Wishful Wednesday 19

Wednesday, July 16, 2014

Hallo, selamat pagi. Kembali hadir untuk ikut memeriahkan meme Wishful Wednesday yang sudah lama ini inactive di blog aku, hehe. Bukan apa-apa sih, beberapa kali kadang lebih fokus ke blog pribadi, tapi demi janji yang pernah ditulis di postingan sebelumnya, ayo seru-seruan lagi ber-meme ria, xoxo.

Judul: Tomodachi
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 45.600 (20% OFF)

Pernahkah kau bertemu seorang perempuan yang tak pernah lelah menyalakan harap di hatinya?

Dalam Tomodachi, kau akan bertemu perempuan itu. Perempuan biasa, tetapi punya harap luar biasa. Baginya, berlari dan menemukan garis akhir adalah sebuah keharusan. Tidak akan ada kata menyerah.

Pernahkah kau memiliki seseorang yang selalu bisa menghapus cerita sedihmu? Dalam Tomodachi, kau akan menemukan tangan-tangan yang terikat pada satu kata: sahabat. Mereka yang keberadaannya membuat kau tak lagi merisaukan hari esok yang mungkin masih gelap.

Juga dalam Tomodachi, kau akan bertemu seorang laki-laki yang berlari dengan sepasang sayap. Yang selalu mengejar garis akhir, tetapi tak pernah ragu untuk diam sejenak menunggu.

Tomodachi dipersembahkan untukmu yang sedang melewati masa-masa pahit-manis dalam cinta dan persahabatan. Juga untuk setiap orang yang pernah melewati dan merindukannya.

Selamat menyusuri kisahnya.

- Editor S.C.H.O.O.L
Semenjak Kak Winna memberitahukan kalau buku terbarunya dari serial S.C.H.O.O.L akan segera terbit, aku ikut senang juga. Sebagai salah satu dari penggemar karya-karyanya dan salah satu orang yang menunggu buku dari serial SCHOOL terbaru keluar, aku mulai menanti dan memasukkan buku ini ke dalam wishlist wajib di atas buku-buku lainnya.

Ketika membaca first chapter di blog resmi Kak Winna Efendi, aku mulai nebak-nebak, mata pelajaran apa ya yang diceritakan dalam Tomodachi ini? Aku pikir Biologi, tapi ternyata bukan. Kalau serial sebelumnyaSCHOOL: Chemistrybercerita tentang mata pelajaran Kimia, lalu Tomodachi tentang apa ya? Hmm... ditambah latar yang diambilnya juga di Jepang, sama seperti buku Ai. Dan, ya ampun, aku saja belum punya Tomodachi, tapi Kak Winna sudah punya calon novel baru lagi. Dan yang mengejutkan adalah... nggak hanya satu, tapi dua sekaligus. Wow!! 


Judul: Girls in The Dark
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Harga: Rp. 41.600 (20% OFF)

Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu...? Gadis itu mati. Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai bunga lily. Pembunuhan? Bunuh diri? Tidak ada yang tahu.

Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.

Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....

Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
Semenjak mengikuti Girls in The Dark Blog Tour yang diadakan Penerbit Haru bersama 20 blogger terpilih, aku bisa menyimpulkan kalau buku ini cukup menarik untuk dibaca. Bagi pembaca yang baru-baru ini menyukai genre misteri, aku pikir cerita yang disajikan Rikako-san tidak biasa. Seperti buku misteri terbitan Haru yang pernah aku baca sebelumnyaWishing Her To Die—buku ini juga punya kesan yang memikat, benar-benar bikin penasaran.

Bercerita tentang kisah pembunuhan yang terjadi di Klub Sastra, Itsumi—sang Ketua—mati. Hal ini tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan buatku, sebenarnya siapa sih yang membunuh dia? Atau jangan-jangan dia malah bunuh dirinya sendiri? Dari keenam temannya di Klub Sastra, aku pikir semua punya peluang menjadi pembunuh. Seseorang yang membencinya, atau bahkan seseorang yang memang benar-benar 'baik' kepadanya. Greget sekali membaca review yang diulas dari host blogger GITD Blog Tour itu, ya setidaknya buku misteri bisa bikin pembacanya memutar otak untuk menebak bagaimana ending ceritanya.

1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu.
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlist-nya di hari Rabu =)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

Scene on Three: Always With Me

Monday, July 14, 2014

Kemarin, tanggal 13 Juli tepatnya, aku dapat surel otomatis dari blog Kak Bzee @ Bacaan Bzee mengenai meme Scene on Three. Masih ingat kan, meme yang diadakan setiap tanggal yang mengandung unsur 3? Nah, kali ini mau ikutan lagi, psstt... bukan karena giveaway-nya sih, tapi lebih pengin aktif lagi buat ikutan meme, termasuk Wishful Wednesday salah satunya. So, let's see!

Apa ia tidak kecewa karena harus meninggalkan si Pangeran?

Yang benar saja. Menjadi istri si Pangeran sangat melelahkan. Bayangkan saja bagaimana keluarga Cinderella. Untuk menarik napas saja mungkin ia harus mendapat izin terlebih dahulu pada mereka. Untung saja pangerannya itu bodoh. Masa ia tidak bisa mengingat wajah wanita yang katanya membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama? Lalu, apa masuk akal kalau si Pangeran mencari wanita yang kakinya pas dengan sepatu itu? Kalau sepatu itu pas, mana mungkin terlepas dari kaki Cinderella?
(hal. 8)


Kutipan ini aku ambil dari buku Always With Me karya Hyun Go Wun terbitan Penerbit Haru. Satu yang menarik adalah... bahwa dari kutipan tersebut aku baru menyadari hal-hal yang mungkin belum terpikir sebelumnya. Hal-hal yang berkaitan dengan dongeng Cinderella.

Kalau dibayangkan, aku heran juga kenapa si Pangeran itu tidak mengingat wajah Cinderella. Yah, walaupun baru pertama kali, tapi bukan berarti ia lupa sepenuhnya kan? Memangnya, wajah Cinderella itu pasaran? Paling nggak, dia harus tau dong ciri fisiknya yang menonjol. Lagipula, dongengnya kan tidak menceritakan kalau pestanya adalah pesta topeng alias masquerade, iya kan?

Kedua, bingung juga kalau Pangeran bersusah payah mencari wanita yang pas dengan sepatu kaca itu. Padahal, bisa aja kan negeri yang dihuninya itu punya banyak penduduk, kenapa juga mau-maunya cari perempuan yang belum tentu ada? Tapi, ya namanya juga cinta, semua rela diperjuangkan :D

Terakhir, salah satu yang makin mengherankan adalah kalau memang sepatu kaca itu pas di kaki Cinderella, harusnya tidak lepas dong. Iya kan? Kalaupun terburu-buru karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tidak mungkin sepatu itu lepas dari kaki Cinderella. Ya, tapi masuk akal sih seandainya Cinderella 'dengan sengaja' melepaskan sepatu kaca itu, seolah-olah membiarkan Pangeran mengambilnya dan mencari dirinya. Hadeuh, Cinderella...Cinderella...

Kabarnya, dongeng Cinderella ini juga tidak berakhir bahagia. Bahkan, seingatku ketika membaca salah satu twit dari FaktaWOW, kisah Cinderella ini sangat mengerikan. Tapi, demi keberlangsungan cerita anak-anak, maka dibuatlah dongeng itu menjadi bahagia dan ...happily ever after.


Pada kenyataannya, tidak ada keberuntungan seindah itu. Sepatu yang lepas disebabkan karena Pangeran menyebarkan tar (aspal) di istana untuk mencegah Cinderella kabur, sayangnya rencananya gagal dan hanya 1 buah sepatu yang copot. Kemudian sepatu tersebut dicoba oleh kedua kakak perempuan Cinderella. Karena kaki mereka terlalu besar, satu memotong jari kakinya dan satunya lagi memotong tumitnya.

Seperti di dongengnya, Cinderella berteman dengan binatang-binatang dan di antara binatang itu ada burung. Burung-burung yang berteman dengan Cinderella ini menunjukkan ada darah di kaki kakak perempuan Cinderella ke si Pangeran. Tidak hanya itu saja, burung-burung ini mematuk keluar mata kedua kakak perempuan Cinderella. Mereka akhirnya menjadi pengemis buta dan Cinderella hidup penuh kemewahan berlawanan dengan kakak perempuannya.

Kisah lain sesudah kisah ini mengatakan bahwa Cinderella melaporkan penganiayaan ibunya ke pemerintah dan pemerintah menyuruh Cinderella membunuh ibunya. Hal ini-pun dilakukan oleh Cinderella. (Sumber: disini)

  1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya dari buku pilihan kalian ke dalam suatu post.
  2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
  3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
  4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.
  5. Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Fantasy by Novellina A.

Sunday, July 13, 2014

Judul: Fantasy
Penulis: Novellina A.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 310 halaman
ISBN: 978-602-030-355-0
Rating: ★★★★★

---

Kisah dimulai dari keinginan Awang untuk mengenal Armitha melalui Davina. Bagi Awang, akan lebih mudah mengenal sosok perempuan judes itu dari sahabatnya. Maka, dimulailah perkenalan seorang cowok SMA yang cukup populer itu dengan dua siswi SMA yang tergolong tidak istimewa, bahkan biasa saja.

“Aku hanya mengetahui perasaanku dan berusaha jujur pada diriku sendiri. Tak perlu menggali lebih dalam akar dimana perasaan itu tumbuh.” (hal. 48)
Perkenalan itu malah membuat Davina dengan Awang lebih dekat daripada tujuan awal keduanya. Lambat laun, ada perasaan berbeda dari Davina, terlebih ketika ia mendengar lantunan komposisi yang Awang mainkan di perpustakaan menggunakan piano yang kabarnya sudah ada sejak zaman Belanda itu. Davina merasa jatuh hati ketika Awang sedang bermain piano saja. Namun, suatu kejadian pada akhirnya membuat mereka bisa saling jatuh hati dan kemudian berpacaran. Di sisi lain, Armitha yang awalnya sasaran kenalan Awang malah setuju saja dan mendukung hubungan antara Davina dan Awang itu, walau di lain hatinya ia merasa cemburu juga.

“Because by playing piano along with his pupils, he wanted to recall himself how to enjoy music purely.” (hal. 83)
Tidak hanya itu, persahabatan mereka kemudian diwarnai dengan kisah bahwa Armitha mulai tertarik untuk bermain piano. Walaupun ia adalah anak dari seorang musisi, tapi kecintaannya terhadap bermusik tidak serta merta membuatnya berlatih serius. Dan karena Awang-lah yang menjadi motivasi Armitha untuk bermain, berlatih, dan menunjukkan permainannya dalam sebuah kompetisi suatu saat nanti.

“Kamu akan lebih mengetahui bagaimana perbedaannya mendengar musik dengan hati atau hanya sekadar dengan telingamu. Telinga hanyalah penerima, namun organ yang sesungguhnya bekerja adalah otak dan tentu hatimu.” (hal. 84)
Armitha dan Awang punya mimpi yang sama, sama-sama ingin melanjutkan kuliah musik di Prancis. Namun, nasib nampaknya jauh lebih berpihak pada Awang karena sebelum lulus SMA pun, ia sudah ditawari beasiswa melanjutkan studinya di Tokyo.

“... Bagiku, sebuah mimpi bukanlah sesuatu yang tidak penting. Mimpi adalah inti dari kehidupan manusia. Aku memulai hidupku dari sebuah mimpi.” (hal. 171)

“Ketika seseorang memiliki banyak mimpi namun terlalu lama berada di comfort zone, harus ada seseorang yang membantu untuk menariknya keluar bukan?” (hal. 271)
Harapan itu pada akhirnya membuat Awang harus rela meninggalkan kedua sahabatnya, Davina dan Armitha. Begitupun dengan kisah cinta yang dijalani bersama Davina, Vina merasa ia tidak sanggup jika harus LDR.

“... Seperti itulah cinta. Kepercayaan total meskipun dia tidak pernah tahu apakah bisa bersamamu lagi. Pengorbanan bukan hanya tentang tindakanmu tapi juga perasaanmu. Saat kamu memutuskan pergi maka yang harus kamu lakukan hanyalah pergi selamanya.” (hal. 281)

Ya, tidak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan saat mengetahui orang yang kita cintai memberikan cinta sama besarnya dengan yang kita beri. (hal. 309)
Tujuh tahun kemudian, keberanian itu muncul lagi. Davina memberanikan dirinya untuk berangkat ke Tokyo dan menemui Awang, bertemu dengannya dan menceritakan mimpi Armitha yang sempat terhenti akibat satu kecelakaan yang hampir saja membuat Armitha tidak ingin lagi bermain musik, bahkan untuk menyentuh piano sekalipun.

Mungkin, jalan terbaik untuk tidak merasakan kesedihan adalah dengan tidak memikirkannya, menjauh dari kenangan, bahkan jika perlu meninggalkan semuanya untuk memulai hidup baru. (hal. 121)
Demi memenuhi keinginan dari mantan kekasihnya itu, maka Awang menyanggupinya walau ia tahu jalan yang harus ia tempuh memang tidaklah mudah. Sejak saat itulah, perasaan hatinya dikorbankan. Dari Surabaya, Tokyo, Singapura, Paris, Berlin, Salzburg, hingga Wina, mereka bertiga berlari menyambut mimpi, mencoba membuktikan bahwa mimpi tidak terlalu jauh untuk digapai selama mereka selalu melangkah untuk meraihnya. Baca kisah selengkapnya dalam Fantasy.

“Suatu hari aku akan bertemu dengannya lagi, entah hanya untuk mengucapkan selamat tinggal lagi atau bersama kembali. Hari itu akan datang. Hari di mana kita akan menjalin takdir kita dengan takdirnya lagi. Love doesn’t conquer all, faith does.” (hal. 127)
***

Aku percaya hati manusia bukanlah air susu yang akan mudah menghitam karena setetes tinta. Akan ada kemungkinan, walaupun sesaat, di dalam hati manusia, ruang singkat untuk kembali merindukan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya tidak peduli betapa pekatnya kebencian yang ia miliki. (hal. 216)
Seingatku, ini adalah Metropop pertama yang aku baca terbitan GPU. Seingatku juga, lini Metropop memang masih baru, atau mungkin aku yang terlalu telat pergaulan. Sejauh ini, karena memang baru membaca satu buku dari lini Metropop, maka bukan nggak mungkin kalau aku bilang buku ini keren.

Bagiku mencintai seseorang adalah memilikinya, berada di dekatnya, bukan melepaskannya hanya karena tidak ingin menjadi beban bagi orang itu. There is no burden in love, because love is always selfish. (hal. 126)
Cerita tentang bagaimana si tokoh berusaha menggapai mimpinya memang sudah banyak beredar di pasaran, tapi cerita tentang perjuangan yang kemudian dikaitkan dengan cerita musik klasik bahkan sampai ke negara asalnya—seperti Wina, Salzburg, Paris, dll—menurutku masih jarang ditemui.

Tidak ada yang lebih menyedihkan selain saat seseorang kehilangan harapan. Ketika seseorang bahkan tidak sanggup memimpikan sesuatu. Ketika tidak ada keyakinan dalam dirinya sendiri bahwa akan ada hari esok, yang jauh lebih baik daripada hari ini. (hal. 133)
Aku suka latar yang ditulis Kak Novellina, dimulai dari cerita SMA sekitar tahun 2005 yang menjelaskan bagaimana ‘kisah dahulu’ dari ketiga sahabat ini, sampai perjalanan mereka yang membawa kita di ‘masa sekarang’, tahun 2012 dan 2013. Walaupun masa SMA-nya bisa dibilang terlalu cepat, tapi menurutku sudah cukup baik untuk menunjukkan bagaimana permulaannya.

Aku sudah bilang belum kalau novel ini ditulis dari segi POV 1 dari 2 tokoh? Yap, perpindahan POV dari Davina ke Armitha juga menurutku cukup sukses dengan jelasnya karakter ‘aku’ yang dimainkan disini—selain karena di bab awal ditunjukkan siapa yang menjadi giliran ‘aku’. Sayangnya, kita nggak menemukan POV dari sudut pandang Awang, padahal kalau digali lebih lanjut lagi, mungkin kita juga bakal tahu bagaimana rasanya diperebutkan dua orang perempuan sekaligus, hehe.

Perjalanan mereka yang dimulai dari satu kota ke kota lain yang berbeda negara juga menarik, seolah-olah kita benar-benar dibawa secara langsung ke kota-kota lahirnya para musisi besar dunia tersebut. Eksekusi yang lagi-lagi berhasil. Hm, someday I’ll be there and know hot it feel to be Davina, Armitha, and Awang. Good luck for me, xoxo.

“You are my Fantasy in D minor, my ending from my search of happiness.” (hal. 308)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[REVIEW] Oishii Jungle by Erlita Pratiwi

Monday, July 7, 2014

“... Sejatinya, sebuah persahabatan tidak akan lekang oleh waktu dan rentang jarak yang memisahkan.” (hal. 190)

Judul: Oishii Jungle
Penulis: Erlita Pratiwi
Penerbit: Grasindo
Tebal: 194 halaman
ISBN: 978-602-251-489-3
Rating: ★★★

---

Shasa, si anak Mama itu tiba-tiba saja bertanya pada Era tentang tempat eksotis di Indonesia yang seru dikunjungi dan tidak mudah untuk melupakan pengalamannya. Era, partner in crime-nya itu merasa heran, kenapa tiba-tiba Shasa menanyakan hal demikian? Padahal, biasanya ia tidak perlu bersusah payah untuk menanyakan tempat-tempat wisata menarik di Indonesia, karena tentu saja Shasa akan lebih banyak berlibur di luar negeri daripada di tanah airnya sendiri.

Maka demi menonton drama kabuki di gedung teater Kabuki-za, Tokyo, ia rela mencari cara agar supaya ia bisa menarik minat Akiko dan Kenji—temannya yang berada di Jepang itu—untuk menyetujui destinasi wisata Indonesia yang ditawarkannya. Ia sampai meminta Era untuk mencari lebih banyak tempat wisata yang diinginkan Akiko itu.

Mengapa warga negara asing lebih peka dengan keberadaan hewan-hewan yang nyaris punah itu? Mengapa bukan warga negara ini yang terpikir untuk menyelamatkan mereka? (hal. 138)
Dari pilihan yang ada, akhirnya Shasa memilih Taman Nasional Tanjung Puting. Selain deskripsi Era yang cukup menarik minatnya dibanding pilihan lain, kebetulan mereka berdua juga mempunyai teman kuliah yang tinggal dan cukup mengenal taman nasional tersebut, yaitu Heru, teman SMP mereka yang kini juga satu kampus di kampus yang sama.

Bagiku, pengalaman masuk hutan seperti ini sungguh luar biasa, meski panas yang terasa cukup menyengat. (hal. 130)
Perjalanan mereka tidak hanya ke Taman Nasional Tanjung Puting saja, tapi juga beberapa tempat wisata lain yang memang lokasinya berdekatan dengan taman in-situ tersebut. Mereka berlima—Shasa, Era, Heru, Akiko, dan Kenji—mengunjungi Camp Leakey, yang akhirnya malah membawa mereka pada pertemuan dengan Siswi. Sekaligus mengarungi Sungai Sekonyer yang tak disangka airnya berwarna kecokelatan dan ada buaya. Wow! Benarkah perjalananan Shasa di Pulau Borneo itu menyenangkan? Bagaimana nasibnya ketika seorang anak Mama yang biasa berlibur di luar negeri, tiba-tiba harus dibawa berlibur di hutan Kalimantan? Baca selengkapnya di Oishii Jungle.

***

Yep, janjiku sama Kak Erlita telah dipenuhi. Hehe, dari lusa kemarin—padahal bukunya sampai bulan lalu—aku sudah bilang kalau aku bakal secepatnya bikin review, dan baru selesai sekarang sih, diburu waktu karena besok harus mulai sekolah lagi, xoxo. Domo arigatou gozaimashita.

Nah, bukunya memang aku simpan dulu, soalnya harus membaca buku lain yang lebih diburu waktu [FYI, aku pinjam sih, hihi]. Ngomongin tentang buku ini, jadi bikin flashback 8 tahun lalu ketika masih tinggal di Kalimantan, bukan di Kalimantan Tengah sih, tapi di Tanjung, Tabalong - Kalimantan Selatan. Ah, yang penting mah sama-sama ada Tanjung-nya, hoho *bersikeras*


Aku suka detil yang dipaparkan mengenai Tanjung Puting itu sendiri, padahal sebelum mengetahui bukunya, aku nggak pernah tuh tahu betul soal taman nasional ini, soalnya penasaran aku cuma sampai Kalimantan Selatan aja, lebih ingat Martapura, Banjarbaru, Amuntai, dan tentu saja Tanjung, hehe. Sayangnya, pendetilan yang cukup banyak ini malah jadi membawa adegan lain yang aku rasa kurang perlu, salah satunya ketika mereka berlima makan di warung makan yang kemudian menjaminkan... *ups, spoiler*.

Ceritanya sebenarnya diawali dari kampus Shasa, berlanjut juga ke salah satu kedai makanan Jepang. Eh, secara nggak langsung, Kak Erlita juga ‘menyusupkan’ judul bukunya, Takoyaki Soulmate. Waduh, jadi penasaran sama buku yang itu tuh, hoho! *kode nih, kode*

Biasanya kemampuan berbahasa akan berkurang atau menghilang bila bahasa itu jarang digunakan. (hal. 69)
Ah iya, dari banyaknya tokoh, aku sih lebih suka sama Kenji, dia photographer maniac. Dikit-dikit foto, dikit-dikit foto. Sini deket sama aku, jadiin modelnya, kita selfie bareng, mwehehehe. Akiko juga bikin aku sadar dengan cara dia berbahasa. Kalau pilih imagination character, aku jadi inget Haruka JKT48 cocok banget jadi Akiko, soalnya usil. Anyway, Shasa juga ingetin aku sama teman sekelas, namanya Sarah—kadang dipanggil Sasha juga sih, beda dikit—anaknya punya sifat yang sama persis sama Shasa, sama-sama anak Mama, manja, sering libur tiap weekend, tapi tetap produktif dan manjanya nggak menye-menye, dia juga fotografer andalan aku. Nah, kalau buat Heru, aku juga kepikiran Iqbal—yang masih teman sekelasku juga—deskripsinya sih bilang Heru itu agak gendut, mirip Iqbal banget. Dan tahu kenapa, Sarah sama Iqbal sebenarnya pernah jadian, tapi mereka udah failed. Duuh, kalau Oishii Jungle sih lain cerita, hoho *aduh, takut keluar spoiler*.

Bekantan di Taman Nasional Tanjung Puting
Pokoknya, secara nggak langsung buku ini juga menyadarkan kita bahwa seharusnya sebagai masyarakat Indonesia kita kudu bangga sama negeri tercinta ini. Adam Young aja pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, masa kamu nggak? Hehe, ditunggu Takoyaki Soulmate mendarat di rumahku, Kak Erlita *ngarep* *ditampol*.


Ada beberapa kalimat sindiran halus yang patut dibaca:
1. Siapa bilang harus punya pacar untuk merasakan suasana romantis? (hal. 2)
2. “Tau sendiri, kan, orang Indonesia nggak pandai merawat kekayaan alam yang ada.” (hal. 23)
3. ..., manfaatkan semaksimal mungkin semua sumber daya yang ada untuk mendukung usahaku. (hal. 59)
4. “Begitu dong jadi anak muda. Produktif, nggak cuma galau melulu.” (hal. 74)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

[Review] Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa by Prisca Primasari

Saturday, July 5, 2014

“Apa itu penting? Bukankah definisi orang tentang cinta berbeda...? Aku merasa aku mencintaimu, dan itu menjelaskan mengapa aku tetap ingin berada di sini...” (hal. 161)

Judul: Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 292 halaman
ISBN: 978-979-780-589-0
Rating: ★★★★★

---

Florence L’etoile Leroy melarikan diri dari rumahnya, ia menolak mentah-mentah niat kedua orangtuanya yang ingin menjodohkannya dengan seorang pria untuk melakukan kencan buta yang direncanakan Maman dan Papa-nya itu. Dalam perjalanan kaburnya menuju Honfleur, Florence mengalami masalah lagi, tas yang dibawanya tidak cukup baik untuk menampung barang-barangnya—dompet, agenda, pulpen, buku-buku, piringan hitam, ponsel, peralatan melukis. Ia pasrah, menerima kenyataan bahwa tasnya harus dibuang begitu saja, dan membawa barang-barang itu di dalam pangkuannya.

Hal yang tidak nyata tetap akan lebih menyedihkan daripada hal yang nyata, seindah apa pun itu. Karena ketidaknyataan itu hanya hidup di angan-angan, dalam dimensi dan ruang yang sama sekali berbeda. (hal. 175)
Namun, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki di dalam kereta yang ia tumpangi itu. Tampaknya, lelaki tersebut baru saja membeli sebuah tas baru—which is itu adalah tas merk Chanel keluaran terbaru saat itu. Yang paling mengejutkan adalah ketika lelaki itu dengan mudahnya memberikan tas mahal tersebut kepada Florence. Sejak saat itulah, Florence mengenal lelaki yang bernama Vinter Vernalae tersebut.

“Kereta seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak akan bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya; betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.”
Saat itu juga, Vinter sedang bermasalah. Ia diminta oleh Monsieur Zima—temannya di Honfleur—untuk mendatangkan sekelompok seniman yang dapat menggelar berbagai penampilan dalam sebuah pertunjukan; mulai dari membaca puisi, menampilkan drama, melukis, bermain musik, dan semacamnya. Sayangnya, ketika Vinter sudah menyewa grup seni dari Montmartre, mereka membatalkan undangan tersebut. Hal yang mengejutkan adalah ketika tiba-tiba saja Florence menawarkan diri untuk menyanggupinya, ia memang memiliki kemampuan seni yang begitu baik sehingga dapat melakukan hal yang diminta Monsieur Zima tersebut hanya seorang diri. Terlebih, ia melakukan itu sebagai balasan untuk tas yang diberikan cuma-cuma oleh Vinter.

“Masa lalu memang mengubah kita dengan cara yang aneh, bukan?” (hal. 126)
Selama melakukan pertunjukan di rumah Monsieur Zima, sedikit banyak Florence mulai mengenal lelaki yang sudah berumur tersebut. Dulu, ia adalah seorang konduktor hebat, namun Zima adalah orang yang mempunyai kisah hidup yang kelam, sepi, dan menyedihkan. Dari Monsieur Zima, Florence pun semakin mengenal sosok Vinter yang mempunyai dunia yang penuh air mata karena kenangan-kenangan di masa lalunya. Perlahan, Florence dan Vinter saling mengetahui keadaan masing-masing yang ternyata mempunyai masa lalu penuh luka. Akan tetapi, kenyataan bahwa keduanya sama-sama memiliki ‘orang baru’ jauh lebih menyakitkan ketika pada akhirnya mereka tahu isi hati masing-masing. Lalu, siapakah lelaki yang dijodohkan dengan Florence dan perempuan pemilik tas hadiah dari Vinter itu? Apakah mereka orang yang dikenal keduanya? Baca selengkapnya di Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa.


“Masa lalu tidaklah penting. Orang yang punya masa lalu buruk belum tentu akan menjadi pribadi yang buruk juga. Semua tergantung pilihan hidup. ...” (hal. 226)
***

Buku ketiga dari Kak Prisca Primasari yang aku baca. Baiklah, ini dia penulis kebanggaan GagasMedia yang kini juga menjadi penulis favorit aku. Hmm, Kak Prisca kapan menulis buku baru lagi ya? :D

Bukankah ketika kau ingin sekali bahagia, kau tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap uluran yang datang...? (hal. 227)
“Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri,” (hal. 277)
Nggak bisa berkata banyak untuk buku ini, karena KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA. Oke, sudahlah, aku nggak akan bahas bagaimana cara mengesktrak kulit manggis. Yang pasti, aku suka buku ini dari berbagai segi, selain gaya penulisan Kak Prisca, juga setting-nya yang selalu mengambil latar di Eropa–khususnya Prancis dan Rusia, informasi baru disini juga bermanfaat, cerita Les Quatre Saisons tentang seri gubahan Antonio Vivaldi mengenai empat musim (Spring, Summer, Autumn, Winter) yang berhubungan juga sama nama lain dari Monsieur Zima. Terus, cerita tentang Snegurochka juga. Wah, aku belum tahu banyak sih, sedang dalam masa peng-googling-an nih!

“... Snegurochka, yang selalu merasa yakin tidak akan pernah merasa lemah, akhirnya meleleh dan menghilang karena kehangatan cinta yang dia rasakan.” (hal. 174)
Cover, entah untuk yang keberapa kalinya, sudah masuk kategori Gagas sekali. Unik dan manis, menyiratkan tentang kenangan masa lalu di Eropa djaman doeloe. Pantas sih, karena latar waktu ceritanya mengambil tahun 80-90-an.

“Lari tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus berani menghadapi segalanya.” (hal. 88)
Benar-benar buku yang aku rekomendasikan untuk para kamu semua yang (mungkin) baru mengenal GagasMedia atau sudah jadi #GagasAddict. Beberapa di antara koleksi GagasMedia lainnya yang juga aku ceritakan, bisa kamu baca di #11TanpaBatas: 11 Buku GagasMedia yang Wajib Baca ala ASYSYIFAAHSBOOK.

“Aku selalu berpendapat bahwa orang yang benar-benar baik adalah orang yang mengakui bahwa dia tidak sebaik itu. (hal. 282)

#11TanpaBatas: 11 Buku GagasMedia yang Wajib Dibaca versi ASYSYIFAAHS BOOK

Friday, July 4, 2014

Selamat siang pembaca yang berdedikasi, KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA. Kini, GAGASMEDIA udah berulangtahun yang ke-11, lho. Pada tahu nggak? Yuk, ucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-11, Selamat #11TanpaBatas untuk Gagas Media. Semoga menjadi penerbit yang memunculkan buku-buku yang keren dan berkualitas lagi.


Ngomongin tentang buku Gagas Media, kamu udah punya koleksi berapa? Ayo, koleksinya ditambah lagi, biar bisa dicap jadi Gagas Addict garis keras, mwiwhihihi. Aku mau pamer buku-buku Gagas punyaku aaah, sekaligus rekomendasi buat kamu juga ya, check this out!

#11 Jika Aku Mereka oleh 12 Pemenang Sayembara Menulis Kisah Disabilitas


Kalau kamu cari buku nonfiksi yang inspiratif, Gagas Media juga punya lho. Salah satunya adalah buku dengan judul Jika Aku Mereka yang menceritakan tentang kisah-kisah para difabel yang punya perjuangan hebat untuk berkarya dan berinovasi. Hayu, sebagai manusia dengan kesempurnaan fisik, harusnya kita juga ikut bangga sama para difabel itu :D

#10 Creative Writing oleh A. S. Laksana


Buku ini berisi tentang tip dan strategi menulis cerpen dan novel. Nah, buat kamu-kamu (termasuk aku) sebagai penulis pemula yang mau menerbitkan bukunya di Gagas Media, boleh banget baca buku ber-cover hitam putih ini. Anyway, buku ini jadi clue di #11TanpaBatas Ronde 4 di twitter @GagasMedia, lho. Selain itu, rekomendasi lainnya juga ada Draf 1: Taktik Menulis Fiksi dari Winna Efendi. Penulis-penulis Gagas nggak serakah ilmu menulis kan?

#9 Everlasting Love oleh Alit Tisna Palupi, dkk


Cerita tentang perjuangan ibu dan kasih sayangnya pada anak memang nggak akan pernah basi, Everlasting Love yang ditulis 11 penulis mamah muda ini mengajak kita untuk mengenal secara langsung perjuangan ibu dalam merawat dan mengasihi kita sebagai anak. Apalagi, bukunya ditulis dari segi seorang ibu yang tentunya nggak bisa diremehkan begitu saja. Ingatlah anak muda, surga ada di telapak kaki ibu :)

#8 Dream Catcher oleh Alanda Kariza


Penulisnya adalah kakak aku, eh, canda kok. Mengenai mimpi dan impian, sebenarnya ada banyak banget buku yang membahas tentang tema yang satu ini. Tapi, jangan salah, Kak Alanda nggak hanya bercerita tentang bagaimana meraih impian tersebut, tapi juga menuliskan apa saja mimpi-mimpinya yang sudah tercapai yang membuat kita ikut termotivasi. Because, dreams are invented.

#7 Little Bee oleh Chris Cleave


Walaupun banyak buku terbitan Gagas Media yang berasal dari penulis lokal, ternyata Gagas Media juga pernah beberapa kali menerbitkan buku terjemahan, lho, seperti White Fang dan Little Bee ini. Little Bee sendiri sebenarnya nama dari tokoh di dalamnya, menceritakan tentang perbudakan warga Nigeria. Buku yang anti-mainstream dan terjemahannya juga enak dibaca dan dipahami.

#6 Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa oleh Prisca Primasari


Kak Prisca adalah salah satu penulis kebanggaan GagasMedia yang juga jadi favorit aku. Selain Éclair, Paris: Aline, dan Beautiful Mistake, buku yang bercerita tentang indahnya musim dingin di salah satu kota di Eropa ini juga menawarkan kisah yang menarik. Bagaimana kisah tentang perjuangan tokoh-tokohnya dalam mengenang masa lalu yang penuh luka, sangat wajib baca buat kamu yang masih susah move on, hehe.

#5 Beautiful Mistake oleh Sefryana Khairil & Prisca Primasari


Pertama kalinya baca buku ini tertarik karena cover-nya yang benar-benar beda dari yang lain, udah tau karakter GagasMedia dong yang pasti buku-buku terbitannya nggak akan mengecewakan. Nah, Beautiful Mistake juga salah satunya, salah satu dari projek GagasDuet yang kerennya.

#4 S.C.H.O.O.L: Chemistry oleh aL Dhimas


Siapa yang nggak tau pelajaran Kimia? Pasti, kamu-kamu juga pernah merasakan ya jadi anak yang ‘pusing’ belajar pelajaran yang satu ini! Tapi, kabar gembira untuk kita semua, karena beberapa bulan yang lalu, Gagas punya seri baru, yaitu S.C.H.O.O.L alias Seven Complicated Hours of Our Life. Chemistry mengajak kita untuk mengenal Icha dengan segala aktivitasnya di dunia sekolah yang berkaitan sama pelajaran Kimia. Eh, baru-baru ini Gagas juga menelurkan buku baru dari seri ini, yaitu Tomodachi dari Winna Efendi. Nah, kamu udah punya belum?

#3 Tears in Heaven oleh Angelia Caroline


Aku merekomendasikan buku ini buatmu karena penulisnya masih muda, anak SMA lho. Tapi, percaya nggak sih kalau Kak Angelia ini udah keren nulis buku berjudul Tears in Heaven ini? Selain ceritanya yang dekat dengan kehidupan anak sekolah, ternyata ending-nya nggak tertebak. Waah, penasaran nggak tuh?

#2 Ai oleh Winna Efendi


Ada yang suka dengan kekentalan budaya dan nuansa Jepang? Pas banget! Buku yang ditulis Kak Winna Efendi ini bisa jadi pilihan santai kamu selagi menunggu buka puasa. Ai bercerita tentang kisah friendzone dan cinta segitiga, eh, spoiler deh tuh. Nggak hanya cerita yang manis, Ai juga menampilkan unsur-unsur Jepang yang membuat kita seolah-olah benar-benar di Jepang. Ini berlaku juga dengan seri STPC yang diterbitkan Gagas Media.

#1 Refrain oleh Winna Efendi


Lagi,  bukunya Winna Efendi yang juga dijadikan film. Pasti tau dong pemerannya siapa? Itu lho, kakak aku—Maudy Ayunda sama Afgan. Nah, selain bukunya sudah berkali-kali terbit ulang, Refrain juga punya cerita yang sweet. Senafas dengan Ai, bercerita tentang kisah persahabatan yang tulus dan cinta yang penuh perjuangan. Aku udah baca bukunya, nonton filmnya, dan dengerin lagunya, kalau kamu?


Itu dia, 11 buku dari banyaknya buku yang sudah diterbitkan Gagas Media. Harapan aku, semoga koleksi buku Gagas punyaku makin banyak dan makin nambah, makin mengisi rak buku dengan label khusus GagasMedia. Ke depannya, aku pengin bisa jadi bagian dari keluarga besar GagasMedia, Alhamdulillah kalau jadi penulisnya, editornya, atau mungkin proofreader-nya. Ya, siapa yang tahu takdir Tuhan kan? Hehe...


Semoga di umur Gagas Media yang kembar ini, 11, Gagas Media makin menebarkan virus positif untuk semua masyarakat Indonesia dalam membaca dan makin mewarnai dunia perbukuan dan literasi Indonesia. Makin banyak penulis-penulis hebat yang lahir dari buku terbitan Gagas Media, dan buku-bukunya makin banyak yang berkualitas dari banyak seginya—cover, penulisan, isi. Dan tentunya, makin banyak event keren yang diselenggarakan Gagas Media, baik online maupun offline. Yah, kabar gembiranya, aku senang bisa menjadi pembaca GagasMedia dan bergabung dengan para #GagasAddict lainnya. SELAMAT #11TANPABATAS GAGASMEDIA :*

[Quotes] Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari

Aloha, ini dia blog post Book Quotes untuk judul buku Beautiful Mistake by Sefryana Khairil & Prisca Primasari. Review ada di blog post sebelumnya, klik yang ini.


Kutipan Pembuka

Tidak pernah ada yang tahu apa yang Tuhan mau. (hal. 5)
Tuhan sudah merencakan aku dan kamu bertemu di suatu waktu. (hal. 19)
Segala keterbatasan ini membuatku takut. (hal. 29)
Cinta begitu sederhana, tanpa perlu alasan apa-apa. Begitu saja. (hal. 41)
Mungkin artiku buatmu dan artimu buatku berbeda. (hal. 47)
Biarkan hati mengalirkan segalanya. (hal. 53)
Semua ini tentang rasa percaya. (hal. 58)
Karena aku sadar, tak pernah ada seseorang yang bisa kumiliki seutuhnya. (hal. 63)
Ketika aku mulai berpikir untuk bermimpi bersamamu. (hal. 73)
Cukup genggam tanganku dan kita akan melintasi masa lalu. (hal. 79)
Waktu menyadarkanku, mencintaimu butuh ruang sebesar itu. (hal. 90)
Kita saling mengiringi, tetapi tidak pernah saling mengisi. (hal. 97)
Mungkin aku perlu jatuh beberapa kali agar benar-benar bisa berdiri. (hal. 105)
Biarkan semua berjalan apa adanya. Ikuti arahnya. (hal. 111)
Terkadang aku bertanya, ke mana hidup membawa kita. (hal. 117)
Selamanya, memang begitu adanya. (hal. 125)
Karena aku tidak sempurna, Tuhan menghadirkanmu untuk memenuhi sebagiannya. (hal. 129)


Kutipan Kalimat

“Semua orang seharusnya punya harapan. Punya mimpi. Soalnya, saat nggak ada lagi yang bisa diperjuangkan, kita masih punya harapan, kan?” (hal. 11)

Aku larut dalam mimpi itu sendiri, dan tidak pernah pergi. – Nadine Almaira Kamil. (hal. 13)

Do what you wanna do, Din. Choose your own happines. Work hard for it. And you deserve it.” (hal. 18)

Ia merasa seperti... jatuh cinta. Tetapi, apakah bisa jatuh cinta tanpa rencana? Tanpa lebih dulu mengenalnya? Tanpa apa-apa—jatuh begitu saja? (hal. 25)

“Mimpi yang besar membuat kamu buta dan lupa.” (hal. 32)

“Tapi, kita harus punya mimpi, Jar. Punya goal.” –– “Sama kayak lomba; ada garis start, ada garis finish. Mau cepat, mau lambat, pasti sampai di garis finish. Tapi, itu bukan goal-nya. Bagaimana bisa jadi pemenang itu baru goal.” –– “Dan, akhirnya kalah?” –– “Setidaknya, kita sudah usaha. Kalah atau menang adalah hasil akhir. Penentuannya dari bagaimana kamu melakukan sebaik-baiknya.” –– “Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di mana letak kita salah. Supaya kita belajar buat benar.” (hal. 33)

“Dalam hidup, nggak ada yang mudah, tapi segala sesuatu pasti ada jalannya—kalau kita mau berusaha.” (hal. 49)

“Dan, saat kamu memulai hidup baru dengan seseorang, itu juga bukan kesalahan. Bukan pengkhianatan. Saat Tuhan menutup satu pintu, Tuhan membuka pintu yang lain. Kamu mungkin nggak pernah tahu karena terlalu sibuk mengurusi hidup yang sudah tertutup itu.” (hal. 49)

Ia tidak pernah mengatakan jatuh cinta kepada seseorang adalah sebuah kesalahan. Jatuh cinta tidak pernah salah—siapa pun orangnya. Hanya bagaimana mencintai, memahami, dan mengerti untuk membuat segalanya menjadi benar. (hal. 65)

“... I can’t promise you to solve all your problems, but I can promise you won’t have to face your problems alone.” (hal. 83)

Hidup adalah pilihan. Jika tidak segera memilih, hidup akan memilihkan jalannya dan tidak tahu ke mana arahnya. (hal. 88)

“Aku membayangkan bahagia itu bebas. Lepas. Kita bisa tertawa tanpa beban. Bisa menangis tanpa merasa sedih atau bersalah.” –– “Yang ada di dunia ini adalah masalah. Sampai mati, kita nggak akan pernah lepas dari masalah.” –– “Berarti kita diminta untuk kuat, Jar. Untuk menghadapi masalah-masalah itu. Life is a journey, Jar. Be happy with what you get, with what you have.” –– “Karena ini adalah perjalanan. Kita tentukan arahnya. Kita tahu apa risikonya. Kita tahu ke mana tujuan kita sebenarnya”. (hal. 93)

Setiap pertemuan, akan ada juga perpisahan. (hal. 102)

Ada saatnya harus mengerti, ada juga saatnya tanpa harus mengerti, semua harus terjadi. (hal. 102)

“Kita nggak pernah tahu kenapa suatu kejadian terjadi. Kita bisa menghindari, tapi kalau itu takdir, pasti kita akan kembali ke tempat yang sama lagi. Karena ke mana pun melangkah, tujuannya tetap sama.” (hal. 109)

Karena Tuhan menginginkan begitu. Tuhan mempunyai banyak rencana, mungkin aku dan kamu ada di antara rencana-rencana-Nya. (hal. 109)

“Buat saya, mimpi bukan sesuatu hal yang mustahil. Siapa bilang mimpi hanya sekadar mimpi, kalau kita mampu mengusahakannya, semua menjadi mungkin.” (hal. 119)

Bukan mereka yang menghadirkan cinta, tetapi cinta yang membuat mereka ada. Dulu, mereka mencintai karena ego untuk saling memiliki dan kini mereka bersatu karena saling mencintai. Cinta memang buta, tidak memilih siapa, tidak pernah diduga, tidak bisa dipaksa, begitu sederhana hingga membuatnya mampu melakukan apa saja untuk mereka berdua. (hal. 130)

“Don’t make me go through this alone” –– “Never, it’s a long, hard and winding road, but when there’s a will, I’m sure there’s also a way, right?” (hal. 134)

“Ternyata, orang yang akan menjadi pasangan hidupnya sedekat lilin yang selalu menemaninya hingga terlelap.” (hal. 182)

‘Buat apa menjadi guru kalau lebih suka meremehkan murid daripada mengajarinya?’ (hal. 196)

“Dia mau bersusah payah mewujudkan mimpi orang lain, tapi menyerah bila menyangkut mimpinya sendiri.” (hal. 202)

“Ketika kamu menjadi orangtua... tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang bisa lebih melegakanmu selain kebahagiaan anakmu. Tak ada yang lebih kau inginkan. Cita-cita anakmu adalah cita-citamu juga. Bila cita-cita mereka tidak tercapi, bagaimana perasaanmu? Bisakah kau meninggalkan mereka dengan tenang...?” (hal. 203)

“... Semua seni hebat berasal dari pengalaman mendalam, dan sering kali dari peleburan kisah-kisah dan karya-karya yang sudah ada. ...” (hal. 214)

“Seseorang mengatakan padaku bahwa kita akan selalu bersama yang benar-benar kita cintai.” –– “Kalau kita tidak bisa bersama mereka, berarti kita tidak benar-benar mencintai mereka. Itu hanya semacam selingan. Hanya perasaan yang berlangsung sekejap.” ––  “Kadang kita merasa kesulitan menemukan cinta sejati. Tapi aku yakin cinta itu pun sebenarnya sedang mencari kita. Pokoknya ganbatte kudasai. Berusaha sebaik mungkin, maka pada suatu titik kau pasti akan bertemu dengannya.” (hal. 218)

“Kita sama-sama punya impian tapi tak punya keberanian untuk mewujudkannya kan?” (hal. 230)

“Aku percaya harapan akan selalu ada ketika kita masih bernapas...,” (hal. 247)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs