Perjalanan telah mengajariku untuk memulai langkah pertama dalam mencari bahagia dan menemukan versi hidup sempurna yang aku cari, dalam setiap tikungannya. (hal. x)
Passport to Happiness
Penulis: Ollie
Penerbit: GagasMedia
Editor: Resita Wahyu Febiratri & Nila Suri
Penyelaras aksara: Alaine Any
Penata letak: Putra Julianto
Desainer sampul: Mulya Printis
Penyelaras desain sampul: Agung Nugroho
Ilustrator isi: Oktarina Lukitasari
Tebal: 176 halaman
Terbit: 2015 (Cetakan Pertama)
---
Aku bukan tipe anak yang suka pergi melakukan perjalanan, bukan karena nggak ingin tapi lebih tepatnya karena nggak sempat. Kadang niatnya ada, teman perjalanannya nggak ada. Ada teman perjalanannya, aku yang sibuk dengan tugas. Yah, kalau keterusan begitu, titik potongnya nggak bakal ketemu juga, iya kan?
Perjalanan ke luar kotaku juga bisa dihitung dengan jari, dan itu semua nggak terlalu berkesan buatku. Itinerary dan jadwal lainnya diatur pihak tour and travel dan itu nggak ada asyik-asyiknya. Kita nggak bisa ngerasain ribetnya ngatur jadwal, asyiknya beli tiket, atau mungkin sampai kesasar salah arah. Yah, mungkin memang belum ada yang spesial selama ini, kita tunggu kalau aku lulus SMA ya!
Kecuali perjalanan yang baru aku lakukan tanggal 13 Desember kemarin. Tujuannya nggak jauh, hanya Bandung—dan sebenarnya dari Cililin itu cukup jauh sih, ya. Niat pergi kesana tepatnya ke ITB, ada acara Try Out SBMPTN, dan dari sekolahku hanya aku sendiri yang ikut. Maka, ketika acara pagi dibuka, aku lebih kelihatan kayak anak hilang dibanding siswi SMA. Dan itu nggak masalah, sendiri bukan berarti selalu menyedihkan kan—atau memang menyedihkan?
Perjalanannya sebenarnya biasa saja, nggak ada yang istimewa juga, tapi aku ngerasa ada sesuatu yang tertaut disana. Aku baru beberapa kali ke ITB, dan setiap kedatangannya selalu terasa yang pertama, selalu kerasa semuanya spesial, selalu ada yang memanggil untuk kembali kesana lagi. Now. Every second has a chance for a new beginning. When I live my life to the fullest, I believe, I will effortlessly fulfill my purpose in life. (Pindah Hati di Alexandria, hal. 140)
Sama seperti Kak Ollie dalam bukunya, traveling is about the art of making new friends (The Alley of Marrakech, hal. 102), bercerita tentang 11 kota di dunia untuk mencari arti cinta. Bagaikan dua sisi mata uang, cinta bisa menjadi sumber kebahagiaan yang manis namun juga menjadi kesedihan yang menyakitkan. Semula berbuah tawa, tapi berakhir dengan air mata.
Berawal dari Ubud, ia melakukan perjalanan demi menyembuhkan luka dan mencari kedamaian hati, berusaha mencari jawaban dari setiap bentuk pertanyaannya. Menuju Dublin yang kaya akan keindahan bahasa puisinya. Rahasia kebaikan dan kasih sayang di balik megahnya Moskow. London yang menjadi saksi cinta terlarang untuk orang-orang yang beruntung pernah merasakan cinta. Dan belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan bersyukur atas segala hal selama berada di Seoul. Serta masih ada 6 cerita lainnya yang sayang untuk dilewatkan, tapi nggak akan aku bocorkan disini :P
Passport to Happiness tidak semuanya bercerita tentang romantisme dengan lawan jenis, tapi secara keseluruhan kita bisa mengambil kesimpulan bahwa cinta itu universal. Dan sadar atau tidak, cinta adalah cara untuk menciptakan bahagia, bagaimanapun bentuk cinta itu. Melakukan perjalanan juga bentuk cinta kita, pada sendiri untuk merasa bebas, dan pada Tuhan untuk selalu mensyukuri segala anugerah-Nya. Jangan lupa bahagia ya!
Passport to Happiness
Penulis: Ollie
Penerbit: GagasMedia
Editor: Resita Wahyu Febiratri & Nila Suri
Penyelaras aksara: Alaine Any
Penata letak: Putra Julianto
Desainer sampul: Mulya Printis
Penyelaras desain sampul: Agung Nugroho
Ilustrator isi: Oktarina Lukitasari
Tebal: 176 halaman
Terbit: 2015 (Cetakan Pertama)
---
Aku bukan tipe anak yang suka pergi melakukan perjalanan, bukan karena nggak ingin tapi lebih tepatnya karena nggak sempat. Kadang niatnya ada, teman perjalanannya nggak ada. Ada teman perjalanannya, aku yang sibuk dengan tugas. Yah, kalau keterusan begitu, titik potongnya nggak bakal ketemu juga, iya kan?
Perjalanan ke luar kotaku juga bisa dihitung dengan jari, dan itu semua nggak terlalu berkesan buatku. Itinerary dan jadwal lainnya diatur pihak tour and travel dan itu nggak ada asyik-asyiknya. Kita nggak bisa ngerasain ribetnya ngatur jadwal, asyiknya beli tiket, atau mungkin sampai kesasar salah arah. Yah, mungkin memang belum ada yang spesial selama ini, kita tunggu kalau aku lulus SMA ya!
Kita memang tidak boleh menilai hanya dengan standar yang kita anggap biasa saja. Namun juga belajar untuk mengerti kultur dan kebiasaan orang lain. (From Moscow with Love, hal. 38)
Kecuali perjalanan yang baru aku lakukan tanggal 13 Desember kemarin. Tujuannya nggak jauh, hanya Bandung—dan sebenarnya dari Cililin itu cukup jauh sih, ya. Niat pergi kesana tepatnya ke ITB, ada acara Try Out SBMPTN, dan dari sekolahku hanya aku sendiri yang ikut. Maka, ketika acara pagi dibuka, aku lebih kelihatan kayak anak hilang dibanding siswi SMA. Dan itu nggak masalah, sendiri bukan berarti selalu menyedihkan kan—atau memang menyedihkan?
Perjalanannya sebenarnya biasa saja, nggak ada yang istimewa juga, tapi aku ngerasa ada sesuatu yang tertaut disana. Aku baru beberapa kali ke ITB, dan setiap kedatangannya selalu terasa yang pertama, selalu kerasa semuanya spesial, selalu ada yang memanggil untuk kembali kesana lagi. Now. Every second has a chance for a new beginning. When I live my life to the fullest, I believe, I will effortlessly fulfill my purpose in life. (Pindah Hati di Alexandria, hal. 140)
Aku belajar bahwa, at the end of the day, kebahagiaan bukan berada di suatu tempat, bukan juga berada di tangan orang lain, kebahagiaan itu ada di dalam diri sendiri. Jika kita tidak bahagia kala sendiri, maka kita tidak akan bahagia saat bersama orang lain. Jika kita tidak bahagia di sini, maka kita tidak akan bahagia di sana, meskipun tempatnya begitu indah. (The Colors of Love in Istanbul, hal. 128)
Sama seperti Kak Ollie dalam bukunya, traveling is about the art of making new friends (The Alley of Marrakech, hal. 102), bercerita tentang 11 kota di dunia untuk mencari arti cinta. Bagaikan dua sisi mata uang, cinta bisa menjadi sumber kebahagiaan yang manis namun juga menjadi kesedihan yang menyakitkan. Semula berbuah tawa, tapi berakhir dengan air mata.
Berawal dari Ubud, ia melakukan perjalanan demi menyembuhkan luka dan mencari kedamaian hati, berusaha mencari jawaban dari setiap bentuk pertanyaannya. Menuju Dublin yang kaya akan keindahan bahasa puisinya. Rahasia kebaikan dan kasih sayang di balik megahnya Moskow. London yang menjadi saksi cinta terlarang untuk orang-orang yang beruntung pernah merasakan cinta. Dan belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan bersyukur atas segala hal selama berada di Seoul. Serta masih ada 6 cerita lainnya yang sayang untuk dilewatkan, tapi nggak akan aku bocorkan disini :P
Passport to Happiness tidak semuanya bercerita tentang romantisme dengan lawan jenis, tapi secara keseluruhan kita bisa mengambil kesimpulan bahwa cinta itu universal. Dan sadar atau tidak, cinta adalah cara untuk menciptakan bahagia, bagaimanapun bentuk cinta itu. Melakukan perjalanan juga bentuk cinta kita, pada sendiri untuk merasa bebas, dan pada Tuhan untuk selalu mensyukuri segala anugerah-Nya. Jangan lupa bahagia ya!
Tidak semua idealisme dan pengharapan kita soal cinta bisa terwujud sesuai dengan keinginan. Namun, kita bisa memilih untuk menikmati waktu saat cinta datang dan melepaskannya dengan senyum saat waktunya habis dalam hidup kita. (London Calling, hal. 46)
Cinta punya banyak arti yang berbeda-beda sesuai dengan perjalanan yang kita lalui dalam hidup. Yang kita tahu saat cinta hadir, kita bahagia. (Pindah Hati di Alexandria, hal. 149)
No comments:
Post a Comment
Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.
Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.
Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.
Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.
tertanda,
yang punya cerita