Judul: Supernova #1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Truedee Books
Tebal: 231 halaman
Rating: ★★★
---
“Pernahkah kamu merasa kita semua terlahirkan ke dunia dengan membawa tanda tanya agung? Tanda tanya itu bersembunyi sangat halus di setiap atom tubuh kita, membuat manusia terus bertanya, dihantui, sehingga seolah-olah misi hidupnya pun hanya untuk menjawab tanda tanya itu.” (hal. 45)
Di saat orang lain sedang bergembira ria menyambut
datangnya seri Supernova terbaru datang—Gelombang—baiklah, kali ini aku akan
membahas tentang seri pertama Supernova—Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
*karena melawan arus itu keren*.
Puteri,
Kembalilah
ke puri ini.
Satu
semesta mungil yang mampu melumat bumi
Kalau aku
mau membentangkannya. (hal. 20)
Agak sulit awalnya membayangkan akan seperti apa
dan bagaimana cerita ini berjalan. Secara garis besar, KPBJ bercerita tentang
kisah di dalam kisah. Ibarat cerita buku di dalam buku. Kedua tokoh utama
bernama Dhimas dan Ruben ini memutuskan untuk membuat sebuah masterpiece—mahakarya bersama tentang
kisah cinta yang tidak biasa.
Dalam cerita hasil kolaborasi keduanya, ada tiga tokoh utama yang berperan besar dalam cerita, yakni Ferre, Rana, dan Diva. Ferre adalah seorang pria muda metropolis yang tidak hanya pintar dan sukses, tapi juga masih single dan orang yang puitis sekali. Semenjak kecil, ia sangat terobsesi dengan dongeng Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Kelak, ia bermimpi untuk menjadi seorang Ksatria.
Dalam cerita hasil kolaborasi keduanya, ada tiga tokoh utama yang berperan besar dalam cerita, yakni Ferre, Rana, dan Diva. Ferre adalah seorang pria muda metropolis yang tidak hanya pintar dan sukses, tapi juga masih single dan orang yang puitis sekali. Semenjak kecil, ia sangat terobsesi dengan dongeng Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Kelak, ia bermimpi untuk menjadi seorang Ksatria.
Neneknya menenangkan: Itu hanya dongeng, Re. Satu dongeng sedih yang tak sengaja kamu temukan. Masih banyak dongeng lain yang berakhir bahagia. (hal. 29)
Keinginan menjadi Ksatria yang memperjuangkan
cintanya terhadap sang Puteri seolah benar-benar terkabul. Satu hari, Ferre seolah
menemukan jiwa sang Puteri itu ada pada diri Rana, seorang reporter majalah
yang sudah bersuami. Di sinilah konflik mulai hadir antara cerita Ferre dan
Rana ini, di antara keinginan dan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Tentang perasaan Ferre terhadap Rana dan tentang perasaan Rana pada
Arwin—suaminya.
Mungkin memang begini ini adanya... Cinta tidak membebaskan. Konsep itu memang utopis. Cinta itu tirani. Ia membelenggu. Menggiringnya ke lorong panjang pengorbanan. (hal. 79)
Di sisi lain, sang pencipta karya—Dhimas dan Ruben—makin
menambah suasana dengan menghadirkan Diva di tengah kemelut cerita. Dialah sang
Bintang Jatuh, bintang yang melenyapkan mimpi Ksatria di dongeng masa kecil
itu. Tapi... selain itu, muncul juga seorang cyber avatar yang bernama
Supernova. Tanpa kita sadari, dialah yang menghubungkan masing-masing kisah
dari cerita mereka ini.
Di awal, aku sempat merasa nggak akan sanggup
membacanya sampai akhir. Masih cukup bingung dengan alurnya yang belum
menemukan titik potong (ealah, jadi kayak Matematika).
Dee juga mewarnai cerita KPBJ ini dengan istilah-istilah
sains terhadap kehidupan yang dijalani dalam cerita ini. Ada banyak istilah
asing yang mungkin bisa membuat kita mengernyitkan dahi atau mungkin sampai
mabok, ibarat karya fiksi ilmiah—bisa jadi kita serasa diingatkan dengan mata
pelajaran Fisika (bahkan di sekolah aku pun belum belajar demikian).
Turbulensi hadir di mana-mana, dalam hidup organisme sesederhana bakteri sampai ke interaksi antarplanet di Bimasakti. (hal. 7)
Akan tetapi, dengan alur cerita yang mengalir,
utuh, dan saling bertautan, secara nggak langsung dan tanpa kita sadari KPBJ
memberi hikmah pada pembaca untuk punya cara pandang lain tentang kehidupan
ini.
“Ketika kita balikkan cara pandang kita, maka kenyataan pun berubah; ternyata pelacuran terjadi di mana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya. Dan bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina?” (hal. 50)
Berhentilah merasa hampa. Berhentilah minta tolong untuk dilengkapi. Berhentilah berteriak-teriak ke sesuatu di luar sana. Berhentilah bertingkah seperti ikan di dalam kolam yang malah mencari-cari air. Apa yang Anda butuhkan semuanya sudah tersedia. (hal. 139)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
No comments:
Post a Comment
Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.
Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.
Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.
Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.
tertanda,
yang punya cerita