[REVIEW] Dear Prudence - @danniefaizal

Monday, August 25, 2014

“Yang namanya perjuangan meraih cita-cita itu emang nggak gampang, banyak jalan panjang dan berliku. Tapi, di sepanjang jalan itu banyak sekali tersembunyi hikmah dan jawaban. Jadi, ketika kamu tiba di tempat tujuan, kamu akan menjadi pribadi yang tangguh,” (hal. 59)

Judul: Dear Prudence
Penulis: @danniefaizal
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 252 halaman
Rating: ★★

---

Klingon, bagaimana ya rasanya saat seorang mahasiswi cantik tiba-tiba mengomentari seorang Irvine Suherman yang baru saja dipangkas jambulnya oleh senior kampus? Adalah Anastasia Prudence alias Prue yang meledek Irvine dengan nama tokoh berjidat lebar dalam Startrek itu. Keduanya adalah mahasiswa yang baru saja diterima di jurusan DKV Trisakti dan menjalani masa OSPEK.

Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta yang sebenar-benarnya, di mana kita merasa segala yang kita butuhkan sudah ada pada diri pasangan kita. (hal. 10)
Melewati masa-masa kuliah bersama Prue, menjadi kesenangan tersendiri bagi Irvine. Ketika untuk pertama kalinya ber-accidental date, nonton bareng, makan bareng, jalan bareng, menjadi kegiatan yang seru di luar pusingnya mata kuliah yang diajarkan para dosen di kelas DKV.

Bukan hal yang aneh jika banyak siswa atau mahasiswa yang sering merasa berat hati menjalani kegiatan belajarnya. Selain materi ajaran yang sulit, terkadang siswa juga sering merasa kesal terhadap pengajarnya sendiri. Sama halnya yang dirasakan Irvine, baginya dosen hanya sekadar menerangkan materi tanpa pernah menghasilkan karya besar dan bahkan membatasi ruang kreativitasnya. Itulah yang membuatnya bersikap arogan, merasa paling benar.

“Bunga kuncup. Bunga merekah dan memancarkan warna cerah. Lalu, perlahan warna itu pun pudar, dan akhirnya layu. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan waktunya. Buat apa kamu risau?” — “... Jika sesuatu terjadi nggak sesuai dengan yang kamu rencanakan, bukan berarti kamu gagal. Kamu hanya sedang melalui proses belajar. Akan ada waktu di mana kamu akan berhasil. Ya, semua akan terjadi sesuai dengan waktunya.” (hal. 82)
Menjelang semester akhir, sebagai mahasiswa DKV tentu saja Irvine dan kawan seperjuangan harus menjalankan tugas berupa magang. Awalnya, ia sempat putus asa mengingat Idrus—teman Irvine—sudah lebih dulu mendapat posisi magang di sebuah perusahaan. Mau tidak mau, akhirnya ia diterima sebagai mahasiswa magang di sebuah stasiun televisi yang dulu dianggapnya horor, NewsTV.

“Kita sering panjang angan-angan, ingin membuat sesuatu yang besar. Akibatnya, kita kerap melupakan hal kecil, padahal dari sanalah hal besar itu tumbuh.” (hal. 84)

Mendapat posisi sebagai news graphic bukanlah kemauan Irvine, ia ingin menjadi mograph yang menghasilkan karya besar—begitu pikirnya—sayangnya, terkadang Irvine sering meremehkan tugas-tugas kecil yang malah menjadi petaka baginya dan orang sekantor. Belum lagi, ia harus bersaing dengan sesama magang-er bernama Lusy yang menurutnya lebih kompetitif.

Dalam dunia kerja, attitude yang baik adalah segalanya. Skill bisa dibentuk, tetapi attitude selalu sulit untuk diarahkan.  (hal. 114)
Di samping berbagai kendala yang dihadapi selama masa magang, kisah antara Irvine dengan Prue masih berlanjut. Kadang, ia berpikir akan masa PDKT-nya yang terlalu kadaluarsa, ditambah perubahan-perubahan sifat Prue yang tidak jarang membuatnya kesal. Hanya Mama-nyalah yang mengerti akan kondisi anaknya, Mama yang sering mengerti bagaimana seharusnya Irvine berbuat, dan ya... pengaruh teman-teman Irvine untuk memutuskan sampai sejauh mana ia berjuang demi Prue.

