Untuk benar-benar menjadi
seorang kutu buku, kau harus lebih menyukai dunia fiksi daripada dunia nyata. (hal. 314)
Judul: Fangirl
Penulis:
Rainbow Rowell
Penerjemah:
Wisnu Wardhana
Penerbit:
Spring (imprint Haru)
Tebal:
454 halaman
Rating:
★★★★
Harga:
---
Cath dan Wren adalah saudara kembar identik. Mereka adalah penggemar fanatik
karya-karya berjudul Simon Snow. Baiklah, semua orang adalah penggemar Simon Snow,
seri fantasi tentang penyihir di Dunia Mage itu. Tapi, Cath bukan sekadar fan yang
membaca tiap serinya, ia adalah seorang fanatik yang bahkan menulis fanfiksi
untuk karya dari Gemma T. Leslie tersebut, bersama dengan Wren.
Ini
sebabnya Cath menulis fanfiksi. Untuk saat-saat ini, ketika dunia mereka
menggantikan dunia nyata. Ketika ia bisa menunggangi perasaan mereka terhadap
satu sama lain seperti ombak, seolah sesuatu yang jatuh menuruni bukit. (hal.
102)
Keduanya
menulis fanfiksi tersebut di sebuah website
bernama Fanfixx.net dengan nama Magicath dan Wrenegade. Walaupun
mengambil tokoh dari cerita karangan GTL tersebut, menurut mereka—terutama Cath—Simon
dan Baz tidak lagi saling bermusuhan, bahkan mereka saling jatuh cinta.
Fanfiksi berjudul Carry On, Simon
tersebut malah mendapat hit sampai 35.000, bahkan banyak orang-orang yang menanti
Cath untuk dengan segera melanjutkan ceritanya.
“Inti
dari fanfiksi adalah bahwa kau harus bermain di dalam alam semesta orang lain.
Menulis ulang aturannya. Atau membengkokkannya.” (hal. 131)
Namun,
semua berubah semenjak mereka kuliah di UNO, Nebraska. Cath dan Wren tidak lagi
terlihat sering bersama. Ada banyak alasan tentunya, mulai dari keinginan Wren
memisahkan diri dari Cath—dia hanya
ingin dilihat sebagai Wren, bukan saudara kembar Cath—, memiliki kamar asrama
yang berbeda, hingga perilaku keduanya semasa kuliah disana yang berbanding
terbalik.
Cath
adalah seorang introvert yang hanya
menyenangi dunianya sendiri, ia terpaksa sekamar dengan Reagan—yang terlihat jutek tapi baik hati walau sering membawa
teman cowoknya ke kamar mereka—dan lebih senang menulis fanfiksi daripada harus
bergaul dengan teman-teman kampusnya. Berbeda dengan Cath, Wren yang sekamar
dengan Courtney cenderung
menghabiskan waktu kuliahnya untuk hal-hal seperti berpesta, mabuk-mabukan, dan
berkencan.
Dalam
situasi baru, semua peraturan yang paling sulit adalah yang tidak ada seorang
pun mau menjelaskannya. (Dan yang tidak bisa kau cari di Google). (hal. 14)
Dan
terkadang kau memegang tangan seseornag hanya untuk membuktikan kalau kau masih
hidup, dan bahwa ada manusia hidup lain di sana yang menegaskan fakta itu.
(hal. 105)
Cath
yang memilih kelas Penulisan Fiksi akhirnya bertemu dengan Nick, partner menulis
yang asyik diajak berbagi soal penulisan walau terkadang karya fiksi yang
ditulis Nick terlalu banyak dikoreksi Cath. Hingga suatu saat, Nick mengkhianati Cath.
Itulah
keindahan menyusun kata-kata—keluarnya semakin mudah ketika semakin banyak kau
menulisnya. (hal. 444)
Terkadang
menulis itu seperti berlari menuruni bukit, jari-jarimu tersentak di belakangmu
di atas keyboard seperti yang kakimu lakukan ketika kaki-kaki itu tidak bisa
mengimbangi gravitasi. (hal. 445)
Ditambah,
Profesor Piper memberikan nilai F
pada tugas penulisan fiksinya. Apa yang salah? Cath hanya menulis fanfiksi
seperti yang sering dilakukannya. Namun, Profesor Piper mengatakan bahwa fanfiksi adalah sebuah bentuk plagiarisme,
bukan mutlak sebuah karangan karena hanya mengambil tokoh yang sudah ada dari
penulis lain. Dan Cath benci itu, ia bahkan memutuskan untuk tidak akan
menyelesaikan tugasnya yang satu ini hanya karena ia tidak bisa jika bukan
tentang Simon yang ditulisnya.
“Penting.
Kalau kau diminta untuk menulis sesuatu yang orisinal, kau tidak bisa begitu
saja mencuri cerita orang lain dan menyusun kembali karakter-karakternya.”
(hal. 113)
“...
Tidak ada yang lebih memabukkan daripada menciptakan sesuatu dari nol.
