Karena post kemarin menulis tentang buku terbaru dari Penerbit Haru edisi pre-order, maka kali ini juga nggak jauh beda alias sudah terbit. Walaupun belum benar-benar addicted banget—dengan dibuktikan punya banyak buku Haru—paling nggak aku salah satu orang yang terkena #HaruSyndrome.
Judul: Angels of Morning Star Club
Penulis: Lim Se Hyuk
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 370 halaman
Harga: Rp. 65.000,-
Namaku Lim Hwi Chan. Seorang mantan narapidana yang sekarang menjadi penjaga toko yang menyedihkan. Umurku 27 tahun dan aku suka menonton film thriller berulang-ulang sampai 30 kali. Aku juga suka melampiaskan emosi dengan mengepel lantai yang kotor gara-gara keteledoran para siswi yang makan mi instan dan kimchi sembarangan di tokoku. Memang, aku tidak bisa disebut panutan, tapi juga tidak bisa disebut sebagai pecundang hanya karena pernah dipenjara.
Aku memang mantan narapidana, tapi aku muak selalu dicurigai. Aku hanya ingin melupakan semua kenangan itu. Tapi, sepertinya seluruh dunia sudah telanjur mengecapku sebagai seorang “Mantan Narapidana” dan mereka menolakku.
Sampai aku menemukan perkumpulan aneh bernama “Morning Star” yang malah mencari mantan narapidana sebagai anggota. Sebenarnya, perkumpulan apa ini?
Apa yang aku suka dari buku-buku Asia (khususnya K-Iyagi) adalah ide dan tema cerita yang unik. Banyak buku-buku karangan penulis Korea selalu punya ciri khas tersendiri, terlebih yang baru-baru ini Haru terbitkan. Selama aku membacanya, jarang kutemukan novel dengan ide cerita yang sama. Kalaupun ada, eksekusi penulis dan bagaimana ending pasti akan selalu berbeda.
Begitupun halnya dengan buku yang mengisahkan mantan narapidana ini. Benar-benar di luar dugaan bahwa ternyata masih saja ada orang-orang yang memandang sebelah mata terhadap narapidana (mungkin juga aku), seperti yang dirasakan tokoh utama buku ini bernama Lim Hwi Chan. Saat menulis post ini, aku juga sedang membaca sebuah buku K-Iyagi mengenai terpidana mati, bukannya kesal pada tindakan si narapidana, tapi aku malah terharu akan kisah hidupnya. Whoaa...
Judul: The Wind Leading To Love
Penulis: Ibuki Yuki
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal:
Harga: Rp65.000,-
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskan rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.
Mereka berdua semakin dekat, tapi….
That’s it! Sinopsisnya bikin greget ya, seakan menggantungkan akan seperti apa jadinya. Tapi, ah, nggak seru dong kalau dari sinopsis saja sudah bisa tertebak ‘akan seperti apa’ dan ‘bagaimana cerita’ di dalamnya. Esensi membaca dan rasa antusiasme terhadap alur sedikit berkurang kalau dari sinopsis back-cover saja kita sudah bisa membayangkan isinya
J-lit terakhir yang aku baca kalau nggak salah Girls in the Dark, karya Rikako-san dengan genre misteri. Belum pernah baca lagi J-lit asli penulis Jepang dengan genre romance, karena biasanya aku lebih sering baca buku dengan tokoh orang-orang Jepang tapi ditulis pengarang Indonesia. Rasanya sama, menyenangkan, tapi kalau yang semuanya asli Jepang pasti taktik yang digunakan bakalan berbeda dong :))
Judul: Majo & Sady
Penulis: Jung Chul Yeon
Penerbit: Penerbit Haru
Tebal: 300 halaman
Harga:Rp72.000,-
Sady adalah seorang wanita karier dan Majo adalah suami yang mengurus rumah tangga.
Majo selalu berpikir bahwa pelatihan untuk menjadi suami pengurus rumah tangga memang seharusnya diadakan.
Majo & Sady memarodikan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Selatan usia 20-30 tahunan yang bisa membuat kita terharu dan tertawa sambil berkata, “Ternyata tidak hanya aku saja yang mengalaminya”.
Aku memang bukan pecinta komik—saking karena masih nggak paham bagaimana cara membacanya. Tapi, kalau disodorkan K-Toon pasti nggak akan nolak, soalnya kisah yang tertuang selalu bikin awesome-moment. Yang aku suka adalah Haru nggak pernah tanggung-tanggung untuk bikin K-Toon semacam ini, full color, dan gambarnya ngegemesin. Nggak heran deh kalau harganya hampir setara dengan buku teks pelajaran sekolah.
Ah iya, Majo & Sady ini mengingatkanku sama karakter stiker chat messenger. Dan ternyata, sudah banyak stuff unik nan lucu bertemakan pasangan muda ini lho. Hiiii..., mulai dari kafe, boneka, sampai makanan Majo & Sady juga ada. Tapi, sebelum punya semuanya itu, nggak sah kalau belum punya bukunya, apalagi kabarnya bakal ada volume kedua :D
1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu.
The Wind Leading To Love covernya cantik banget yah? jadi pengen juga... ;-)
ReplyDeletesetuju ka, covernya lembut :D
DeleteIya nih, ngegemesin, bikin greget :D Warnanya yang pastel nggak terlalu ngejreng :D
DeleteCover-nya Haru bagus-bagus ya. Paling penasaran sama yang Majo & Sady, kayaknya kocak banget. Btw, semoga terkabulkaaan.
ReplyDeleteMajo & Sady itu jadi komik yang udah terkenal banget di Korea sana, hihi. Amin... terimakasih ^^
DeleteWah, semuanya Asian lit ya.. Setelah 'putus' dari Haru sebagai reviewernya tahun lalu, jadi ga pernah baca buku Haru lagi hihihi... Semoga segera tercapai WWnya yaaa
ReplyDeleteIya, sekalian niat ikut RC dari Mbak Yuska. Ayo Kak, dibaca lagi buku-buku Haru-nya. Amin... terimakasih :))
DeleteAngels of Morning Star bikin penasaran.
ReplyDeleteMungkin karena K-Iyagi jarang bahas ttg ex con.
Iya, tema yang unik bikin punya kesan yang beda buat pembaca :D
Deleteini bahasa indonesia kan ? ko rasanya kaya buku2 luar :D
ReplyDeleteBuku terjemahan Kak, jadi memang buku-buku Asia :D
Delete