“Apa itu penting? Bukankah definisi orang tentang cinta
berbeda...? Aku merasa aku mencintaimu, dan itu menjelaskan mengapa aku tetap
ingin berada di sini...” (hal. 161)
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 292 halaman
ISBN: 978-979-780-589-0
Rating: ★★★★★
---
Florence L’etoile
Leroy melarikan diri dari rumahnya, ia menolak mentah-mentah niat kedua
orangtuanya yang ingin menjodohkannya dengan seorang pria untuk melakukan
kencan buta yang direncanakan Maman dan Papa-nya itu. Dalam perjalanan kaburnya
menuju Honfleur, Florence mengalami masalah lagi,
tas yang dibawanya tidak cukup baik untuk menampung barang-barangnya—dompet,
agenda, pulpen, buku-buku, piringan hitam, ponsel, peralatan melukis. Ia
pasrah, menerima kenyataan bahwa tasnya harus dibuang begitu saja, dan membawa
barang-barang itu di dalam pangkuannya.
Hal yang tidak nyata tetap akan lebih menyedihkan daripada hal yang nyata, seindah apa pun itu. Karena ketidaknyataan itu hanya hidup di angan-angan, dalam dimensi dan ruang yang sama sekali berbeda. (hal. 175)
Namun, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki
di dalam kereta yang ia tumpangi itu. Tampaknya, lelaki tersebut baru saja
membeli sebuah tas baru—which is itu
adalah tas merk Chanel keluaran terbaru saat itu. Yang paling mengejutkan
adalah ketika lelaki itu dengan mudahnya memberikan tas mahal tersebut kepada
Florence. Sejak saat itulah, Florence mengenal lelaki yang bernama Vinter Vernalae tersebut.
“Kereta seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak akan bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya; betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.”
Saat itu juga, Vinter sedang bermasalah. Ia diminta oleh Monsieur
Zima—temannya di Honfleur—untuk
mendatangkan sekelompok seniman yang dapat menggelar berbagai penampilan dalam
sebuah pertunjukan; mulai dari membaca puisi, menampilkan drama, melukis,
bermain musik, dan semacamnya. Sayangnya, ketika Vinter sudah menyewa grup seni
dari Montmartre, mereka membatalkan undangan tersebut. Hal yang mengejutkan
adalah ketika tiba-tiba saja Florence menawarkan diri untuk menyanggupinya, ia
memang memiliki kemampuan seni yang begitu baik sehingga dapat melakukan hal
yang diminta Monsieur Zima tersebut hanya seorang diri. Terlebih, ia melakukan
itu sebagai balasan untuk tas yang diberikan cuma-cuma oleh Vinter.
“Masa lalu memang mengubah kita dengan cara yang aneh, bukan?” (hal. 126)
Selama melakukan pertunjukan di rumah Monsieur Zima,
sedikit banyak Florence mulai mengenal lelaki yang sudah berumur tersebut.
Dulu, ia adalah seorang konduktor hebat, namun Zima adalah orang yang mempunyai
kisah hidup yang kelam, sepi, dan menyedihkan. Dari Monsieur Zima, Florence pun
semakin mengenal sosok Vinter yang mempunyai dunia yang penuh air mata karena
kenangan-kenangan di masa lalunya. Perlahan, Florence dan Vinter saling
mengetahui keadaan masing-masing yang ternyata mempunyai masa lalu penuh luka.
Akan tetapi, kenyataan bahwa keduanya sama-sama memiliki ‘orang baru’ jauh
lebih menyakitkan ketika pada akhirnya mereka tahu isi hati masing-masing.
Lalu, siapakah lelaki yang dijodohkan dengan Florence dan perempuan pemilik tas
hadiah dari Vinter itu? Apakah mereka orang yang dikenal keduanya? Baca selengkapnya di Kastil Es & Air
Mancur yang Berdansa.
“Masa lalu tidaklah penting. Orang yang punya masa lalu buruk belum tentu akan menjadi pribadi yang buruk juga. Semua tergantung pilihan hidup. ...” (hal. 226)
***
Buku ketiga dari Kak Prisca Primasari yang aku baca.
Baiklah, ini dia penulis kebanggaan GagasMedia yang kini juga menjadi penulis
favorit aku. Hmm, Kak Prisca kapan menulis buku baru lagi ya? :D
Bukankah ketika kau ingin sekali bahagia, kau tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap uluran yang datang...? (hal. 227)
“Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri,” (hal. 277)
Nggak bisa berkata banyak untuk buku ini, karena KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA.
Oke, sudahlah, aku nggak akan bahas bagaimana cara mengesktrak kulit manggis.
Yang pasti, aku suka buku ini dari berbagai segi, selain gaya penulisan Kak
Prisca, juga setting-nya yang selalu
mengambil latar di Eropa–khususnya Prancis dan Rusia, informasi baru disini
juga bermanfaat, cerita Les Quatre
Saisons tentang seri gubahan Antonio Vivaldi mengenai empat musim (Spring, Summer, Autumn, Winter) yang
berhubungan juga sama nama lain dari Monsieur Zima. Terus, cerita tentang Snegurochka juga. Wah, aku belum tahu
banyak sih, sedang dalam masa peng-googling-an
nih!
“... Snegurochka, yang selalu merasa yakin tidak akan pernah merasa lemah, akhirnya meleleh dan menghilang karena kehangatan cinta yang dia rasakan.” (hal. 174)
Cover, entah untuk
yang keberapa kalinya, sudah masuk kategori Gagas sekali. Unik dan manis,
menyiratkan tentang kenangan masa lalu di Eropa djaman doeloe. Pantas sih, karena latar waktu ceritanya mengambil
tahun 80-90-an.
“Lari tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus berani menghadapi segalanya.” (hal. 88)
Benar-benar buku yang aku rekomendasikan untuk para kamu
semua yang (mungkin) baru mengenal GagasMedia atau sudah jadi #GagasAddict.
Beberapa di antara koleksi GagasMedia lainnya yang juga aku ceritakan, bisa
kamu baca di #11TanpaBatas: 11 Buku GagasMedia yang Wajib Baca ala ASYSYIFAAHSBOOK.
“Aku selalu berpendapat bahwa orang yang benar-benar baik adalah orang yang mengakui bahwa dia tidak sebaik itu. (hal. 282)
No comments:
Post a Comment
Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.
Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.
Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.
Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.
tertanda,
yang punya cerita