---
“Aku hanya mengetahui perasaanku dan berusaha jujur pada diriku sendiri. Tak perlu menggali lebih dalam akar dimana perasaan itu tumbuh.” (hal. 48)
“Because by playing piano along with his pupils, he wanted to recall himself how to enjoy music purely.” (hal. 83)
“Kamu akan lebih mengetahui bagaimana perbedaannya mendengar musik dengan hati atau hanya sekadar dengan telingamu. Telinga hanyalah penerima, namun organ yang sesungguhnya bekerja adalah otak dan tentu hatimu.” (hal. 84)
“... Bagiku, sebuah mimpi bukanlah sesuatu yang tidak penting. Mimpi adalah inti dari kehidupan manusia. Aku memulai hidupku dari sebuah mimpi.” (hal. 171)
“Ketika seseorang memiliki banyak mimpi namun terlalu lama berada di comfort zone, harus ada seseorang yang membantu untuk menariknya keluar bukan?” (hal. 271)
“... Seperti itulah cinta. Kepercayaan total meskipun dia tidak pernah tahu apakah bisa bersamamu lagi. Pengorbanan bukan hanya tentang tindakanmu tapi juga perasaanmu. Saat kamu memutuskan pergi maka yang harus kamu lakukan hanyalah pergi selamanya.” (hal. 281)
Ya, tidak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan saat mengetahui orang yang kita cintai memberikan cinta sama besarnya dengan yang kita beri. (hal. 309)
Mungkin, jalan terbaik untuk tidak merasakan kesedihan adalah dengan tidak memikirkannya, menjauh dari kenangan, bahkan jika perlu meninggalkan semuanya untuk memulai hidup baru. (hal. 121)
“Suatu hari aku akan bertemu dengannya lagi, entah hanya untuk mengucapkan selamat tinggal lagi atau bersama kembali. Hari itu akan datang. Hari di mana kita akan menjalin takdir kita dengan takdirnya lagi. Love doesn’t conquer all, faith does.” (hal. 127)
Aku percaya hati manusia bukanlah air susu yang akan mudah menghitam karena setetes tinta. Akan ada kemungkinan, walaupun sesaat, di dalam hati manusia, ruang singkat untuk kembali merindukan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya tidak peduli betapa pekatnya kebencian yang ia miliki. (hal. 216)
Bagiku mencintai seseorang adalah memilikinya, berada di dekatnya, bukan melepaskannya hanya karena tidak ingin menjadi beban bagi orang itu. There is no burden in love, because love is always selfish. (hal. 126)
Tidak ada yang lebih menyedihkan selain saat seseorang kehilangan harapan. Ketika seseorang bahkan tidak sanggup memimpikan sesuatu. Ketika tidak ada keyakinan dalam dirinya sendiri bahwa akan ada hari esok, yang jauh lebih baik daripada hari ini. (hal. 133)
“You are my Fantasy in D minor, my ending from my search of happiness.” (hal. 308)
Appreciate your blog ppost
ReplyDelete