[Book Review] Madre

Tuesday, May 27, 2014


Hidup telah menunjukkan dengan caranya sendiri bahwa aku senantiasa dipandu. (hal. 99)

Judul: Madre
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 160 halaman
ISBN: 978-602-8811-49-1
Harga:Rp. 47.000,-

“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?

Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,

Nenek saya seorang penjual roti, dan dia,

Bersama kakek yang tidak saya kenal,

Mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”

Terdiri dari 13 prosa dan karya fiksi, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.

Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.

Tahukah kamu arti Madre? Kata ‘Madre’ berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti ’ibu’. Buku ini terdiri dari 13 kumpulan cerita, cerita fiksi dan prosa pendek. Ada yang menceritakan tentang ragi roti, rahim ibu, mercusuar, layang-layang, semak bambu, dan lainnya.

Cerita dibuka dengan judul Madre. Adalah Tansen Roy Wuisan, seorang pemuda berambut gimbal dan berkulit gelap yang memiliki sedikit darah Tionghoa dan India. Ia tidak mengetahui asal-usul keluarganya sampai seseorang yang tak dikenalnya menjadikannya ahli waris.

Madre adalah sebutan untuk adonan biang roti yang terbuat dari tepung, air, dan fungi bernama Saccharomyces exiguus serta bakteri. Madre diwariskan Tan Sin Gie—kakek Tansen—bersama Lakshmi yang merupakan pembuat roti terkenal pada masanya. Mereka membuka usaha roti dengan nama ‘Tan de Bakker’ yang berdiri tahun 1941 di Jakarta Kota. Sayangnya, toko roti Tan de Bakker mulai tenggelam seiring bermunculan bakery-bakery yang lebih modern.

“...Madre mesti dirawat orang muda yang semangatnya baru. Orang ndak sembarangan, yang memang punya hubungan langsung sama Madre,” (hal. 7)

Awalnya, Tansen enggan untuk mengurusan warisan setoples-adonan-biang-roti tersebut, bahkan memutuskan untuk menjual resep Madre kepada Mei Tanuwidjaja, seorang pengusaha dari Fairy Bread yang juga pembaca setia blog Tansen. Namun, ia tidak bisa melakukannya, baginya ada hal yang lebih penting dari itu.

“Karena sebetulnya ndak ada yang sanggup menjual ibunya sendiri.” (hal. 38)

Cerita kedua ada prosa dengan judul Rimba Amniotik, menceritakan tentang ‘komunikasi dalam diam’ antara seorang ibu dengan janinnya. Ada juga Perempuan dan Rahasia, Ingatan tentang Kalian, Have You Ever? yang bercerita tentang pencarian jodoh seorang laki-laki berdasarkan tanda-tanda alam, Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan tentang apakah itu cinta? Apakah itu Tuhan?, Wajah Telaga, Tanyaku Pada Bambu, 33, evolusi drastis yang dapat terjadi dalam diri seorang manusia berjudul Guruji, dan jiwa bebas seorang perempuan yang pada akhirnya akan mendarat di tanah lama berjudul Menunggu Layang-Layang, serta ditutup dengan prosa Barangkali Cinta.

“Saya iri. Kamu punya kebebasan yang saya nggak punya. Tapi saya juga bersyukur punya sesuatu yang bisa saya teruskan.” ... “Satu-satunya yang ingin saya teruskan adalah kebebasan saya.” (hal. 49)

***

Aku membaca Madre untuk waktu yang cukup singkat, hanya 2,5 jam dengan diselingi mengerjakan tugas mata pelajaran Sosiologi. Buku dengan tebal 160 halaman ini adalah kumpulan cerita pertama Dee Lestari yang aku baca, doakan saja secepatnya bisa membaca Filosofi Kopi hasil pinjaman dari kakaknya Hilda :D

“... How would I know the answer? You don’t even know your own question!” ... Dia benar. Pertanyaanku tak pernah selesai karena sebenarnya aku memang tidak tahu apa yang mau kutanya. Dan aku tidak akan pernah tahu apa yang kucari selama aku terus disini. (hal. 93)

Dari ketigabelas cerita yang ditulis Kak Dee di tahun 2006-2011 ini, aku lebih suka dengan Madre. Yap, cerita pertama yang menjadi judul buku. Berbeda dengan cerita lainnya, Madre lebih panjang—72 halaman—terlebih, aku suka cara Kak Dee memaparkan cerita untuk Madre yang satu ini. Benar-benar tidak terduga kalau ternyata Madre adalah (hanya) adonan biang roti.

“Sehat itu bukan cuma urusan badan. Dalem sini lebih penting,” ia menunjuk dadanya. (hal. 46)

Walaupun memang, agak sedikit ‘terusik’ dengan kalimat di cerita Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan, tapi sepertinya ini tidak adil kalau aku menyatakan tidak suka dengan Madre. “Inilah cinta. Inilah Tuhan. Tangan kita bau menyengat, mata kita perih seperti disengat, dan tetap kita tidak menggenggam apa-apa.” ... “Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban.” (hal. 103)

Hmm... Nggak banyak yang bisa aku ceritakan, karena untuk kali ini, aku benar-benar menikmati bacaan tanpa harus terburu-buru membuat review-nya. Tapi entah kenapa, aku bisa membaca dan menulis review di hari yang sama. Ajaib kah? ★★★ untuk buku ini, di luar pradugaku tentang kesalahan penulisan, nyatanya memang disengaja mengikuti tokoh, hehe.

Menulis di blog seminggu sekali adalah satu-satunya rutinitas yang kupelihara sejak dua tahun terakhir. Setengah mati aku bertahan. Belum pernah aku setia melakukan satu hal dalam jangka waktu sepanjang itu. Jika serabutan adalah penyakit, maka blog ini adalah obatku.

Sebagai penyempurna terapiku, blog ini punya sekelompok pembaca setia yang rutin berkunjung dan berkomentar. Orang-orang yang sebagian besar tidak kukenali langsung. Orang-orang yang kukenali hanya lewat tulisan serta kotak kecil berisi foto profil dan biodata seadanya. Namun mereka jadi saksi hidupku selama dua tahun terakhir. (hal. 17)

“Mungkin karena memang nggak ada yang kebetulan,...” (hal. 68)

“...pernah nggak kamu terhubungkan sebegitu aneh dengan seseorang, sampai-sampai hidupmu jadi kayak mimpi?” (hal. 84)

“I’ve alway believed in past life and karmic bonding,” ... “I get it! All that dark and light thingy. It’s like... the Sun!” ... “Matahari sebenarnya nggak pernah terbit dan terbenam. Cuma Bumi yang berputar!” (hal. 88)

[Book Review] Udah Putusin Aja!

Kita manusia biasa yang memiliki cinta, tiada yang salah karena cinta adalah anugerah. (hal. 21)


Judul: Udah Putusin Aja!
Penulis: Felix Y. Siauw
Visual: Emeralda Noor Achni
Penerbit: Mizania
Tebal: 180 halaman
ISBN: 978-602-9255-43-0
Harga:Rp. 59.000,-


Jaga Kehormatanmu, Raih Kemuliaanmu

Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tiada halal. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri.

Sialnya, kaum Muslim kini hidup dalam kungkungan masyarakat yang sebagian besar salah kaprah dalam cinta. Karenanya tidak dikenal lagi kesakralan pernikahan dan kesucian diri, apalagi kehormatan dan kemuliaan jiwa. Semua sudah terganti dengan pergaulan bebas, ada yang menyebutnya pacaran, teman tapi mesra, dibalut dalam alasan kakak-adik, teman dekat, ataupun yang lainnya.

#UdahPutusinAja, sebab apa pun namanya, kelak akan bersaksi seluruh bagian tubuh di depan Allah. Karenanya, sedari dini mari mendidik cinta, mengajarinya agar ia bersemi dalam taat, bukan direndahkan oleh maksiat. Ajarkan cinta agar ia benar hingga membuat pemiliknya terhormat, bukan nista yang ditanggung karena terbuai cinta yang terlaknat.

Tahukah kamu apa itu cinta? Cinta itu semacam energi, tidak dapat diciptakan atau dipaksakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat beralih bentuk. Cinta juga bebas nilai, lagi netral. Ketika kamu jatuh cinta, don’t panic, it’s not some kind of sickness, therefore no need to call a doctor. Cinta adalah...

Udah Putusin Aja memuat tentang bagaimana Islam memandang cinta dari segala sisi pandang. Mulai dari cinta masa remaja (re: pacaran), cinta di masa dewasa muda (re: tunangan, pacaran dengan label ta’aruf), cinta di masa pernikahan, hingga cinta di dalam lingkup sebuah keluarga (cinta ayah dan ibu kepada anak).

Buku diawali dengan Begini ceritanya... tentang mengapa kita harus memilih #UdahPutusinAja, hingga dituliskan pula sebuah cerita berupa pesan tertulis email yang menggugah hati.


***

Tidak seperti buku nonfiksi kebanyakan, kali ini, review aku lebih singkat-kat-kat, agak sulit memang meresensi sebuah buku nonfiksi mengingat aku lebih biasa resensi buku fiksi, mweheheh. Dan, ya kalau boleh jujur, ini nonfiksi dari seri Panduan Islam kedua yang menarik untuk dibaca, setelah sebelumnya membaca Yuk Berhijab dari penulis yang sama.


Islam memandang lelaki dan wanita sama dalam penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya. (hal. 40)

Udah Putusin Aja, menjelaskan tentang konsep bagaimana Islam memandang sebuah cinta. Sebagai seorang Muslimah, aku merasa Islam benar-benar adil bagaimana mendeskripsikan makna cinta yang sebenarnya.


Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah manusia. (hal. 84)

Ehem, sepertinya, dimulai dari sini, review akan lebih mengenai curhatan daripada resensi bukunya. Hahah... Secara pribadi, aku menilai buku ini baik untuk aku—khususnya—sebagai remaja yang belum paham benar akan arti cinta yang benar-amat-sangat-benar sesungguhnya. Kadang, banyak kan teman-teman seusiaku sudah mengerti cinta dengan memaknainya lewat sebuah hubungan bernama ‘pacaran’. Uhuk, jujur sih yang lagi ngetik blog post ini belum pernah sama sekali berpacaran, Jomlo Berabad-abad :P


Pacaran memang tak selamanya berujung pada zina, namun semua zina berawal dari pacaran. (hal. 15)

Buku ini mengupas tuntas bagaimana pacaran benar-benar dilarang dalam Islam. Tentunya, dengan alasan dan sebab yang jelas, serta akibat dan dampak yang memang benar-benar nyata adanya. Nggak hanya itu, bukunya juga membahas tentang pernikahan, err... maksudnya bagaimana kesiapan kita—kamu aja sih, aku mah nggak—dalam menghadapi pernikahan sebagai sesuatu yang benar-benar sakral dalam setiap kehidupan manusia.


Lelaki dipilih karena masa depannya, sedang wanita dipilih dengan masa lalunya. (hal. 36)

Terlepas dari itu semua, aku pikir buku ini bisa dibaca semua kalangan, ya minimal remaja (atau mungkin anak-anak) yang sok tahu-menahu cinta dengan mengekspresikannya lewat pacaran. Padahal, cinta nggak sekadar pacaran aja, lho.


Memang cinta itu datang karena terbiasa. Itulah fitrahnya. (hal. 29) ... Orang Jawa bilang “witing tresno jalaran soko kulino”, yang artinya “cinta datang karena telah terbiasa”. (hal. 131)


Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti. (hal. 54)

Ditambah, visual dari Kak Emeralda yang cantik membuat buku ini semakin menarik dan menggemaskan. Kalau sebelumnya buku Yuk Berhijab lebih kental dengan warna-warna ungu yang unyu, Udah Putusin Aja lebih memilih warna merah muda dan biru yang menggelora. Tentunya, bikin buku nonfiksi ini serasa bukan buku nonfiksi karena visualisasinya yang bikin kita serasa baca komik, hihi.


Musibah adalah ujian bagi orang yang taat dan teguran kepada orang yang bermaksiat. (hal. 94)

Kalau direkomendasikan, tentunya aku rekomendasikan buku yang November 2013 lalu masuk ke pencetakan ulang yang ketigabelas kali ini. Entah kalau untuk akhir-akhir ini sudah masuk cetakan yang keberapa. WOW! Walaupun, hanya ada satu kesalahan yang sebenarnya biasa, tapi cukup ‘mempengaruhi’ aku yang saat membaca mulai kritis sebagai polisi typo. Hehe, contohnya kata yg yang berarti yang, ada banyak ditemukan sih, salah satunya di halaman 124. Sekali lagi, nggak ngaruh banget kok Ustadz, cuma akan-lebih-baik kalau ditulis ‘yang’ saja. Well, very high recommended for Muslim/Muslimah, ★★★★★.


“Being blue is another kind of beauty,” (hal. 132)

If you’re not ready yet, don’t push your luck. (hal. 151)


Salah satu ilustrasi #UdahPutusinAja

Link of The Week #8

Sunday, May 25, 2014

Selamat siang, kali ini aku lebih banyak bikin postingan meme ya daripada review *duh malu, dikeplak*. Nggak papa deh, itung-itung ngisi blog, soalnya beberapa minggu ini dan dua minggu ke depan bakal sedikit absen untuk baca buku-buku novel, karena akan lebih banyak membaca buku pelajaran untuk UKK, doakan berjalan lancar dan naik kelas ya (dan peringkatnya yang bisa naik ke 1) :)

Untuk tautan yang menarikku untuk minggu ini, ada di blognya Teh Risa Saraswati, vokalisnya Sarasvati. Ini sih cerita tentang Ananta Prahadi, semacam tulisan bersambung yang sekarang dijadikan buku dengan judul yang sama, Ananta Prahadi.


Ananta Prahadi Part 1, 2 Juli 2013
Ananta Prahadi Part 11, 8 November 2013
Nah, semenjak 2 Juli 2013 lalu, Teh Risa mulai menulis cerita Ananta Prahadi ini di blog risasaraswati.com. Aku sih nggak mengikuti perkembangannya dari awal, baru beberapa bulan lalu, dan terakhir, Teh Risa selesai di cerita Ananta Prahadi Part 11 pas November 2013, cerita ke-11 di bulan ke-11.

Dan baru saja, saat cek web bukabuku.com, hadirlah buku Ananta Prahadi ini di jejeran new release. Hmm... Boleh lah ya baca buku fiksi pertama Teh Risa ini, yang pasti bukan tentang hantu-hantuan atau cerita si Peter cs. Pas denger lagu Ananta Prahadi yang dinyanyikan Teh Risa ini makin menjadilah harapan aku menginginkan buku ini. Semoga cepat-cepat terkabul ya, nggak sabar pengin bayangin si Anta orang Subang yang kocak itu, nggak sabar juga 'menyelami' cerita Tania yang egois, dan si Pierre yang belum aku temukan 'karakternya'. Hahah...


Aku Tania, perempuan biasa…tapi mereka bilang aku ini Alien. Aku perempuan yang suka tertawa, tapi mereka bilang aku Monster. Aku perempuan bahagia, namun memang seringnya kebahagiaanku membuat mereka semua menderita. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, sesulit itukah mewujudkan keinginanku ini?

Nama saya Ananta Prahadi, panggil saja Anta. Hobi bersih-bersih rumah, makan lontong kari, dan sangat menjungjung tinggi pelestarian mahluk langka. Jangan heran, kalau saya sangat suka berada disisi makhluk langka. Makhluk langka yang saya jaga sekarang merupakan spesies terakhir perempuan unik yang ada didunia ini.

Saya Pierre, hmm… saya harus bilang apa?

Ananta Prahadi merupakan buku keempat dari Risa Saraswati. Sebelumnya Risa dikenal dengan trilogi Danur-Maddah-Sunyaruri yang bergenre horror. Tapi kali ini, Risa mencoba meramu kisah cinta yang bukan hanya bercerita tentang sepasang kekasih, tapi juga tentang persahabatan, tentang keluarga, dan tentang hidup.
Untuk mendengarkan lagu Ananta Prahadi, klik aja disini
 Yap, Link of The Week-nya selesai, ikut juga yuk :)
1. Buat post mengenai satu atau lebih link pilihanmu yang tentu saja harus berkaitan dengan BUKU (˘▿˘)ง
2. Sertakan alasan mengapa kalian memilih link tersebut.
3. Cantumkan button Link of The Week di post kalian ya.
4. Tinggalkan link post kalian di links tool di blog Kak Ira.
5. Meme ini diadakan setiap weekend.
6. Mari berkunjung ke sesama blogger yang sudah share link pilihannya.
7. Semoga kita bisa menambah koleksi link tentang buku keren yang harus di bookmark (‘▽’ʃƪ) ♥

Dare To Say #4

Saturday, May 24, 2014

Selamat siang, kali ini sedang menunggu di kelas sampai jam 1 nanti. Ada beberapa menit lagi untuk mengisi waktu luang dengan ngeblog. Ah ya, kali ini Dare To Say ya? Sama seperti bulan sebelumnya, kali ini akan submit 2 meme sekaligus, Dare To Say dan Scene on Three.

Untuk Dare To Say bulan ini, aku ambil salah satu buku karya Winna Efendi. Apalagi kalau bukan Unbelievable dari seri The Glam Girls. Bukunya sudah pernah ku-review disini, cek aja: [Book Review] Unbelievable by Winna Efendi.

Unbelievable by Winna Efendi


Rate awal : 5

Awalnya sih, semenjak meniatkan diri ikut Winna Efendi's Book Reading Challenge Mbak Luckty, aku giat banget cari-cari bukunya Winna Efendi, soalnya aku baru punya 2 aja sih, Ai dan Refrain. Unbelivable termasuk yang susah dicari, karena memang tahun terbitnya yang agak lama juga. Dan pas nemu di salah satu tempat jualan buku yang harganya oke, akhirnya bisa beli buku ini dengan selembar sepuluh ribu rupiah.

Aku pikir, buku yang satu ini bakal keren sama halnya dengan 2 buku Winna Efendi yang udah pernah kubaca. Awalnya sih gitu, tapi...

Rate akhir : 3

Kalau boleh bilang, sebenarnya bukan salah penulisnya sih, err... maksudku kalau dari segi karyanya, aku pasti suka banget sama karya-karyanya Winna Efendi. Cuma, entah kenapa, aku kurang suka aja sama penuturan fashion dan prokem bahasa Inggris di buku ini. Aku memang 'buta fashion', jadi sekalinya diceritain tentang unsur-unsurnya, agak susah membayangkan seperti apa pakaian yang dipakai si tokoh di dalamnya. Terlebih, prokem Inggris yang menekankan bahwa mereka memang sekolah Voltaire International School agak ganggu juga, aku kurang terbiasa berpindah-pindah bahasa, kalau kata Bu Ade di Duta Bahasa sih, ini semacam Indoglish, yang memang penggunaannya agak kurang disenangi. Heheh... Ya, bisa dibilang ini hanya soal selera pembaca sih :D> 


Jadi, bagaimana 23 mu bulan ini? Ada yang mau diceritakan?
1. Follow Me:Book admirer atau tambahkan di blogroll kamu. Bisa juga follow lewat email.
2. Buat posting tentang buku yang tidak sesuai dugaan, harapan, rating GR, rekomendasi teman, baik lebih bagus atau lebih jelek. Kasih tau apa yang awalnya kamu harapkan (rating awal) dan apa yang kamu dapatkan (rating akhir). Underrated or overrated?
3. Oh ya, boleh juga kok kalau kamu mau share pengalaman kamu tentang komentar yang muncul soal buku yang udah kamu baca/review. Banyak yang menganggap kamu menilai suatu buku terlalu rendah/tinggi? Silahkan sampaikan pembelaanmu dengan baik.
4. Masukkan link postingan kamu ke Mr. Linky yang telah disediakan. Tambahkan button ‘Dare to Say’ juga di postinganmu, ya.
5. Penasaran pengen baca pengakuan para pembaca buku, kan? Nantinya, rajin-rajin ya, berkunjung ke sesama peserta!

Wishful Wednesday 16

Thursday, May 22, 2014

Selamat hari Rabu yang terlambat, hari ini membajak laptop punya Lulu untuk bikin WW setelah minggu lalu absen. Aku nggak bawa laptop ke sekolah, jadi modal pinjam aja. Tadinya sih, Lulu nggak izinin, doi mau kerjain tugas Ekonomi, tapi semoga nggak marah deh, haha...

Baru aja kemarin Gita beli banyak buku di Gramedia, new release book, mulai dari buku-bukunya Bukune sama GagasMedia yang baru aja keluar dari sarangnya. Iri? Bisa jadi, tapi pinjem boleh mungkin ya. Hahah... Baiklah, wish hari ini ada...

Interlude
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 380 hlm
Harga: Rp. 58.000,-

Sinopsis

Hanna,
listen.
Don't cry, don't cry.
The world is envy.
You're too perfect
and she hates it.
  
Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.
 
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku. 

Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu. 

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati? 

Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah….
Banyak yang menjadikan buku yang satu ini harapan, dan banyak juga yang udah duluan punya dalam rangka Blog Tour, salah satunya Kak Nana @ Glasses and Tea. Untuk hari ini, Kak Nana udah masuk hari kedua Blog Tour, pasti di akhirnya ada giveaway. Doakan saja ya, semoga lagi-lagi aku beruntung di blognya :))



Heart Out
Penulis: Fei
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 264 hlm
Harga: Rp. 45.000,-

Sinopsis

E-mail blast ke seluruh penggemar HEARTBREAKERS:

HEARTBREAKERS BUBAR? HELL NOOOOOOOO!!!

Desas-desus kalau boyband ini akan bubar, sepertinya semakin jelas, Sweethearts!

Kabarnya, Leon akan keluar dari HEARTBREAKERS. Dua personel lainnya, Axel dan Sandro, nggak berkomentar soal gosip ini. Mereka cuma menggeleng dan senyum.
 
Waktu dikonfirmasi langsung ke Leon, dia juga bersikap sama. Termasuk saat ditanya tentang kedekatannya dengan seorang gadis berinisial J.
 
OK. Siapa itu gadis berinisial J?
 
*sigh*
 
Belum ada konfirmasi resmi dari pihak Popster Entertainment tentang semua gosip tadi. Tapi, Admin dapat kabar dari salah satu "orang dalam" manajemen, kalau ternyata HEARTBREAKERS akan berlibur satu bulan.
 
Hm, konon bukan berita cukup bagus, sih, buat Leon, Axel, dan Sandro.

Well, Admin belum berhasil mengorek lebih dalam informasinya. Yang jelas, Sweethearts pastinya berharap HEARTBREAKERS nggak bubar dan tetap punya album baru.
 
*teriak amin bersama-sama*
 
ADMIN SWEETHEARTS
FANBASE RESMI BOYBAND HEARTBREAKERS
Seharusnya sih, aku udah baca seri pertamanya, Heart Attack, tapi kiriman dari GADIS belum sampai ke rumah. Maklum, kendala di jasa kurirnya yang nggak pernah sampai ke rumah. Kayaknya asyik nih kalau bisa baca buku pertama dan keduanya berbarengan. Hehe... Semoga ada malaikat yang memberinya gratis ya :P

Yuk, share juga harapanmu minggu ini, jangan sampai absen apalagi telat ya :P 
1. Silahkan follow blog Books To Share –atau tambahkan di blogroll/link blogmu =) 
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya! 
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian. 
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlist-nya di hari Rabu =)


Arisan Buku @GagasMedia dan @Bukune

Tuesday, May 20, 2014

Ada yang sudah tahu kan tentang Arisan Buku dari GagasMedia dan Bukune ini? Tentunya, acara yang sebenarnya sudah digagas sejak September tahun lalu ini, cukup menarik perhatianku. Sayangnya, saat itu, aku belum punya teman untuk membentuk klub buku. Teman sekelas, beberapa diantara mereka masih ogah-ogahan dan masih ada yang nggak memenuhi syarat, salah satunya blog.


Nah, berhubung 'dipaksa' dengan sangat, akhirnya mereka patuhlah sama kemauan aku ini. Pemaksaan sih, tapi akhirnya mereka juga yang diuntungkan. Heheh... Oke, akan aku ceritakan mengenai profil klub buku yang baru saja didirikan beberapa minggu lalu :D

Setelah berembug di konferensi meja kotak, akhirnya aku dan mereka memutuskan menamai klub ini dengan nama Klub Buku SASTRAVARA. Kenapa SASTRAVARA? Kata ini dibentuk dari dua kata, Sastra dan Avara. Nggak tau kenapa sih, kayaknya menarik aja, kalau namanya AKSASTRAVARA (Aksara, Sastra, Avara) kayaknya kepanjangan. Jadi, jatuhlah pilihan ini.
Arti kata Avara sendiri dalam bahasa Sanskerta adalah muda, paling muda. 
Kenapa Avara? Kalau ini sih, aku jadi inget salah satu pensi sekolah di Kota Bandung yang memasukkan nama 'Avara' sebagai nama gelarannya, karena dirasa keren, aku sering menamakan diri sendiri sebagai Avara. Hubungannya sama klub buku ini sendiri adalah, karena anggota-anggotanya masih muda-muda, pelajar SMA kelas X-MIIA-4 SMA Negeri 1 Cililin gitu. Selengkapnya, baca aja di Cerita di Balik SASTRAVARA di blogku sebelah :D

Karena di antara teman-teman yang punya blog, twitter, dan facebook hanya segelintir orang, jadi inilah anggotanya :D

ASY-SYIFAA HALIMATU SA'DIAH
Suka baca buku dengan berbagai genre, baik dari hasil buntelan, hadiahan, pinjaman, tukeran, [dan sedikit hasil membeli]. Punya mimpi bikin Taman Bacaan yang sekarang baru dikunjungi anak-anak tetangga dan teman-teman sekelas. 
Twitter : @asysyifaahs




DINAR ASRI
Sukanya pinjam buku-buku misteri dan horor, tapi lebih suka nonton drama Korea yang banyak adegan action dan perang-perangan yang bersimbah darah. Punya mimpi masuk FSRD ITB, tapi masih bingung juga.
Blog : Dinar Asri
Twitter : @dinarrasri
Facebook : Dinar Asri





GITA MEDINNA
Suka baca buku juga karena terindikasi kakaknya, koleksinya lebih banyak romance dan nggak suka buku dengan genre horror, bisa 'menghabiskan' satu buku romance dengan cepat. Punya mimpi jadi desainer dan addicted banget sama SNSD.
Blog : Gita
Twitter : @githa_medinna
Facebook : Gita Medinna

LU'LU ULUL ALBAB
Nggak terlalu suka baca novel, kecuali buku pelajaran sama komik. Tapi, kalau dipaksa dan ceritanya ada pelajarannya, dia nggak bisa nolak. Punya mimpi jadi Dokter Spesialis Anak dan pasien anaknya harus suka baca buku juga.
Blog : Ulul Albab
Twitter : @Lulu_Albab
Facebook : Lulu Ulul Albab
SARAH AMALIA AHMAD
Suka baca novel juga, apalagi yang membahas travel dan cerita dengan setting luar negeri. Punya mimpi jadi fotografer handal dan punya studio sendiri, studio foto dan juga buku.
Blog : Sarah Amalia
Twitter : @sashaasarah
Facebook : Sarah Amalia Ahmad

Nah, itulah sekilas profil dari kami para anggota Klub Buku SASTRAVARA. Masih muda, masih cantik, dan kelimanya adalah penghuni 10 besar di kelas. Semoga kami terpilih di Arisan Buku GagasMedia dan Bukune ini, kasihan anggota-anggotanya pada fakir bacaan :P

[Book Review] The Miraculous Journey of Edward Tulane

"Tapi coba jawab ini: bagaimana cerita bisa berakhir bahagia kalau tidak ada cinta?..." (hal. 35)

Judul: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Perjalanan Ajaib Edward Tulane
Penulis: Kate DiCamillo
Ilustrator: Bagram Ibatoulline
Penerjemah: Dini Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 188 halaman
ISBN: 979-222-487-4
Harga: Rp.50.000,-

Dahulu kala, di rumah Egypt Street, tinggallah kelinci porselen bernama Edward Tulane. Kelinci itu sangat bangga pada dirinya sendiri, dan memang beralasan: ia dimiliki anak perempuan bernama Abilene, yang memperlakukannya dengan penuh kasih dan amat sangat menyayanginya.

Lalu, suatu hari, ia hilang.

Maka dimulailah perjalanan luar biasa Edward Tulane: dari dasar laut ke jala nelayan, dari puncak gunung sampah ke dekat api unggun gelandangan, dari tempat tidur anak yang sakit keras ke jalan-jalan kota Memphis. Dan selama perjalanannya itu, ia jadi tahu--bahwa hati yang paling rapuh sekalipun dapat belajar menyayangi, kehilangan, dan menyayangi lagi.

Pernahkah kamu mempunyai sebuah boneka? Adalah Edward Tulane, si kelinci jangkung yang memiliki bagian tubuh--lengan, kaki, tangan, kepala, badan, dan hidung--yang seluruhnya terbuat dari porselen, telinga yang terbuat dari bulu kelinci asli, dan mata yang dicat berwarna biru yang tajam dan cerdas. Pemiliknya adalah seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang bernama Abilene Tulane, ia menganggap Edward sama istimewanya dengannya, ia sangat menyayangi Edward--dengan mendandaninya sedemikian rupa, ditempatkan di dekat jendela sampai Abilene pulang sekolah, mendudukannya di meja makan dan melibatkannya dalam perbincangan, hingga membaringkan Edward di tempat tidurnya. Sayangnya, Edward tidak pernah memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekitarnya itu, ia hanya cukup merasa dirinya adalah makhluk yang luar biasa atas perlakuan yang didapatkannya.
Source here
"aku sayang padamu. Aku tak peduli berapa pun umurku, aku akan selalu menyayangimu." (hal. 35)
Aku pernah disayang, Edward memberitahu bintang-bintang. (hal. 106)
"Aku pernah disayang," kata Edward. (hal. 170)
Source here
Suatu hari, nenek Abilene--Pellegrina--menceritakan sebuah kisah pada Abilene. Sebuah kisah yang berakhir terlalu cepat, sebab tidak ada yang hidupnya bahagia. Hingga pada akhir ceritanya, Pellegrina membisikkan sesuatu pada Edward, seolah-olah Edward mendengarkan apa yang dikatakannya, "Kau mengecewakan aku."

Zaman dahulu ada putri yang sangat cantik. Ia gemerlapan bagai bintang-bintang di langit tanpa bulan. Tapi apa bedanya bahwa ia cantik? Nihil. Tak ada bedanya.
"Kenapa tidak ada bedanya?" Abilene ingin tahu.
"Karena," jawab Pellegrina, "ia putri yang tidak menyayangi siapa pun dan tak peduli pada rasa sayang, meskipun banyak yang menyayanginya."

Sampai suatu hari, saat keluarga Tulane sedang melakukan perjalanan menuju Inggris, Edward hilang! Ia terjatuh ke laut, tenggelam ke dasarnya selama berbulan-bulan, hingga sebuah badai besar membawanya ke dalam perjalanan yang panjang. Ia diselamatkan seorang nelayan, dibuang di tempat pembuangan sampah, dipungut oleh seorang gelandangan, dibuang dari kereta, digantung di tempat orang-orangan sawah, diambil oleh anak lelaki untuk adik perempuannya yang sakit, melihat anak itu meninggal, menari di kota, kepalanya dipecahkan orang, hingga diperbaiki dan berakhir di rak toko seorang tukang reparasi boneka.


"kita tidak pergi ke mana-mana. Itu, sahabatku, adalah ironi perpindahan kita yang terus-menerus ini." (hal. 89)
Edward yang dulunya tidak pernah peka terhadap kasih sayang orang-orang di sekitarnya, kini mulai sedikit demi sedikit membuka hati setelah menerima kasih sayang yang sesungguhnya. Namun, saat ia harus duduk menunggu di rak toko boneka, ia mulai menyerah dan tak mau disayangi lagi.

"Akan ada yang datang. Akan ada yang datang menjemputmu. Tapi kau harus membuka hatimu dulu." (hal. 179)
Source here
Lalu, bagaimanakah cerita Edward selanjutnya? Akankah ia kembali melakukan perjalanan dan menemukan jalan pulang?


***

Sudah cukup lama menantikan buku ini, err... nggak begitu lama juga sih, seingatku indikasi awalnya bermula dari WW Kak Siro, kebetulan dia juga cerita kalau buku ini masuk di salah satu adegan drama Korea, You Who Came From The Stars yang dibintangi Kim Soo-Hyun. Nggak ada bedanya sebenarnya, cuma karena waktu itu di kelas teman-teman sedang-amat-sangat-menggemari, akhirnya dimulailah virus itu, virus menginginkan buku ini dan virus menonton drama Korea :P

Ternyata, bukunya diterbitkan sekitar tahun 2006, artinya 8 tahun yang lalu, pas aku masih kelas 3 SD. Cukup sulit untuk mendapatkan buku terjemahannya, harus puas dulu dengan e-book berbahasa Inggris, tapi kesempatan yang menyenangkan saat bisa baca buku ini, walau pinjam. Dan, pamerlah di Instagram, ada beberapa orang yang juga ngiri pengin bukunya, karena Kim Soo-Hyun tentu saja :D


Source from my Instagram, here
 Ah iya, lupakan curhatnya, hehe. Mengenai buku ini, menarik dengan ilustrasi yang digambarkannya, walau ceritanya tak sesederhana itu. Kisah Edward ini semacam mengingatkan kita pada kisah kehidupan manusia itu sendiri. Bagaimana sebuah perjalanan Edward sama halnya dengan perjalanan yang dialami manusia yang dimulai dari lahir, tumbuh, berkembang, bertemu dengan orang-orang baru, mengalami peristiwa-peristiwa baru, hingga adanya sebuah konflik yang cukup kompleks dalam kehidupan ini, dan berakhir saat kita telah menemukan 'jalan pulang'.

Dalam perjalanannya, Edward mulai mengenal arti sebuah emosi dan perasaan, tentang rasa sayang, sedih, kecewa, marah, dan kehilangan. Manusia mengalami apa yang Edward alami, atau lebih tepatnya, Edward mengalami apa yang manusia alami. Dan bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah, seperti halnya Edward--dan juga manusia--semua pasti memiliki masalah-masalah masing, yang pada akhirnya akan terselesaikan dengan caranya masing-masing.


"Mengerikan, menakutkan, sangat tidak enak, melihat orang yang kausayang meninggal di hadapanmu dan kau tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Hampir setiap malam aku bermimpi tentang dia." (hal. 66)
Kalau saja boleh, penginnya sih punya buku ini seutuhnya, yang suatu saat bakal dibagi ceritanya ke adik, ke sepupu, ke anak, ke cucu, it's been there forever, tapi karena statusnya 'pinjam dari seorang teman Goodreads', ya nggak papalah. Ah iya, Gramedia baru aja cetak ulang buku ini akhir April lalu, kayaknya belum masuk toko buku, tapi aku merekomendasikan beli online via Grazera, disini. Selamat beli, dan 10 bintang untuk buku ini, eh ★★★★★ aja ya :D

"Menurutku, semua ada gunanya dan semua benda berguna. Itulah pendapatku." (hal. 103)

[Book Review] Kakak Batik

Sunday, May 18, 2014

Kesuksesan tetap harus dicapai dengan kemauan, keyakinan, kerja keras, keberanian, kerelaan berkorban, tekad yang kuat, serta sikap pantang menyerah. (hal. 9)

Judul: Kakak Batik
Penulis: Kak Seto
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 270 halaman
ISBN: 978-602-1383-01-8
Harga: Rp. 44.500,-

Mimpiku untuk jadi dokter harus kandas setelah dua kali tidak lulus ujian masuk Fakultas Kedokteran. Mimpi hidup enak di Jakarta, kenyataannya harus rela kerja serabutan dan hidup menumpang orang. Mimpi tentang gadis itu, harus puas dengan bertepuk sebelah tangan.

Jalan impian di depanku sepertinya memang tidak lurus. Selalu ada saja tikungan. Dan, melenceng dari apa yang kita impikan mungkin tidak terlalu buruk?

Di tengah kesulitanku, tikungan jalan itu mulai terlihat. Sosok itu menggiringku pada apa yang kuraih hari ini. Mengenalkanku pada dunia baru.  Pertemuan itu, senyum anak-anak itu mengubah jalan hidupku...

Siapa yang tidak mengenal Kak Seto? Berawal dari cerita Adi yang memutuskan untuk merantau ke Jakarta karena gagal dalam mengikuti ujian masuk Fakultas Kedokteran. Ia memberanikan diri untuk memperjuangkan cita-citanya dan demi membanggakan orang yang dikasihinya, sang Ibu. Hidup di Jakarta hanya sendiri dengan niat menumpang pada salah seorang teman yang sudah dianggapnya sebagai saudara. Menjadi tukang parkir, kuli panggul, bahkan sampai pembantu rumah tangga, Adi lakukan demi memenuhi kebutuhannya di ibukota yang 'keras' tersebut.

...nilai tambah dari orang-orang yang pernah mengalami kegagalan adalah kekuatannya untuk selalu bertahan pada keadaan apa pun untuk tidak mudah menyerah dalam upaya merebut keberhasilan di masa depan. (hal. 22)

...setiap perjuangan dan langkah yang kita ambil membutuhkan pengorbanan yang harus kita jalani dengan ikhlas. (hal 40)

Awal perjumpaan dengan Pak Dibyo, membuka segalanya, membuka 'jalan-jalan baru' bagi Adi yang harus ia jajaki satu per satu. Mimpinya masuk Fakultas Kedokteran tidak dapat tercapai karena lagi-lagi, untuk kedua kalinya, ia gagal dalam ujian masuk. Tapi, karena Pak Dibyo-lah, pada akhirnya, Adi memutuskan untuk 'menerabas' dan pindah haluan ke Fakultas Psikologi. Namun, bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah, dalam meraih gelar sarjananya ini, Adi harus menempuh berbagai kejadian mulai dari kelulusannya yang tertunda dan terancam DO akibat skripsinya yang tertunda dan perbaikan yang berulang, bahkan pernah berurusan dengan polisi akibat kegiatan kemahasiswaan yang seringkali menuai kontroversi.

"Tidak ada yang salah dari segala sesuatu yang sudah diusahakan dengan baik. Yang salah hanyalah, ketika kita lupa bahwa kita punya Gusti Allah yang Mahabesar sebagai penentu jalan hidup kita, sehingga kita merasa putus asa ketika menerima cobaan-Nya." (hal. 56)

Hal yang sama berlaku dengan cerita cinta Adi, perkenalannya dengan Inna membuatnya masuk ke dalam kisah segitiga yang rumit. Berbagai cerita dituliskan tentang bagaimana perjuangan keduanya untuk memaknai CINTA, sebenar-benar arti cinta sesungguhnya. Bagaimanakah kisah cerita Adi dan Inna ini? Akankah berakhir indah seindah senyuman anak-anak Indonesia yang membanggakan?

Cinta bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Cinta bukanlah sepotong roti yang bisa dibentuk dari sebuah adonan kue dan dibuat dalam waktu sekejap, kemudian disajikan untuk siapa saja. (hal. 136)

"...cinta enggak kenal berapa banyak pengorbanan dan cinta enggak ada kaitannya sama reputasi. Semua orang berhak mendapat cinta sejati." (hal. 164)

Sementara, cinta bukan soal menang atau kalah, tetapi soal hati yang dijaga kesuciannya dengan kesetiaan tanpa batas. (hal. 202)

Cinta memang terkadang membuat ketegaran seorang perempuan menjadi sangat rapuh. (hal. 252)
***

Kamu kenal Kak Seto? Masak sih nggak tahu aktivis Komisi Perlindungan Anak Indonesia ini. Bagaimana jadinya ya kalau beliau menulis novel? Hmm... ini karya beliau yang pertama yang aku baca. Jangan menduga-duga, ini memang kisah nyata Kak Seto yang sedikit diberi 'bumbu fiksi' di dalamnya.

Ya memang benar, kita sebagai manusia adalah penulis hebat yang dapat menuangkan berbagai aksara di atas kertas putih sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, Allah adalah editor terbaik yang berhak menghapus apa yang kita tulis dan mengubahnya sesuai ketentuan-Nya. Dan, tugas kita hanyalah meyakini bahwa apa pun ketentuan-Nya, itu yang terbaik bagi kita. (hal. 56)

Ceritanya santai, saking santainya aku butuh waktu sekitar dua minggu untuk menamatkan buku ini (ini sih karena faktor M). Kak Seto yang dalam cerita ini ditulis sebagai Kak Adi, adalah orang suka mengenakan batik, makanya nggak heran Kak Adi suka dipanggil Kakak Batik, sayangnya... nggak banyak penuturan tentang jenis-jenis batik dalam buku ini, hanya sekilas aja.

Betapa pentingnya arti sebuah cara pandang dalam menyelesaikan apa yang dihadapi dalam hidup. (hal. 158)

Jauh sebelum baca buku ini, aku belum tahu betul mengenai Kak Adi, eh typo, maksudnya Kak Seto. Yang aku tahu, beliau adalah aktivis KPAI. Udah-itu-aja. Miris? Sangat. Makanya, ketika membaca buku ini, aku jadi lebih tahu betul mengenai perjalanan Kak Seto mulai dari gagal ujian masuk FK Universitas Airlangga yang dalam buku ini ditulis Universitas Bima Sakti, hingga menjadi Kak Seto yang sering kalian perhatikan di media sebagai pejuang hak-hak anak. Lucunya, dalam buku ini, nama-namanya disamarkan, lho.
Bu Martinah sebagai Bu Mariati, ibu Kak Seto
Kak Ari sebagai Kak Kresno, kembaran Kak Seto
Pak Dibyo sebagai Pak Kasur
Inna sebagai Deviana, istri Kak Seto
Universitas Nusantara sebagai Universitas Indonesia
Cerita yang sangat apik dituturkan oleh Kak Seto, setiap bagian ditulis dengan proporsional, mulai dari cerita kuliahnya, cerita dengan anak-anak, cerita tentang pekerjaannya, hingga cerita cintanya. Pas. Bukunya bersih dari typo, walau ada kesalahan penulisan yang (mungkin) biasa aja, padahal berpengaruh dalam cerita. Salah satunya, dalam percakapan Adi yang memperkenalkan diri kepada Pak Dibyo. Adi mengatakan bahwa ia datang dari Surabaya sebulan yang lalu (hal. 36), tetapi di hal. 19 dituliskan bahwa Adi sudah tinggal di Jakarta selama dua bulan. Hmm... jangan-jangan... Terus, gregetnya, cuma salah ketik satu kata dari sekian banyaknya, yaitu: standard, seharusnya standar (hal. 84, 92)

...bahwa tidak ada kesulitan yang tidak dapat ditempuh demi tercapainya sesuatu yang lebih bermakna. (hal. 157)

Keberhasilan bukan hanya keberuntungan. Kadang memang ada benarnya. Namun, sebenarnya keberhasilan tidak lepas dari proses perjuangan, pengorbanan, dan kerja keras tanpa batas. (hal. 160)

"Jangan sia-siakan apa yang sudah tumbuh di dasar hatimu yang paling dalam, mengakar dan mendarah daging di jiwamu." (hal. 166)

Jika matahari saja masih setia menerangi Bumi dan seisinya tanpa lelah, manusia harus belajar darinya, melepaskan egonya dan tetap setia memberi kebahagian untuk orang yang dicintainya tanpa batas. (hal. 186)

"Lihatlah betapa waktu telah mengubah kita! Betapa waktu telah mengubah jalan hidup kita dan meninggalkan kita dalam reruntuhan." (hal. 188)

Buku yang bisa dibaca dari semua umur, mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Nggak tanggung-tanggung, ★★★★★ untuk buku ini, dan kita tunggu saja karya Kak Seto dalam bentuk novel selanjutnya :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs