Aloha, ini dia blog post Book Quotes untuk judul buku Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari. Review ada di blog post sebelumnya, klik yang ini.
Kutipan Pembuka
Tidak pernah ada yang tahu apa yang Tuhan mau. (hal. 5)
Kutipan Pembuka
Tidak pernah ada yang tahu apa yang Tuhan mau. (hal. 5)
Tuhan sudah merencakan aku dan kamu bertemu di suatu waktu.
(hal. 19)
Segala keterbatasan ini membuatku takut. (hal. 29)
Cinta begitu sederhana, tanpa perlu alasan apa-apa. Begitu
saja. (hal. 41)
Mungkin artiku buatmu dan artimu buatku berbeda. (hal. 47)
Biarkan hati mengalirkan segalanya. (hal. 53)
Semua ini tentang rasa percaya. (hal. 58)
Karena aku sadar, tak pernah ada seseorang yang bisa
kumiliki seutuhnya. (hal. 63)
Ketika aku mulai berpikir untuk bermimpi bersamamu. (hal.
73)
Cukup genggam tanganku dan kita akan melintasi masa lalu.
(hal. 79)
Waktu menyadarkanku, mencintaimu butuh ruang sebesar itu.
(hal. 90)
Kita saling mengiringi, tetapi tidak pernah saling mengisi.
(hal. 97)
Mungkin aku perlu jatuh beberapa kali agar benar-benar bisa
berdiri. (hal. 105)
Biarkan semua berjalan apa adanya. Ikuti arahnya. (hal. 111)
Terkadang aku bertanya, ke mana hidup membawa kita. (hal.
117)
Selamanya, memang begitu adanya. (hal. 125)
Karena aku tidak sempurna, Tuhan menghadirkanmu untuk
memenuhi sebagiannya. (hal. 129)
Kutipan Kalimat
“Semua orang seharusnya punya harapan. Punya mimpi. Soalnya,
saat nggak ada lagi yang bisa diperjuangkan, kita masih punya harapan, kan?”
(hal. 11)
Aku larut dalam mimpi itu sendiri, dan tidak pernah pergi. –
Nadine Almaira Kamil. (hal. 13)
“Do what you wanna do, Din. Choose your own happines. Work
hard for it. And you deserve it.” (hal. 18)
Ia merasa seperti... jatuh cinta. Tetapi, apakah bisa jatuh
cinta tanpa rencana? Tanpa lebih dulu mengenalnya? Tanpa apa-apa—jatuh begitu
saja? (hal. 25)
“Mimpi yang besar membuat kamu buta dan lupa.” (hal. 32)
“Tapi, kita harus punya mimpi, Jar. Punya goal.” –– “Sama
kayak lomba; ada garis start, ada garis finish. Mau cepat, mau lambat, pasti
sampai di garis finish. Tapi, itu bukan goal-nya. Bagaimana bisa jadi pemenang
itu baru goal.” –– “Dan, akhirnya kalah?” –– “Setidaknya, kita sudah usaha.
Kalah atau menang adalah hasil akhir. Penentuannya dari bagaimana kamu
melakukan sebaik-baiknya.” –– “Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di
mana letak kita salah. Supaya kita belajar buat benar.” (hal. 33)
“Dalam hidup, nggak ada yang mudah, tapi segala sesuatu
pasti ada jalannya—kalau kita mau berusaha.” (hal. 49)
“Dan, saat kamu memulai hidup baru dengan seseorang, itu
juga bukan kesalahan. Bukan pengkhianatan. Saat Tuhan menutup satu pintu, Tuhan
membuka pintu yang lain. Kamu mungkin nggak pernah tahu karena terlalu sibuk
mengurusi hidup yang sudah tertutup itu.” (hal. 49)
Ia tidak pernah mengatakan jatuh cinta kepada seseorang
adalah sebuah kesalahan. Jatuh cinta tidak pernah salah—siapa pun orangnya.
Hanya bagaimana mencintai, memahami, dan mengerti untuk membuat segalanya
menjadi benar. (hal. 65)
“... I can’t promise you to solve all your problems, but I
can promise you won’t have to face your problems alone.” (hal. 83)
Hidup adalah pilihan. Jika tidak segera memilih, hidup akan
memilihkan jalannya dan tidak tahu ke mana arahnya. (hal. 88)
“Aku membayangkan bahagia itu bebas. Lepas. Kita bisa
tertawa tanpa beban. Bisa menangis tanpa merasa sedih atau bersalah.” –– “Yang
ada di dunia ini adalah masalah. Sampai mati, kita nggak akan pernah lepas dari
masalah.” –– “Berarti kita diminta untuk kuat, Jar. Untuk menghadapi
masalah-masalah itu. Life is a journey, Jar. Be happy with what you get, with
what you have.” –– “Karena ini adalah perjalanan. Kita tentukan arahnya. Kita
tahu apa risikonya. Kita tahu ke mana tujuan kita sebenarnya”. (hal. 93)
Setiap pertemuan, akan ada juga perpisahan. (hal. 102)
Ada saatnya harus mengerti, ada juga saatnya tanpa harus
mengerti, semua harus terjadi. (hal. 102)
“Kita nggak pernah tahu kenapa suatu kejadian terjadi. Kita
bisa menghindari, tapi kalau itu takdir, pasti kita akan kembali ke tempat yang
sama lagi. Karena ke mana pun melangkah, tujuannya tetap sama.” (hal. 109)
Karena Tuhan menginginkan begitu. Tuhan mempunyai banyak
rencana, mungkin aku dan kamu ada di antara rencana-rencana-Nya. (hal. 109)
“Buat saya, mimpi bukan sesuatu hal yang mustahil. Siapa
bilang mimpi hanya sekadar mimpi, kalau kita mampu mengusahakannya, semua
menjadi mungkin.” (hal. 119)
Bukan mereka yang menghadirkan cinta, tetapi cinta yang
membuat mereka ada. Dulu, mereka mencintai karena ego untuk saling memiliki dan
kini mereka bersatu karena saling mencintai. Cinta memang buta, tidak memilih
siapa, tidak pernah diduga, tidak bisa dipaksa, begitu sederhana hingga
membuatnya mampu melakukan apa saja untuk mereka berdua. (hal. 130)
“Don’t make me go through this alone” –– “Never, it’s a
long, hard and winding road, but when there’s a will, I’m sure there’s also a
way, right?” (hal. 134)
“Ternyata, orang yang akan menjadi pasangan hidupnya sedekat
lilin yang selalu menemaninya hingga terlelap.” (hal. 182)
‘Buat apa menjadi guru kalau lebih suka meremehkan murid
daripada mengajarinya?’ (hal. 196)
“Dia mau bersusah payah mewujudkan mimpi orang lain, tapi
menyerah bila menyangkut mimpinya sendiri.” (hal. 202)
“Ketika kamu menjadi orangtua... tak ada yang bisa lebih
melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang bisa lebih melegakanmu
selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang lebih kau inginkan. Cita-cita anakmu
adalah cita-citamu juga. Bila cita-cita mereka tidak tercapi, bagaimana
perasaanmu? Bisakah kau meninggalkan mereka dengan tenang...?” (hal. 203)
“... Semua seni hebat berasal dari pengalaman mendalam, dan
sering kali dari peleburan kisah-kisah dan karya-karya yang sudah ada. ...”
(hal. 214)
“Seseorang mengatakan padaku bahwa kita akan selalu bersama
yang benar-benar kita cintai.” –– “Kalau kita tidak bisa bersama mereka,
berarti kita tidak benar-benar mencintai mereka. Itu hanya semacam selingan.
Hanya perasaan yang berlangsung sekejap.” ––
“Kadang kita merasa kesulitan menemukan cinta sejati. Tapi aku yakin
cinta itu pun sebenarnya sedang mencari kita. Pokoknya ganbatte kudasai.
Berusaha sebaik mungkin, maka pada suatu titik kau pasti akan bertemu
dengannya.” (hal. 218)
“Kita sama-sama punya impian tapi tak punya keberanian untuk
mewujudkannya kan?” (hal. 230)
“Aku percaya harapan akan selalu ada ketika kita masih
bernapas...,” (hal. 247)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
No comments:
Post a Comment
Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.
Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.
Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.
Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.
tertanda,
yang punya cerita