[REVIEW] Tujuh Hari di Vila Mencekam - Cerberus Plouton

Monday, March 30, 2015

“Nggak ada yang lebih mengerikan daripada membayangkan masa depan dan mengingat-ingat masa lalu.” (hal. 161)

Judul: Tujuh Hari di Vila Mencekam (Seri Takut)
Penulis: Cerberus Plouton (Yoana Dianika)
Editor: Ry Azzura & Syafial Rustama
Proofreader: Funy D.R.W.
Desain cover: Gita Mariana
Layout: Gita Mariana
Ilustrasi sampul: Rudiyanto
Tebal: 168 halaman
Harga: Rp35000,-
Rating: ★★★

---

Pernah merasakan tinggal di vila? Kata orang, setiap vila selalu punya cerita tersendiri. Semewah apapun vilanya, senyaman apapun tempat keberadaannya, selalu ada cerita di balik vila. Dan tragisnya, cerita tersebut tidak selalu menyenangkan, cerita-cerita yang mendominasi tentang vila selalu terasa berbau horor dan menyeramkan.

Adalah Yudha yang mempunyai riwayat penyakit paru-paru. Karena hal itu, ia terpaksa tinggal sementara untuk memerlukan rehabilitasi di tempat sejuk selama masa penyembuhan. Orangtuanya merekomendasikan Vila Andaru, sebuah vila yang terletak di lereng Gunung Wilis, yang cukup jauh dari pusat kota Ponorogo. Kabarnya, vila dengan bangunan kokoh ini dibangun oleh seorang bangsawan Belanda pada masa penjajahan dulu.

Sejak awal, aku sudah merasakan aura mistis dalam ceritanya. Kalau yang berkaitan dengan cerita sewaktu Belanda menjajah Indonesia, pasti hal ini akan menjurus pada tragedi kelam di masa lalu itu.

Kalau bisa, jangan dekat-dekat dengan orang yang bisa melihat hantu. Ini memang nggak terbukti, sih. Tapi, suatu saat ketika getaran frekuensi tubuhmu sama dengan orang tersebut, kamu jadi bisa melihat ‘mereka’. Tabir pembatas dunia kita dengan dunia tak kasat itu bakalan menipis, bahkan hilang.” (hal. 67)

Di sisi lain, ada Elisa dan Dewa yang juga melakukan perjalanan menuju penginapan Cempaka, yang letaknya bersampingan dengan vila yang ditinggali Yudha. Awal perkenalan mereka memang tidak cukup baik, tapi selama tujuh hari itu pulalah mereka banyak mengalami kejadian-kejadian janggal yang saling berkaitan satu sama lain.

Nggak ada hal yang terlahir dari kebencian saja. Manusia bisa mendapatkan kekuatan setelah mengalami kesulitan.” (hal. 80)

Tujuan Elisa dan Dewa pergi ke sana adalah untuk menemukan kabar kakaknya Elisa yang semenjak setahun lalu menghilang. Meski nggak ada lagi harapan bahwa Erlita akan tetap hidup, setidaknya Elisa punya kepastian bahwa kakaknya meninggal dengan tenang.

Namun semua tak setenang itu.

Hari demi hari yang Elisa lalui disana selalu terusik oleh kehadiran para makhluk astral. Wanita bernama Rasti yang sering melihatnya di balik pohon dekat penginapannya lah, hingga kejadian misterius lainnya yang membuat Dewa khawatir pada sahabatnya itu. Perang dingin antara Yudha dan Dewa juga menjadi sedikit bumbu di antara hubungan pertemanan mereka yang baru terjalin beberapa hari itu.

Dan satu per satu misteri terkuak, kehadiran John yang merupakan pembantu dari keluarga Alen—keluarga yang menempati vila Andaru sebelumnya—membantu mereka bertiga menemukan cerita di balik semua keanehan itu. Mungkinkah ini terasa nyata?

“Saat ada yang salah, hal yang bisa kami lakukan hanyalah menjalaninya.” — “Yah, bagi kami, menjalani hidup, walaupun tidak sesuai dengan yang diinginkan, itu juga merupakan bentuk perjuangan,” (hal. 127)

Untuk membangun klimaks dari sebuah cerita horor, selalu ada kejadian-kejadian aneh yang diceritakan penulis. Kejadian-kejadian ini tidak saja bertahan sementara, dilerai oleh sebuah penyelesaian lalu selesai. Tapi, setiap satu kejadian selalu punya benang merah antara satu dengan yang lainnya, yang membuat pembaca ikut masuk ke dalam cerita dan menebak-nebak apa yang terjadi. Dan, Kak Yoana berhasil mengeksekusinya, ia terampil bagaimana mengombang-ambing pembaca dalam setiap konflik yang ada. Bahkan, belum selesai kejadian ini, kejadian baru lainnya mulai hadir di tengah cerita.

Kalau saja dia bisa menularkan kemampuannya pada orang lain, dia ingin orang lain juga bisa melihat ‘mereka’. Orang-orang yang memandangnya dengan tatapan aneh itu tidak pernah paham bahwa ‘mereka’ memang ada. Bahwa mereka yang tak kasatmata itu bersinggungan setiap hari dengan manusia. Antara manusia dan ‘mereka’ dipisahkan oleh sebuah batas yang diciptakan oleh Tuhan. (hal. 69)

Meski yang kutahu Kak Yoana—nama asli dari penulis Cerberus Plouton—adalah penulis buku-buku romance, bisa dibilang buku horornya yang satu ini jelas menyampaikan maksudnya kepada pembaca. Walau ditemukan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu diceritakan, buku ini cukup sukses.

Yang membuatku hanya memberi tiga bintang adalah karena bukunya yang terlalu tipis dan cerita terlalu cepat berjalan. Aku nggak bilang ya, meski konfliknya seru, tapi ternyata ini hanya sebuah novela? Tapi, hal itu akan lain maknanya kalau kita menonton filmnya yang juga sudah tayang beberapa waktu lalu. Film dengan judul Takut: Tujuh Hari Bersama Setan ini ternyata punya sudut pandang lain, ada cerita yang dilenyapkan, ada juga yang kemudian muncul dan ikut masuk alur cerita. 



“Seberapa kesal seseorang mendendam dan membenci orang lain, mereka yang telah pergi tidak akan kembali.” (hal. 157)

Seperti yang penulis bilang, jangan menoleh ke belakang jika belum menamatkan buku ini. Jangan menceritakan kisah ini dengan suara keras jika terjadi hal-hal janggal. Maka, selama menulis review ini, aku belum berani menatap selain layar laptop. Katanya, lebih baik kalian pura-pura tidak tahu daripada melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan *ngacir*.


“Takutlah Tuhan yang Esa. Pikirkanlah Tuhan, dan itu akan membuatmu kuat.” (hal. 155)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

4 comments:

  1. jarang baca novel horor, horor itu lebih asyik dinikmati filmnya kayaknya....hehehe...

    ReplyDelete
  2. Saya jarang baca novel horor, butuh nyali

    ReplyDelete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs