Dan, masih ingat kan dengan event-event blog yang kuikuti sejak awal tahun ini? Meski nggak semua terbilang lancar, tapi aku berupaya supaya akhir tahun aku bisa jadi salah satu yang sukses menyelesaikan. Doakan saja ya!
Masih ingat dengan event Indonesian Romance Reading Challenge 2015 kan? Itu lho, yang host-nya si empunya blog ini. Bagaimana progres bacaan teman-teman? Aku hampir lupa buat bikin linky baru, tapi sejak post ini publish, silakan untuk teman-teman peserta memasukkan link review ke linkies bulan Mei - Juni. Jangan lupa ya!
Nah, sama seperti sebelumnya, kali ini aku akan mengadakan giveaway dwi bulanan. Hadiahnya dipersembahkan dari salah satu penulis yang beberapa waktu lalu bukunya ku-review, disini. Tapi, sebelum ke giveaway, simak dulu yuk interview yang kulakukan dengan Mbak Pretty, penulis Bintang dan Cahayanya.
A: Asy-syifaa, as a blogger (pink)
P: Mbak Pretty, as a writer (blue)
C: Cipa, as a random thinker (green) *it's is me!*
A: Novel Bintang dan Cahayanya ini sebenarnya bercerita tentang apa sih?
P: Novel ini intinya menceritakan kehidupan Alin, remaja yang masih labil dalam menghadapi adiknya yang autis. Meski dia kerepotan berinteraksi sama adiknya, tapi sebenarnya Alin selalu berusaha jadi kakak yang baik.
A: Apakah novel ini merupakan cerita hidup Mbak Pret sendiri? Karena setelah membaca dan menyelidikinya dari profil penulis serta ucapan terimakasih, ada banyak kesamaan nama dan tokoh.
A: Ceritakan dong proses kreatif dari penulisan novel ini?
A: Adakah kesulitan yang sering Mbak Pret hadapi saat menyelesaikan tulisan ini?
A: Lalu, bagaimana cara Mbak Pret sendiri menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut?
A: Adakah orang atau sesuatu yang menginspirasi Mbak Pret untuk menulis ini - selain Mama dan Sherly yang disebutkan di awal cerita?
A: Seperti yang disebutkan di profil, kenapa Mbak Pret lebih memilih fokus menjadi seorang penulis?
A: Bagaimana sih perasaan Mbak Pret pada saat novel ini sudah terbit? Merasa puas atau bangga, nggak?
A: Apa harapan Mbak Pret terhadap novel Bintang dan Cahayanya ini?
A: Lalu, bagaimana pendapat Mbak Pret terhadap reviewer seperti aku? Reviewer itu seperti apa sih di mata Mbak Pret?
Nah, itu tadi 10 pertanyaan yang kuajukan untuk Mbak Pretty. Tapi, karena belum puas, aku mengajukan satu pertanyaan lagi nih!
Alina Lovita Wahab, seorang cewek berusia 17 tahun harus memikul beban paling berat di hidupnya. Memiliki seorang adik yang punya Gangguan Spektrum Autisme ternyata nggak semudah yang ia bayangkan. Banyak yang harus Alin korbankan di masa remaja.
Mengikuti emosi, Alin bertindak nekat. Hingga orang yang paling ia sayang di jagat raya harus menanggung akibat—kecelakaan yang membuat Bunda hampir menuju cahaya yang menuntunnya ke surga. Apa yang paling kau takuti di dunia ini? Mimpi buruk bernama kesendirian…
Sanggupkah Alin bertahan menghadapi masa remaja yang seharusnya berwarna? Bisakah ia menjadi bintang yang bercahaya di tengah gelapnya langit bernama kenyataan dan rahasia? Bagaimana Mikael hadir dan menjadi malaikat penjaganya? Suatu saat kita akan menjadi bintang paling terang dijagat raya. Kamu bintangnya, Kakak cahayanya.
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)
Nama : Fransisca Susanti
ReplyDeleteTwitter : @siscacook
Link share : https://twitter.com/siscacook/status/594641904127647745
Follow by GFC : Santi Wiryawan
Jawaban :
Awalnya pasti perasaanku sedih karena penderita autisme harus berjuang lebih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, tapi aku tetap senang akan kehadirannya dan berusaha membuat dia merasa nyaman walaupun dia mempunyai kekurangan karena penderita autisme tetap bisa hidup normal dengan bantuan terapi sejak dini. Bahkan penderita autisme kebanyakan cerdas. Aku akan tetap menyayanginya dan lebih memperhatikannya. Misalnya, penderita autisme biasanya sulit berinteraksi sosial, hidup di dunianya sendiri, ataupun memahami emosi orang lain sehingga aku akan bermain bersamanya, misalnya main lego bersama, membaca buku dongeng bersama, apapun yang bisa menciptakan kebersamaan. Mungkin akan baik jika kami mempunyai seekor binatang peliharaan, misalnya puppy atau anak kucing supaya adikku tersebut bisa belajar memahami emosi. Biasanya penderita autisme emosinya meledak-ledak sehingga aku berusaha menstabilkan emosinya, misalnya dengan olahraga bersama, seperti senam, yoga, dll karena dengan olahraga bisa membuat perasaan senang =) trims ^.^
Nama : Wulida Nadhila
ReplyDeleteTwitter : @jm_nim
Link share :https://twitter.com/Jm_nim/status/595082028309041153
Follow by GFC : Wulida.Nadhila
Jawaban : Yang pasti aku sedih, karena kehadiran adik yang selalu aku nanti-nantikan harus berjuang membiasakan diri dengan lingkungan. Tapi aku tetap senang karena aku telah lama menantikan datangnya adik. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar ia selalu merasa nyaman di lingkungan tempat tinggalnya dan selalu bahagia. Aku akan selalu menyayanginya dan mengajari banyak hal. Yang aku tahu rata-rata penderita autis sebenarnya cerdas. Aku akan mengajarinya menjahit dan merajut sehingga ia bisa berguna bagi lingkungan dan lingkungan sekitar tidak memandangnya sebalah mata.
Nama : Ade Delina Putri
ReplyDeleteTwitter : @adedelinaputri
Link share : https://twitter.com/adedelinaputri/status/595097304572428288
Follow by GFC : Ade Delina Putri
Jawaban: Sedih itu pasti. Tapi semua yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Allah menciptakan (semisal) adikku autis, karena Allah tahu aku dan keluargaku sanggup menghadapinya. Mampu menjaganya dengan baik. Sekalipun pada kenyataannya aku belum pernah berhubungan langsung dengan penderita autis, berdasar cerita teman-temanku, mereka hanya butuh untuk didengar dan kejelasan dari cara kita bicara. Jadi jika bicara dengan mereka, intonasi harus benar-benar jelas agar mereka mengerti. Dan itu yang akan aku lakukan pada adikku :)
Nama: Neneng Lestari
ReplyDeleteTwitter: @ntarienovrizal
link share: https://twitter.com/nTarienovrizal/status/595136916997017600
follow by GFC: Neneng Lestari
"Bagaimana perasaanmu ketika mempunyai seorang adik autis?"
Aku punya persamaan dengan penulis buku ini, kalau penulisnya punya adik perempuan autis, aku memiliki seorang kakak yang cacat fisik dan mental. Memang tidak sama, tapi aku bisa anggap itu sebagai persamaan kasus. Sama-sama memiliki saudara yang tidak sempurna
Sehingga kalau ditanya perasaanku, justru aku jawab bahagia.
Awal-awal ketika aku beranjak dewasa mengetahui kakakku tidak sempurna, aku minder. Tapi lama kelamaan mama terus menasehati kalau itu semua pemberian Tuhan. Apa yang harus disedihkan? sedih sama saja tidak menerima keputusan-Nya.
dimana letak bahagiaku?
ketika aku bisa merasakan bebas bersekolah, bertemu dengan teman-teman, berbincang, tertawa, pernahkah berpikir kalau kakakku bisa melakukannya? Justru disitu membuat aku berpikir ulang untuk menikmati semua yang telah Allah berikan.
Pernahkah kakakku mengeluh ketika ia harus menghabiskan seluruh waktu hidupnya dirumah? Jadi kenapa aku harus merajuk/ngambek ketika orang tuaku sekali-kali tidak mengizinkan aku pergi kesuatu tempat bersama teman-teman.
Pernahkah kakaku mengeluh ketika ia harus selalu makan makanan menyerupai bubur setiap harinya? Jadi kenapa aku mengeluh kalau sekali-kali dirumah hanya terhidang tempe atau telur.
pernahkah kakakku protes ketika dia tidak selalu mendapat baju baru? Jadi kenapa aku harus mewajibkan baju baru dalam daftar belanjaku.
Intinya membuat aku bersyukur. Kalau dibilang tidak pernah bertengkar, itu pasti bohong. Aku suka marah ketika ia masuk ke kamarku dan mengacak barang-barang yang ada. Tapi biasanya aku lampiaskan meninju bantal guling hehe. Nah satu lagi kan pelajarannya, belajar sabar.
Jadi punya saudara tidak sempurna itu bukan untuk disesali atau alasan buat kita bersedih. Jadikan saudara kita itu untuk bahan renungan bahwa masih ada orang disekitar kita yang lebih kekurangan, jadi jangan merasa kalau kita yang "sehat" merasa kurang sempurna
Ada hal-hal yang tidak bisa diubah, terutama takdir. Lalu kalau ditanya bagaimana perasaanmu ketika mempunyai seorang adik autis jawabannya adalah saya tidak akan pernah menyesal, sedih mungkin. Lagi pula untuk apa menyesal? Apakah dengan penyesalan itu akan membuat adik saya kembali normal? Tidak kan?
ReplyDeleteDaripada menyesali hal-hal yang tidak bisa diubah lebih baik saya menggunakan waktu saya untuk melakukan kebaikan. Membantu orang itu keren. Dan saya ingin membantu adik saya melewati hari-harinya dengan menyenangkan dan lebih berwarna. Berusaha meyakinkan adik saya bahwa ia tidak sendirian. Ia bersama orang-orang yang menyayanginya.
Kalau suatu saat nanti ia bertanya : "Kenapa aku tidak punya teman atau kenapa aku berbeda?" dengan penuh rasa sayang aku akan menjawabnya. "Kau istimewa, kau bersama orang-orang yang mencintaimu. Dan mereka lebih dari sekedar teman, mereka adalah keluarga dan saudaramu. Kau tidak akan pernah sendirian."
Nama : Rina Eko Wati
Twitter : @HikariMio
Email : rinaeko87@gmail.com
Link Share : https://twitter.com/HikariMio/status/595542622359265280
GFC : Hikari Mio
Q: Bagaimana perasaanmu ketika mempunyai seorang adik autis?
ReplyDeleteA: Kalau mau jawaban yang paling jujur ya aku tidak tahu. Aku tidak tahu akan bagaimana perasaanku jika mempunyai adik autis karena pada nyatanya aku memang tidak memiliki adik atau saudara yang autis. Mungkin seperti yang lain, akan merasa sedih. Mungkin juga ada rasa kecewa kepada Tuhan kepada harus begini yang diberikan kepada kami. Bisa juga pasrah saja ikhlas menerima apa yang sudah ditakdirkan oleh-Nya.