“Cewek emang susah banget ditebak perasaannya, Bro. Gue kesulian banget memahami perasaannya yang naik turun,” (hal. 34)
“... Soalnya kalau lo naksir cewek, pilihan lo cuma dua: pertama, lo harus berani ungkapin perasaan lo, atau kedua, lo harus berani terima kenyataan kalau akhirnya keduluan sama orang lain.” (hal. 37)
Cerita tentang hidup, kisah cinta, keluarga, teman, rival, dan perjuangan akan dunia kerja ditulis dengan apik dalam buku ini. Bagaimana kelanjutan hubungan Irvine dengan Prue, apakah Prue memang menjadi sosok pemilik hati Irvine? Lalu, apakah cita-citanya menjadi motion graphic designer akan tercapai? Baca selengkapnya di Dear Prudence.

***

Dear Prudence ini aku dapat dari penulisnya langsung melalui Kak Dhila @KilasBuku. Iseng karena linimasa dimasuki twit buat cari tiga orang yang berkenan (dan harus) me-review buku ini, tapi... kalau boleh jujur, aku sedikit agak lama ya meresensinya? Hihi, maaf, kuantitas bacaan aku menurun belakangan ini, belum lagi karena waktu buat nonton K-drama, eh lupakan aja.

Mengambil latar tentang The Beatles, hampir sebagian besar kutipan-kutipan di buku ini berkaitan tentang hal itu. Contohnya adalah judul bab dan tracklist yang mungkin bisa kita dengarkan seraya baca Dear Prudence.

“Masa lalu selalu terasa lebih indah jika kita lupa untuk bersyukur,” (hal. 120)
Tulisan diawali dari prolog yang bisa bikin kita tebak-tebakan, pacarnya si ‘gue’ siapa sih? Ditambah, lucunya sang Bokap saat memberi kue—entah apa jenisnya, rupanya, rasanya, dan namanya—ke si ‘gue’ yang dengan amat terpaksa malah jadi bekal perjalanan.

Digiring masuk ke dalam cerita, kita akan tahu kalau sudut pandang yang diambil adalah dari Irvine, yang bercerita soal kehidupan kuliahnya, magangnya, keluarganya, sampai cerita cintanya. Di atas, review tidak membahas semua bagian cerita *iyalah, spoiler dong!*, banyak peralihan latar dari satu setting ke setting lainnya, dan itu nggak bikin bingung kok. Contohnya saat mereka pergi ke Kawah Putih, cerita di pemakaman, sampai cerita tentang bedah buku *nah lho*. Pasti bingung deh, makanya Dear Prudence dibaca sendiri ya, biar nggak kepo :P

Aku sih berpikirnya kalau Irvine ini adalah penulisnya sendiri, yang tentunya diceritakan dengan fiktif. Salah satu yang menjadi alasan adalah jurusan DKV sebagai pilihan, magang di NewsTV—yang bisa kamu tebak dengan mudah dari penjelasannya, sampai cerita kalau Irvine adalah blogger yang jadi penulis buku. Pokoknya bakal ngeh kalau kamu baca siapa Dannie Faizal di akhir halaman, baru baca bukunya *eh.

“Setiap orang akan merasakan kehilangan. Maka dari itu, kita tak perlu merisaukannya,” (hal. 128)
“... Gue selalu percaya bahwa orang baik tak pernah dibiarkan hidup tanpa diuji. Dan ujian datang untuk kebaikan yang lebih besar,” (hal. 129)
Sinopsisnya sih bilang gini, Nyokap gue malah bilang bahwa arus hidup kadang membawa kita ke tikungan lain, dan menyarankan agar coba melihat cewek lain. Tapi, entah aku yang keliru atau gimana, aku nggak begitu yakin ada cerita yang bahas bahwa Mamanya Irvine menyarankan demikian, mostly Mamanya sering nasihatin tentang masa magangnya di NewsTV yang nyaris gagal. Hmm...

Balik ke cerita cewek tadi, jadi siapa sih pacarnya Irvine yang selalu memanggil namanya dengan “Ringo-kuuuuuu”, bagaikan tarzan yang melambai-lambai cheetah itu? Apa memang Prue? Aku yakin, ceritanya bikin TERTIPU dan of course, happy ending, xoxo.

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

No comments:

Post a Comment

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs