Scene on Three #2

Wednesday, April 23, 2014

Setelah tadi melayangkan post untuk meme Dare To Say, sekarang lanjut ke Scene on Three, karena berhubung hari ini tanggal 23 April. Nggak jauh beda sama Dare To Say tadi, buku yang akan dibahas di Scene on Three kali ini masih sama, Kei dari Erni Aladjai. Kalau kamu baca DTS sih, pasti tau alasannya kenapa :D

Elaar, Kei Kecil, Maret, 1999
Namira melepas mukenanya. Bekas air wudu membayang di wajahnya. Gadis itu menyampirkan sajadah dan mukenanya dengan terburu-buru pada seutas tali nilon yang membentang dari daun pintu hingga sudut jendela kamarnya. Dia baru saja mengelarkan sembahyang sore. Wajahnya riang dan merona, serona tomat mengkal.

Namira menyukai semua hal di Elaar. Baginya, pulau kecil itu adalah surga. Gunung, pantai pasir putih yang membentang. Suara ombak pecah. Karang. Perahu-perahu. Cahaya bulan purnama di atas permukaan laut. Tiupan kerang di malam-malam yang magis, semua itu bagai suara dengung sayap peri.

Elaar adalah sebuah pulau di pantai timur selatan Kei Kecil. Kepulauan yang terbentuk karena koral yang terangkat ke permukaan laut. Bagi Namira, Elaar adalah perkampungan peri yang tersembunyi. Surga yang sulit dijangkau turis-turis kota besar, sebab perjalan ke Kei adalah perjalanan panjang. Turis-turis yang pernah ke sana dan menikmati bentang Pantai Kei akan berkata; Kei lebih jauh dari jarak lurus London-Moscow.

Sebenarnya, ketiga paragraf ini bertuturan di halaman 10-11, cuma aku rasa dari tiga paragraf itu, ada 2 scene yang menurutku bisa berbeda hal. Scene pertama, ketika terhenti di kalimat, "menyampirkan sajadah dan mukenanya dengan terburu-buru pada seutas tali nilon yang membentang dari daun pintu hingga sudut jendela kamarnya" seperti mengingatkan ketika waktu kecil.

Biasanya ini terjadi di bulan Ramadhan, waktu masih kecil, nggak akan pergi shalat tarawih ke masjid yang jauh dari rumah (padahal jaraknya cuma 100 meteran), cukup melangkah ke mushala nenek yang berjarak dua rumah dari rumah sendiri. Yang namanya mushala, pasti ukurannya lebih kecil dari masjid, malah menurutku ini lebih kecil dari kamarku sekarang. Mushala atau aku biasa menyebutnya 'tajug', berukuran 3x2 meter, tapi entah kenapa cukup untuk shalat berjamaah 7-12 orang.

Tajugnya dibuat dari bilik, dan sampai sekarang pun masih dengan bilik, konsepnya juga masih amat-sangat-sederhana, semacam rumah panggung gitu. Dan dari scene itu juga, jadi ingat kalau dulu, setelah selesai shalat, sering menggantung mukena di tali itu. Pikirnya sih, biar besok kalau mau shalat, nggak usah bawa dari rumah, kan udah ada di tajug. Heheh..

Scene yang kedua, ini seperti mengenalkanku pada Elaar juga. Menurutku, nama-nama daerah di Indonesia itu unik, ada khas tersendiri. Nggak mungkin dong ada nama daerah 'Bongas' di pelosok lainnya? Cuma ada di Jawa Barat, dan tepatnya itu cuma ada di desaku :P Begitu juga dengan Elaar, sebelum baca ini-atau bahkan sebelum baca review Kei dari Kak Nana-, aku sama sekali nggak tau Kei, malah ngira kalau itu nama tokoh dari novel ini. Apalagi Elaar, itu apa sih?

Sumber disini
Kei adalah kepulauan yang letaknya terhimpit oleh laut Banda dan Papua. Kei memiliki pantai yang luar biasa indah, seperti foto di atas. Jadi pengin rebahan di atas pasir yang putih sambil menatap laut yang jernih.

Lalu, ada juga adat Maluku bernama Sasi Laut yang melarang penduduk untuk mengambil sumber daya laut dalam jangka waktu tertentu. Jika dilanggar, maka sanksinya berat, hingga dapat membuat keluarga malu.

Untuk lebih tahu lebih lanjut tentang sasi Laut, bisa dibaca di sini.

Kerusuhan di Maluku tahun 1999-2002 menyisakan trauma yang berkepanjangan bagi warganya. Pertikaian antar agama yang sebelumnya tidak pernah terjadi menjadi senjata bagi oknum tertentu untuk memecah-belah kerukunan warga Maluku.

Sumber disini
Para pengungsi dari Maluku banyak juga yang lari ke Jakarta, dan menjadi preman. Banyak bos dunia hitam yang berasal dari daerah Maluku dan memiliki ‘usaha penyedia jasa keamanan’ yang terorganisir dan berjalan secara underground.

Yang ingin tahu sepak terjang preman di Jakarta, bisa klik di sini.

Novel Kei berbicara tentang fakta yang difiksikan. Banyak fakta sejarah berbau politik yang mewarnai novel ini.

Hal yang sama pernah berlaku ketika Kak Yon ngasih aku cerita tentang Samalona. Aku pikir itu nama apa, eh taunya nama salah satu pantai di Sulawesi. Lain kali, bisa mungkin ya berubah jadi seorang petualang, nggak melulu di rumah, biar -seenggaknya- tau nama-nama asing yang padahal orang lain udah tau :D

Dan, scene apa yang menarikmu tanggal 23 ini?
1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya dari buku pilihan kalian ke dalam suatu post.
2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three. 
5. Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).
 
 

2 comments:

  1. Di Indonesia memang banyaaak banget pulau2 sepi yg alami karena jarang dijamah wisatawan. Agak dilema juga kalo mau mempromosikan utk wisata, soalnya banyak turis (terutama domestik) yg malah ga tahu tata krama berwisata.

    ReplyDelete
  2. Iya sih, tapi baru Raja Ampat aja yang mungkin baru dikenal di daerah pedalaman gitu

    ReplyDelete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs