belum lagi, sang pelaku sadar bahwa perbuatannya sudah dilihat oleh seseorang. Bagaimana Erin harus menghadapinya dan melindungi nyawanya yang terancam? Akankah si pelaku mengetahui siapa saksi di balik pembunuhan tersebut?

Seperti kata orang bule, birds of a feather flock together. Burung-burung yang bulunya sama terbang bersama. Manusia jalan bersama manusia lain, dan hantu dengan sesama hantu. Itu fakta yang tidak bisa dimungkiri. (hal. 140)

Ini buku pertama yang aku baca setelah hiatus sementara waktu, nggak asal pilih tapi karena aku punya janji ke fanbase Lexsychopaths untuk meresensinya. Mereka menawarkanku, dan aku baru menyelesaikannya hari ini. Meski demikian, isi review kali ini bakalan kerasa jujur deh kayaknya.

Jadi buku berjudul Bayangan Kematian ini adalah kolaborasi dari dua penulis, Lexie Xu dan Erlin Cahyadi. Buat penggemar teenlit apalagi serial Omen, pasti kenal deh dengan alur cerita misteri dan thriller-nya. Aku sendiri sering lihat GPU promosi buku-buku semacam ini, tapi kayaknya meski masih remaja aku nggak begitu suka jenis bacaan teenlit.

Ceritanya diawali dengan lakon pembunuhan yang jadi concern di buku ini, tapi itu cuma sedikit. Cerita berlanjut di mana setiap babnya sudut pandang orang pertama bergantian antara Erin dan Lusi, aku rasa nggak bikin bingung sih karena tersirat jelas mana yang Erin dan mana yang Lusi. Btw, sebelumnya maaf ya kalau nanti rada spoiler karena aku pikir kalau nggak dibocorin sebagian, jadi bingung apa yang harus diresensi, hoho.

Nah, keadaannya adalah pas lagi hujan gede, sore menjelang malam banget, dan Erin terjebak di ruang musik, ditambah bapaknya nggak bisa jemput saking handphone Erin mati *lengkap banget ya penderitaannya!*, terjadilah pembunuhan terhadap Marcell di tempat tersebut. Apa dan kenapa bisa terjadi baiknya dibaca sendiri, tapi dari situlah si pembunuhnya sadar bahwa apa yang dilakuinnya ternyata dilihat Erin.

Erin ini sahabatan sama Lusi, dan Lusi ini adalah hantu, dan Lusi-lah yang ngebantu Erin untuk bisa keluar dari masalah soal pembunuhan itu. Belum lagi, hantu si Marcell malah berniat membalas dendamnya karena di saat-saat terakhirnya dia nggak ditolong sama sekali.

Udah cukup kebayang kan gimana sensasi ceritanya? Ya lebih kurang seperti itulah, minus siapa pembunuhnya nggak aku bocorin karena ntar kalau baca bukunya jadi kurang seru gegara spoiler aku. Aku sendiri kurang menikmati jalan ceritanya, karena seperti yang dibilang, aku nggak suka teenlit dan buku ini terdapat kejanggalan di dalamnya.

Jadi kan ceritanya Erin ini bisa lihat hantu [Sejak malam itu, aku mulai bisa melihat hantu. Di jalanan, di dekat pohon, di trotoar, di halte bus, bahkan di sudut kelasku pun, aku melihat mereka tanpa terkecuali; hal 131], dan malah nggak sadar kalau ia sendiri temenan sama hantu. Tapi di halaman 90, penulis bilang kalau Erin nggak bisa lihat Marcell, which is hantu fresh from the oven akibat pembunuhan. Dan kejadian pembunuhan Marcell ini seolah nggak ada apa-apanya, sekolahnya nggak heboh, orang tuanya nggak panik, malah nganggap kalau Marcell kabur gegara.... *sensor*, yaelah nggak dicariin gitu?

Ada hal-hal lainnya juga sih yang nggak sreg satu sama lainnya, makanya dari awal aku nggak berekspektasi banyak. Tapi nggak akan kapok kok untuk baca cerita horor, meski seringkali dikecewakan, aku suka aja. Hm... Cover-nya ala teenlit GPU, beneran deh, aku nggak suka baca teenlit tapi cukup tahu sebagian besar ceritanya lewat cover yang disuguhkan. Kerennya buku ini bersih dari typo meski nggak ada editor, saking penulisnya sudah berpengalaman kali ya. And yeah, thank you Lexsychopaths for giving me this book, but so sorry, this book is not my cup of tea, but I believe there is people might appreciate it better than me.

2 comments:

  1. penasaran sih awalnya..
    Tapi kok di akhir akhirnya malah janggal ?
    gagal penasaran. skip aja kali ya baca buku ini hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuheu, maaf ya, bukunya nggak bikin kecewa kok, tapi karena memang ada beberapa hal yang nggak pas, jadinya gitu deh :D

      Delete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs