“Hijab memang seharusnya menutupi kecantikan. Agar bisa melindungi wanita.” (hal. 16)
“Tapi, alasan kamu pakai hijab seharusnya sebagai bentuk penghambaanmu kepada Allah. Dengan berhijab kamu berusaha membuktikan kepada Allah bahwa kecantikanmu hanya untuk Allah dan laki-laki yang diridai Allah.” (hal. 17)
Tujuan berteman atau bergaul seharusnya bukan untuk memiliki orang lain yang melengkapi kita, tapi untuk memiliki orang lain demi kita lengkapi. Saat melengkapi orang lain inilah kita tahu siapa sebenarnya kita dan seberapa jauh kita bisa mencintai tanpa berharap apa-apa. (hal. 133)Jika persahabatan tak dibangun di atas cinta, egolah yang akan berdiri menjadi juara. Bersahabat adalah berdiri bersama. Jika salah satu ngotot, mungkin menertawakannya saat ia terjatuh, tapi akan membantunya kembali berdiri. (hal. 143)
Ibunya juga pernah bilang bahwa tak ada orang yang berhenti mencintai seseorang. Kalau kamu pernah mencintai seseorang, kamu akan selalu mencintainya. Kalau kamu berhenti mencintanya, berarti kamu memang tak pernah mencintainya. Carilah yang memang kamu cintai, bukan yang kamu pikir kamu cintai. (hal. 129)
Tak ada orang yang senang digurui. Menggurui dan mengajarkan merupakan dua hal yang berbeda. (hal. 45)“Kadang, Allah nggak menjodohkan kita dengan seseorang karena orang itu kurang baik buat kita. Atau, sebaliknya, mungkin kita yang kurang baik buat orang itu.” (hal. 104)“Ya, nggak salah dong. Jatuh cinta dan jatuh hati, itu semuanya rahmat. Artinya kamu masih punya hati.” (hal. 132)Sering kali kita mencari cinta dengan berusaha mencintai orang lain, tapi lupa mencintai diri sendiri. Kita berusaha menjadi orang lain, lalu kita kehilangan diri sendiri. Dan saat itulah kita mencintai tapi tak bahagia. Karena kita berharap mendapatkan balasan atas cinta. (hal. 133)Cintakah namanya jika semengganggu ini? Cinta seharusnya menjadi pengalaman yang melegakan dan meringankan. Tapi, jika memberatkan seperti ini, mungkin cara mencintanya yang salah, atau ia mengharapkan sesuatu yang tidak dimaksudkan Allah untuknya. Benarkan begitu? Ia juga tak yakin. Yang ia yakini, Allah pasti ingin ia belajar sesuatu saat menghadiahkan rasa ini padanya, yaitu: bersabar mengelola hati. (hal. 164)
sy juga dpt buku ni lngsung dri penulisnya ,,, dan isi ceritanya juga bgus ,,,heheh
ReplyDeleteOh ya? Hihi, Mbak Oka baik ya :D
DeleteYay, makasih ya udah direview bukunya... :) #peyuk
ReplyDeleteHihi, sama-sama Mbak Luckty ^^ Terimakasih sudah memberi kesempatan jadi perantara aku baca buku ini :D
DeletePernah beli dan udah dibaca, tapi saya malah lupa meresensinya. Bukunya juga entah kemana. Ceritanya menarik. Tapi gaya menulisnya bukan selera saya. Habis sangat sederhana dan banyak yang bikin dahi mengkerut
ReplyDeleteRasanya beda sih kalau ditulis sama penulis yang memang bukan remaja lagi, tapi esensi ceritanya masih terasa dapat kok menurutku. Selera Kak Adin beda mungkin ya :D
DeletePengen baca.. tapi gak ada yang bisa dipinjem :D
ReplyDeleteMau beli masih ragu, takut rugi. Tapi ternyata bagus juga kalo dari review kamu :)
Hem, semacam kode gitu ya Kak? Kalau Kak Hilda mau, aku bersedia kok menawarkan buku ini. Kontak aja ya ^^
Deletemenarik juga yaa bukunya...coba cari ah...blogmu seru say, salam kenal yaa
ReplyDeleteYuk Mbak, makasih ya ^^ Salam kenal juga :)
Delete