Penari itu adalah Canting, perempuan yang rela meninggalkan sekolah dan keluarganya hanya karena dirinya jatuh cinta pada sang pelatih, Farid. Perjalanan cinta mereka sangat menarik, Farid bisa dikatakan orang yang dapat memikat hati seorang perempuan bernama Canting. Suatu kecelakaan terjadi, Canting meminta Farid untuk sesegera mungkin menikahinya sebelum perutnya benar-benar membesar tanpa seseorang di sampingnya. Semua berjalan tidak seperti yang diharapkannya. Farid pergi meninggalkan Canting yang masih hamil karena ternyata ia sudah berumah tangga, Farid pergi untuk kembali ke keluarganya. Hidup seorang diri, berjuang dalam masa kehamilan, hingga melahirkan seorang anak lelaki, adalah pengorbanan yang harus Canting lakukan untuk melahirkan seorang anak manusia bernama Buih. Buih dititipkan kepada nenek dan kakeknya—Bapak dan Ibu Canting, karena Tuhan telah meminta Canting kembali sesaat setelah melahirkan Buih.
Ada lagi kisah sepasang kekasih yang ceritanya menyayat hati, Ladira dan Ardiga. Keduanya saling mencintai satu sama lain, perbedaan yang ada tidak membuat mereka merasa risi terhadap pandangan orang banyak mengenai perbedaan keyakinan. Dira adalah seorang Kristen Tionghoa, sedangkan Diga adalah laki-laki muslim anak dari seorang Kiai. Cinta mereka berakhir menyedihkan, memaksa keduanya berpisah karena perbedaan yang jarang bisa diterima banyak orang. Perbedaan untuk status seperti umur, sosial, ras memang bukan suatu hal yang besar, tapi apakah itu sama berlakunya dengan perbedaan agama diantara dua insan yang saling mencinta?
“Jika kau memang mencintaiku... kau harus percaya...” (hal. 168)
Mantap sekali resensinya. Saya juga suka sekali dengan novel Maddah ini. Maddah adalah buka kedua yang mencerita kan Peter dan kawan-kawan. Penasran dengan isi novel ini? Silahkan download di SINI
ReplyDelete