“Itu, kan, karunia, Zha. Pemberian Tuhan. Tidak seorang pun bisa menahan rahmat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Begitu juga, tidak seorang pun dapat melepaskan apa saja yang ditahan oleh Allah,” (hal. 99)
“... Hidup itu sederhana, Zha, tapi dengan bersyukur hidup akan jadi luar biasa. Dengan bersyukur kamu akan lebih bahagia dan hatimu akan jauh lebih tenang. Nggak semua orang bisa mendapatkan anugerah istimewa sepertimu,” — “... Jangan mengeluh. Keluhan itu bisa mengganda di otakmu dan akan membuat mentalmu semakin lemah. ...” (hal. 101)
“Lagian apa asyiknya, sih, nonton bola? Bola cuma satu direbutin sama dua puluh dua orang gitu. Biasa kan ngantre, dong. Nunggu giliran, jangan rebutan gitu.” — “Tiru dong pemain bola bekel. Sabar mengantre sampai dapat giliran. Nggak main rebut dari lawan. Gimana kalau orang yang bolanya direbut ngerasa nggak rela? Wah, repot tuh urusannya, Nu. Dia bisa merasa teraniaya. Padahal, dosa orang teraniaya itu pasti dikabulkan oleh Allah. Bisa aja, kan, dia berdoa supaya lawan yang merebut bolanya itu kalah...” (hal. 2)
Kok banyak kebetulan gitu ya, Syifa? Aku nebaknya ada salah satu penulisnya yang indigo. Tapi Teh Enno ga kasih tau sebenernya sih. Jadi penasaran :P
ReplyDeleteAh, mungkin seharusnya Mbak Eno bikin cerita tentang hidup aku aja kali ya? *lempar batu* Mungkin Mbak Shienta, tapi ah nggak tau, tadinya aku niat interview buat tanya-tanya, tapi...
Delete@Ila: Hahaha.... ada yang penasaraaaaannnn :p.
DeleteEmangnya yang di It's Not A Dream kerasa indigonya juga ya? :D
Btw, banjur itu udah diserap ke dalam bahasa Indonesia, lho. Bisa dicek di KBBI :) Artinya ya siram atau guyur :)
ReplyDeleteTentang koridor itu... saya pencinta koridor :D
Makasih banyak resensinya, ya Syifa. Kapan2 kupinjem deh nama "Syifa". Tapi jangan menuntut royalti yaaa :D
Wihh kk ku rassa sudah terkenal ... salam ukhuwah islamiah
ReplyDeleteDia penulis? Ya, salam kembali ^^
Delete