Kurasa mengurus anak autis tidak sesulit seperti sedang berinteraksi dengan orang yang bawaannya super sensitif. Ya, orang yang kukenal yang rada aneh ya cuma yang seperti itu. Di keluarga besarku ada tuh yang kayak gitu. Dia tidak gila, tidak pula autis, tapi entahlah, aku bingung mengkategorikan penyakitnya itu jenis apa. Yang pasti dia jadi orang yang sangat menyebalkan kalau sedang kumat. Kita harus serba hati-hati ketika sedang berbicara padanya bahkan saat sedang tidak bicara dengannya karena dia sering merasa kesinggung sendiri seolah orang lain sedang membicarakannya. Nah, repot kan? Kalau autis itu justru yang kutahu lebih cuek dengan keadaan sekitar.
Tapi toh ujung-ujungnya manusia tetap harus legowo dengan apa pun yang sudah Tuhan beri. Ya kan?! ;)
Nama: Aya Murning
Twitter: @murniaya
Email: ayamurning@gmail.com
Link share: https://twitter.com/murniaya/status/596304879590703104
"Bagaimana perasaanmu ketika mempunyai seorang adik autis?"
ReplyDeleteHemz, mungkin sama kasusnya !!aku bukan autis tapi lebih ke minder sama orang. Bahkan keluarga ku mengatakanku bahwa aku idiot. Aku memang tidak mudah bergaul seperti orang lain ,bukan berarti aku tidak mau bergaul tapi lebih soal kenyamanan.
Jika aku memiliki adik autis aku akan mensupport dia, tidak mendiskriminasikan karena dia berbeda. Aku tau rasanya dikatain dan itu membuatku hatiku hancur sehingga membuatku semakin minder. Aku akan memberlakukan dia seperti orang normal pada umunnya yang memiliki perasaan,kekurangan dan juga kelebihan.
nama : eny
twitter : @enythxz
email :enytok03@gmail.com
link twitter : https://mobile.twitter.com/Enythxz/status/596928064199655425?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C3225054233
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBtw saya pertama liat Bintang dan Cahayanya di Goodreads:D
DeleteNama : rizqa nurul hidayanti
ReplyDeleteTwitter : @nurul_rizqa
Link share :https://twitter.com/nurul_rizqa/status/596978548063080448
email: rizqanurulhidayanti@yahoo.co.id
Follow by GFC : riezqha n.h
Karena dalam kehidupan nyata aku tidak memiliki adik, pastinya aku rada kecewa karena Tuhan memberikan ujian berat padaku. Tetapi aku bisa apa? yang bisa aku lakukan hanyalah menerimanya. mau ataupun tidaak mau aku harus menenrima kehadiran adikku tersebut. Aku akan berusaha menyayangi dan melindungi adikku yang kekurangan. Ketika aku memiliki banyak waktu bersama adikku maka aku akan lebih mengenalnya sehingga aku menganggap dia sama seperti orang normal yang lain ^^
Nama : Wening Purbawati
ReplyDeleteTwitter : @dabelyuphi
Link share :https://twitter.com/DabelyuPhi/status/597548739121799168
email: dabelyu_phi@yahoo.com
Follow by GFC : Wening Purbawati
Q: "Bagaimana perasaanmu ketika mempunyai seorang adik autis?"
A: mungkin aku tidak akan terlalu tahu bagaimana rasanya jika aku mempunyai adik seorang autis karena aku sendiri pun mempunyai banyak ketidaksempurnaan. tapi aku punya saudara yang anaknya menderita autis, bisa dibilang kalau anak itu masih keponakanku. dan aku merasa sedih setiap kali aku bertemu atau hanya sekedar melihatnya dari kejauhan.
menurutku, autis itu bukanlah sebuah penyakit atau sebuah kecacatan dari seseorang, tapi justru lebih kesebuah anugrah dan kelebihan yang diberikan Tuhan kepada seseorang. karena anak autis itu anak yang istimewa, tapi karena satu keistimewaannya itu ada hal-hal lain yang tidak sempurna.
mengurus anak autis mungkin terkadang terlihat sulit, tapi ketika kita mengurusnya dengan kesabaran dan melimpahinya dengan banyak kasih sayang, anak autis akan bisa berinteraksi normal dengan orang-orang sekitarnya.