Judul: Cherish Cheri
Penulis: Nita Trismaya
Penerbit: PlotPoint
Ilustrasi sampul: Diela Maharanie
Pemeriksa aksara: Dias Rifanza
Penata aksara: Kuswanto
Desain: Teguh Pandirian
Ilustrasi: Ochidyati
Tebal: 233 halaman
Terbit: April 2013 (Cetakan Pertama)
Rating: ★★★
---
Cheri adalah siswa kelas 3 SMA di Jakarta yang sedang menjalani hubungan jarak jauh (red, LDR—Long Distance Relationship) bersama Mikka yang kuliah di Melbourne. Sama seperti pasangan LDR kebanyakan, cara mereka berkomunikasi hanya bermodalkan Skype meski sering kali terhambat dengan perbedaan waktu dan koneksi internet. Kalau Cheri lagi bangun, bisa jadi Mikka malah sedang tidur, makanya kadang kala keduanya mencuri-curi waktu hanya untuk sekadar menggugurkan perasaan rindu yang terbentang jarak ribuan kilometer itu.
Padahal untuk membuktikan cinta adalah dari tindakan, bukan serbuan kata-kata semata. (hal. 107)
Meski Mikka berada di negeri kanguru, Cheri akan selalu setia dengannya, nggak heran deh kalau sampai dia sudah punya tempat tersendiri di hati keluarga Mikka yang berada di Bandung. Contohnya saja tentang undangan dari mama Mikka yang sedang berulang tahun membuat Cheri sudah dianggap jadi bagian keluarga pacarnya itu.
Namun, dari acara pesta itu takdir mempertemukan Cheri dengan Ebran, anak dari salah satu kerabat mama Mikka yang merasa takjub sejak memperhatikan tingkah laku Cheri dalam makan jamuan yang dihidangkan. Gimana nggak, cewek secantik dan sekurus Cheri bisa makan banyak dan perutnya nggak melar. Aku yang gini, bisa apa selain iri?!
Cinta memang harus tidak memiliki, tetapi masih bisa dimiliki asalkan dengan diam di dalam hati. Apa yang sudah menjadi milik orang lain, biarlah tetap seperti ini. (hal. 190)
Sampai singkat cerita, Ebran bersekolah di sekolah yang sama dengan Cheri. Hal itu membuatnya senang karena bisa lebih dekat dengan orang yang kini dikaguminya, meski kadang kala harus melakukan hal-hal yang belum pernah dipikirkannya, ia rela kalau itu bisa membuat Cheri balik mengaguminya. Thomas, Anto, Dodi, Kenny, yang merupakan sahabat dari Cheri dan Mikka tentu saja merasa senang ketika Ebran mau melakukan apapun, salah satunya adalah mentraktir mereka makan. Namun di sisi lain, empat sahabat itu bakal jadi kawan yang setia untuk tetap mengingatkan Cheri bahwa ia punya kekasih.
Cerita satu per satu bergulir, sempat Ebran membuat Cheri jatuh cinta namun salah strategi. Bagaimana bisa kan senjata makan tuan, mempengaruhi Cheri bahwa hubungan jarak jauh tak akan semudah yang dibayangkan, padahal dia sendiri pada akhirnya akan jauh juga. Jadi, siapa sih sebenarnya yang dibutuhkan Cheri?
Cinta adalah... (terus berusaha, setengah berusaha, atau sekalian nggak berusaha sama sekali). (hal. 91)
“Cinta itu datangnya seperti maling di siang bolong. Perginya laksana angin puting beliung.” (hal. 101)
“Cinta itu sekumpulan filsafat yang kalo ditelaah secara logis akan membuat bingung pelakunya.” (hal. 111)
Aku nggak pernah tahu rasanya LDR—karena jangankan hubungan jarak jauh, jarak dekat pun belum pernah, hahaha! Begitu membaca bagian awal, aku mulai tertarik dengan kisah LDR antara Cheri dan Mikka ini, bagaimana usaha mereka untuk tetap setia, komunikasi, dan saling percaya. Itu sulit, tapi mereka mampu melewatinya!
Kehadiran Ebran awalnya sempat bikin aku merasa dia bakal jadi tokoh antagonis, tapi ternyata salah. Pernah terlintas pikiran, kenapa Cheri nggak pilih Ebran aja, karena yang namanya cinta itu butuh kehadiran, nggak kayak kuliahan yang bisa titip absen *apaan sih!?* Dan sayangnya, sebaik apapun Ebran, akan ada teman-teman Cheri yang siap menegurnya ketika ia hampir belok arah.
Karakter yang dimunculkan belum begitu kuat, selain kebiasaan Cheri dkk yang hobi makan. Sesekali joke yang ada pun malah terkesan garing, walau nggak aku pungkiri pernah tersenyum hanya untuk menertawakan kebiasaan teman-teman Cheri. Adapula bagian cerita yang terkesan hanya ditempel dan nggak begitu banyak pengaruh, selain jadi kegiatan Cheri ketika Mikka menyempatkan diri pulang ke Jakarta. Dan di sisi lain, cerita soal Mikka yang berada di Melbourne nggak begitu banyak dikupas, makanya terasa kurang lengkap.
“Seseorang akan kehilangan rasa cintanya karena berbagai sebab. Entah itu ada pihak ketiga atau memang udah kehilangan perasaannya begitu saja, tanpa alasan.” (hal. 112)
Hmm, pendeskripsian yang dituturkan cukup membuat aku paham dan ikut merasakan keseruan ala anak-anak sekolah yang berada di tingkat akhir masa SMA. Ilustrasinya pun cukup menarik dengan selipan penanda buku mirip origami ala pesawat terbang—yang aku pikir nggak berhubungan dengan bagian cerita.
Overall, aku masih asyik membaca ceritanya hanya untuk mengisi waktu santai sih. Jokes yang nggak begitu meledak tapi masih seru ini juga bisa jadi bacaan di hari senggang, atau bisa jadi saat guru kamu nggak masuk. Boleh dicoba!
“Seseorang tidak akan pernah berhenti mencintai karena dia memang tidak punya alasan untuk tidak lagi mencintai. Kalau ada orang yang bilang bisa berhenti mencintai, itu karena dia memang tidak mau mencintai, tapi hanya ingin dicintai.” (hal. 216)
"atau bisa jadi saat guru kamu nggak masuk."
ReplyDeleteKakak udah ga belajar di kelas lagi. Gimana dong? xD
Eh iya, Syifa ikutan giveaway di blog kakak dong, ada voucher buku buat satu pemenang http://ketimpukbuku.blogspot.co.id/2015/09/giveaway-berhadiah-voucher-jajan-buku.html :)))
Kalau lagi nggak siaran radio aja, Kak. hihi...
Delete