[REVIEW] Hijabers in Love - Oka Aurora

Friday, December 12, 2014

“Kamu harus bisa menyatakan cintamu tanpa berharap apa-apa. Kenapa? Karena ITU yang dilakukan oleh Tuhan SETIAP saat.” (hal. 132)

Judul: Hijabers in Love
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 187 halaman
My Rating: ★★★★

---

Annisa, remaja SMA yang tomboi dan senang main basket itu mendadak ingin berhijab dan bergabung dalam ekskul ROHIS. Bukan benar-benar diniatkan dari hati sih, tapi karena ia ingin lebih dekat dengan seorang kakak kelas bernama Ananda yang juga Ketua ROHIS.

“Hijab memang seharusnya menutupi kecantikan. Agar bisa melindungi wanita.” (hal. 16)

“Tapi, alasan kamu pakai hijab seharusnya sebagai bentuk penghambaanmu kepada Allah. Dengan berhijab kamu berusaha membuktikan kepada Allah bahwa kecantikanmu hanya untuk Allah dan laki-laki yang diridai Allah.” (hal. 17)
Annisa dan Jelita adalah sepasang sahabat yang memiliki kepribadian berlawanan. Annisa yang terkesan terbuka dan tomboi, jauh berbeda dengan Jelita yang lebih halus, pendiam, dan lemah lembut. Walaupun begitu, mereka merasa saling melengkapi satu sama lainnya.

Tujuan berteman atau bergaul seharusnya bukan untuk memiliki orang lain yang melengkapi kita, tapi untuk memiliki orang lain demi kita lengkapi. Saat melengkapi orang lain inilah kita tahu siapa sebenarnya kita dan seberapa jauh kita bisa mencintai tanpa berharap apa-apa. (hal. 133)

Jika persahabatan tak dibangun di atas cinta, egolah yang akan berdiri menjadi juara. Bersahabat adalah berdiri bersama. Jika salah satu ngotot, mungkin menertawakannya saat ia terjatuh, tapi akan membantunya kembali berdiri. (hal. 143)
Dengan terang-terangan, Annisa menaruh begitu banyak perhatiannya untuk Ananda. Mulai dari memperhatikan saat mereka berada di kelas musik, sampai hal-hal lainnya yang tidak dapat Annisa lewatkan begitu saja. Sayangnya, Ananda begitu menjaga sikap terhadap banyak orang, terutama perempuan. Tapi, pemuda itu malah bersikap lebih terbuka dan ramah pada Jelita.

Ibunya juga pernah bilang bahwa tak ada orang yang berhenti mencintai seseorang. Kalau kamu pernah mencintai seseorang, kamu akan selalu mencintainya. Kalau kamu berhenti mencintanya, berarti kamu memang tak pernah mencintainya. Carilah yang memang kamu cintai, bukan yang kamu pikir kamu cintai. (hal. 129)
Annisa merasa bingung sendiri, bingung terhadap sikap Ananda, gelagat Jelita, dan bingung terhadap perasaannya saat itu. Ia mulai resah jika mengingat-ingat bahwa perempuan yang berhijab dianggap kurang baik bila berpacaran. Hingga suatu hari, ia menemukan bahwa ternyata Jelita sama-sama menyukai Ananda. Ia merasa dilema, kesal, dan marah pada Jelita. Dan, bagaimana ya jadinya  hubungan persahabatan mereka? Lantas siapakah yang akan Ananda pilih menurut rasa hatinya? Baca selengkapnya dalam Hijabers in Love.

***

Alhamdulillah, akhirnya bisa kembali ke dalam rutinitas yang beberapa minggu ini ditinggalkan, baca novel. Bingung harus memulai (alias melanjutkan) buku yang mana dulu, karena sebelum UAS aku banyak menyelingkuhi buku-buku yang baru aku terima, huhu.

Karena bingung, terpautlah hati memilih buku dengan tebal kurang dari 200 halaman ini. Dan ternyata dibikin cinta sama ceritanya!! Sebelumnya, aku menebak-nebak siapa ya yang bakal dipilih Nanda menurut perasaan hatinya, atau jangan-jangan baik Annisa maupun Jelita nggak ada yang dipilih mengingat bahwa mereka-adalah-anak-anak-yang-begitu-islami?

Karakter Annisa yang tomboi dan pintar sepadan kalau dipasangkan dengan Jelita yang alim dan sopan. Apalagi lawan mainnya, Ananda yang bijaksana dan ramah, greget ya. Dan begitupun ceritanya, disadari atau nggak dekat banget dengan kehidupan aku yang mantan-anak-KDA :D

Konflik nggak hanya terjadi di antara ketiganya ini, keluarga Annisa dan Jelita juga dilibatkan. Memandang cinta anak remaja dari segi orangtua tentu saja, bagaimana mereka mengingat-ingat kembali terhadap peristiwa jatuh-bangunnya cinta dan menceritakannya untuk anak-anaknya.

Yang lebih menarik menurutku adalah, saat Annisa diceritakan mengikuti kegiatan pertukaran pelajar AFS (American Field Service). Duuuh, Annisa ini hebat ya bikin orang iri dan nyesek lagi, iya.... karena awalnya aku juga minat ikutan acara itu, sayangnya dibatas berdasar umur :(

Ceritanya menarik, kehidupan remaja SMA banget, cinta yang dibatasi karena adanya sekat tak terlihat bernama ‘aturan agama’. Bukan menyulitkan atau malah melarang kita untuh jatuh cinta, tapi aturan agama memberikan jalan terbaik bagaimana kita seharusnya mencintai sesuai ridho-Nya. Boleh dicoba untuk kamu yang masih muda atau merasa berjiwa muda, dan mereka yang ingin tahu bagaimana Islam memandang cinta.

Tak ada orang yang senang digurui. Menggurui dan mengajarkan merupakan dua hal yang berbeda. (hal. 45)

“Kadang, Allah nggak menjodohkan kita dengan seseorang karena orang itu kurang baik buat kita. Atau, sebaliknya, mungkin kita yang kurang baik buat orang itu.” (hal. 104)

“Ya, nggak salah dong. Jatuh cinta dan jatuh hati, itu semuanya rahmat. Artinya kamu masih punya hati.” (hal. 132)

Sering kali kita mencari cinta dengan berusaha mencintai orang lain, tapi lupa mencintai diri sendiri. Kita berusaha menjadi orang lain, lalu kita kehilangan diri sendiri. Dan saat itulah kita mencintai tapi tak bahagia. Karena kita berharap mendapatkan balasan atas cinta. (hal. 133)

Cintakah namanya jika semengganggu ini? Cinta seharusnya menjadi pengalaman yang melegakan dan meringankan. Tapi, jika memberatkan seperti ini, mungkin cara mencintanya yang salah, atau ia mengharapkan sesuatu yang tidak dimaksudkan Allah untuknya. Benarkan begitu? Ia juga tak yakin. Yang ia yakini, Allah pasti ingin ia belajar sesuatu saat menghadiahkan rasa ini padanya, yaitu: bersabar mengelola hati. (hal. 164)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

10 comments:

  1. sy juga dpt buku ni lngsung dri penulisnya ,,, dan isi ceritanya juga bgus ,,,heheh

    ReplyDelete
  2. Yay, makasih ya udah direview bukunya... :) #peyuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, sama-sama Mbak Luckty ^^ Terimakasih sudah memberi kesempatan jadi perantara aku baca buku ini :D

      Delete
  3. Pernah beli dan udah dibaca, tapi saya malah lupa meresensinya. Bukunya juga entah kemana. Ceritanya menarik. Tapi gaya menulisnya bukan selera saya. Habis sangat sederhana dan banyak yang bikin dahi mengkerut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rasanya beda sih kalau ditulis sama penulis yang memang bukan remaja lagi, tapi esensi ceritanya masih terasa dapat kok menurutku. Selera Kak Adin beda mungkin ya :D

      Delete
  4. Pengen baca.. tapi gak ada yang bisa dipinjem :D
    Mau beli masih ragu, takut rugi. Tapi ternyata bagus juga kalo dari review kamu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hem, semacam kode gitu ya Kak? Kalau Kak Hilda mau, aku bersedia kok menawarkan buku ini. Kontak aja ya ^^

      Delete
  5. menarik juga yaa bukunya...coba cari ah...blogmu seru say, salam kenal yaa

    ReplyDelete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs