Judul: Bintang dan Cahayanya
Penulis: Pretty Angelia Wuisan
Penerbit: Elex Media Komputindo
Editor: Pradita Seti Rahayu
Tebal: 334 halaman
Harga: Rp59.800,-
Rating: ★★☆
Alin punya seorang adik yang mengalami cacat autis-hiperaktif. Kondisi Aster tersebut nggak hanya menyedihkan bagi dirinya seorang, tapi juga berimbas pada kehidupan masa remaja kakaknya. Alin yang seharusnya bisa bergaul dengan lebih banyak orang dan punya seorang pacar, tiba-tiba saja diputuskan Yovie hanya karena tahu bahwa Alin punya seorang adik yang cacat.
“Berbeda itu menurut gue asyik, Lin. Jadinya kita nggak pernah merasa bosan. Bukankah Tuhan menciptakan kita berbeda-beda dengan alasan agar kita bisa saling mengerti? Konflik sendiri kan ada karena manusianya yang enggan menerima dan terlampau sombong dengan apa yang mereka miliki.” (hal. 255)
Meski begitu, ia tetap merasa sayang pada adiknya. Walau sering jengkel pada Aster yang lebih aktif dibanding anak-anak sebayanya, Alin selalu bersedia memikul beban tersebut dengan Bunda. Hingga rasa marah itu mulai memuncak di satu waktu, Alin merasa Bunda terlalu perhatian pada Aster dan ia seperti dianaktirikan dalam keluarganya sendiri. Ia nekat kabur demi memberontak pada perlakuan tidak adil Bunda yang dilakukan padanya.
Kecerobohan Alin mengakibatkan Bundanya mengalami kecelakaan hingga tidak siuman selama beberapa hari. Penyesalan memuncak di dirinya, ditambah rasa marah pada Ayahnya yang tidak begitu peduli pada kondisi keluarga mereka saat itu. Namun, sosok Mikael menjadi pelipur lara Alin dalam perasaan kalut dan kecewanya.
Semua makhluk bernapas memang tak pernah terhindar dari dosa. Namun, Tuhan selalu memberi ampunan sehingga tak perlu ada yang harus ditakutkan. Aku pikir Tuhan lebih pemaaf dibandingkan dengan manusia. (hal. 124)
Mikael adalah Ketua OSIS SMA Manunggal yang dulu pernah cinta banget sama Alin. Saking ngebetnya, ia selalu ngejar-ngejar Alin dan nggak pernah malu buat melakukan gombalan demi mendapatkan sang pujaan hati. Lucunya, Mikael nggak pernah menyerah dalam usahanya agar Alin membalas cintanya.
Kehumorisan Mikael membuat Alin mempunyai pandangan berbeda pada sosok orang yang dikenalnya itu. Mikael tahu banyak soal kehidupan dan hal-hal apa saja tentang Alin,... hingga rasa takut itu mulai muncul. Apakah Mikael benar-benar bisa menerimanya—menerima adik dan keluarganya—dan tidak berlaku seperti orang di masa lalunya?
“Jangan mengatakan sesuatu yang kamu nggak yakin akan bisa melakukannya, Lin.” (hal. 22)
Cerita ini seperti dekat dengan kehidupan penulisnya sendiri, Mbak Pretty. Melihat dari profilnya, sudah cukup meyakinkanku bahwa—kemungkinan besar—Mbak Pretty mengadaptasi cerita hidupnya dalam sebuah karya buku. Tapi, jangan sok tahu juga sih, Syif! -___-“
Di awal cerita, agak sedikit ragu untuk mulai melanjutkan bacaan ini karena kurasa terlalu banyak ‘perasaan penulis’ masuk ke dalam alur. Sangat disayangkan, tapi toh dari bagian tengah buku hingga belakang cerita aku menikmatinya. Hehe...
Keadaan Aster yang mengalami autis, Bundanya yang menyimpan banyak rahasia, serta jarak hubungan dengan Ayahnya menjadi suguhan cerita keluarga yang mengharukan. Bersyukur untuk beberapa bagian ini, penulis mulai benar-benar menjelma menjadi sosok karakter Alin dalam cerita.
Sulit untuk mencintai seseorang yang kamu tidak kenal luar dalam. Sulit untuk menjalin kasih sayang dengan seseorang yang selalu jauh darimu. (hal. 128)
“Filsuf Heraclitos sendiri pernah bilang segala sesuatu pasti dan harus berubah, Wen. Semuanya dilakukan demi mencapai keseimbangan hidup karena lingkungan kita juga berubah.” (hal. 140)
Proporsi ceritanya lebih banyak antara Alin dengan keluarga dibanding dengan Alin-Mikael. Padahal, aku mengharapkan cerita mereka lebih banyak. Tapi, untuk ini, aku katakan... aku suka bagaimana penulis menghadirkan Mikael sebagai karakter cowok, boleh nggak jatuh cinta sama dia? *eh
Ada beberapa bagian yang menjadi informasi singkat juga dalam buku ini. Misal tentang anime Fullmetal Alchemist dan film Bollywood yang menjadi kesukaan Alin, tentang rasi-rasi bintang yang dilihat Alin dan Bunda, serta tentang teknik fotografi yang dikuasai Mikael. Meski singkat, informasi tersebut cukup bermanfaat menurutku. Tinggal, penulis harus mengatur sedemikian rupa di bagian mana seharusnya info itu hadir dan nggak mengalihkan topik perhatian pembaca pada bagian yang sedang dibacanya.
Well, buku ini menyuguhkan cerita keluarga dan kehidupan ala remaja yang masih bingung pada kondisi sekitarnya dengan baik. Terlepas apakah buku ini benar cerita penulisnya sendiri atau bukan, telah memberi pesan pada kita bahwa nggak selamanya sesuatu terlihat jelas dengan satu mata, satu pandang, dan satu arah.
Yah, rata-rata manusia selalu merasa sesuatu itu berharga di saat sesuatu itu menghilang dari hidupnya. (hal. 37)
Kalau perempuan itu dianggap nggak terhormat oleh kebanyakan orang, setidaknya kamu memperlakukannya sebagai perempuan yang terhormat. Jangan pernah mencium seorang perempuan sebelum kau menikahinya! (hal. 144)
Mengetahui hal yang sebaiknya tidak diketahui memang menyakitkan. (hal. 198)
Apa yang paling kau takuti di dunia ini? Mimpi buruk bernama kesendirian... (hal. 284)
“Semua orang selalu beranggapan orang lain lebih bahagia darinya. Padahal dia nggak mengetahui bahwa orang yang terlihat bahagia itu telah merasakan penderitaan yang paling pahit selama hidupnya.” (hal. 307)
Wah seru nih reviewnya..
ReplyDelete^^
Makasih :)
Deletenice review. kayaknya kisah sicklit bercampur cinta remaja =)
ReplyDeleteYap :)
Delete