Menciptakan sesuatu dari dirimu sendiri.” (hal. 274)
Ketika
Cath hampir putus asa, ayahnya dikabarkan mengalami mental illness saking gila kerjanya. Termasuk keadaan ketika Cath
menyukai teman cowok dari teman sekamarnya yang ternyata mantan teman
sekamarnya itu, Levi—mantan Reagan
sewaktu SMP. Dan lagi, masalah tentang Nick, karya fiksi 10.000 kata dari
Profesor Piper, keadaan Wren yang mabuk berat, hingga ia dihadapkan pada
pertemuan dengan ibunya yang telah meninggalkan mereka—Cath dan Wren—sewaktu mereka
masih kecil.
Apa gunanya memiliki saudari
kembar kalau kau tidak memperbolehkannya menjaga dirimu? Kalau kau tidak
memperbolehkannya berjuang di belakangmu? (hal. 121)
Belum
lagi, ia harus segera menamatkan fanfiksi Carry
On, Simon itu sebelum seri Simon Snow kedelapan akan dirilis dalam beberapa
hari ke depan. Ia bingung antara sembilan hari menuju launching Simon Snow dan Tarian Kedelapan, dua belas hari untuk tugas
penulisan fiksinya kepada Profesor Piper, dan empat belas hari menuju
kepulangan Levi ke Arnold. Akankah Cath mampu mengendalikan semuanya? Siapa
yang akan membantunya dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya itu? Baca
selengkapnya di Fangirl.
***
Ini
adalah buku pertama dari terbitan Penerbit Spring, dan buku pertama Rainbow
Rowell yang aku baca—FYI aja sih, dengan terjemahan bahasa Indonesia tentunya.
Syukurlah aku bisa menamatkannya dalam tenggat waktu yang tepat, kita mulai
dari mana ya?
|
Fangirl Cover Edition: 1. Kindle Edition - 2. Hardcover - 3. Paperback
|
Cover, too cute to
be true.
Siapa yang nggak tertarik dengan cover
manis Fangirl ala Indonesian edition
ini? Selain karena nggak jauh beda sama cover
aslinya berwarna hijau pastel, cover
ala Spring ini juga dibuat dengan karya desain masa kini. Menggambarkan Cath—berkacamata
dan dikuncir—yang menyandar pada Levi yang senantiasa bersama di sisinya
untuk mendengarkan cerita fanfiksi yang ditulis Cath, ditambah dengan bookshelf berisi seri fantasi Simon
Snow. Firstly, judge book by cover, xoxo.
Jangan
terlalu banyak berharap tinggi terhadap tokoh-tokohnya. Karena apa? Karena Cath—si
pemeran utama kita—bukanlah sosok yang cukup keren untuk dielu-elukan. Ia
terlalu penyendiri, penutup, dan kadang menyebalkan. Wren dengan perilakunya
yang menggambarkan anak muda Barat. Reagan yang bisa dibilang jutek tapi
aslinya baik hati—dan penurut pada Mom-nya. Hingga Levi, pacar Cath yang tidak
harus memiliki tampilan ala cowok-cowok keren tapi tetap setia dan siap sedia
kala Cath membutuhkannya dalam hal apapun. Mereka bukanlah tokoh seperti novel
kebanyakan, tapi bisa dibilang kalau mereka sebenarnya interpretasi dari hidup
kita juga, bahwa setiap manusia nggak harus selalu cantik, ganteng, imut, dan
sebagainya; mereka juga manusia yang
normal.
|
Thanks Spring ^^ |
Alur
yang diceritakan pun agak lambat sebenarnya, terlebih kalau kamu sudah merasa
bosan duluan semenjak awal baca bukunya, hingga akhirnya menyerah. Tapi...
begitulah cara Aunty Rowell
menuliskan ceritanya, kamu nggak akan tahu bagian mana yang mengejutkannya
sebelum kamu membaca habis keseluruhan isi buku yang satu ini. Jadi, sebelum
men-judge bahwa kamu nggak paham
isinya, saranku kamu harus benar-benar membaca semuanya deh!
Dari
segi latar, diambil di daerah bernama Nebraska—kampus kuliah—dan Omaha—rumah Cath,
Wren, dan ayahnya. Kadang juga tempat-tempat lain semacam Lincoln, dan beberapa
nama hall. Ini bisa dikatakan daerah
tempat tinggal penulisnya sendiri sih, jadi latar yang diceritakan apik dan
cukup mudah bagi kita membayangkan keadaan di daerah sana—terkecuali kalau kamu
memang pernah pergi ke Nebraska, Omaha, dan sekitarnya.
Mengenai
isi, walaupun alurnya agak lambat—oke, aku sudah
katakan ini—tapi aku tetap cukup menikmatinya. Inilah yang menarik, karena
seakan-akan cerita ini dibuat semurni mungkin mendekati kehidupan manusia
normal sebenarnya. Kadang ada percakapan yang penting-nggak-penting, tapi
sebenarnya... bukankah kita juga sering demikian, mengucapkan hal-hal yang
nggak perlu demi mengisi suasana hari? Setuju?
Dan
terhadap ‘kegilaan’ Cath terhadap fanfiksi Simon Snow itu, nggak masalah sih.
Setiap orang punya kesukaannya masing-masing menurutku, dan tingkat kesukaannya
pun beragam, ada yang biasa, lumayan, sedang, banget, hingga fanatik kebangetan
macam Cath. Yang penting, jangan sampai berlebih-lebihan aja sih, ya nggak? Dan
menurutku, soal fanfiksi adalah bentuk plagiarisme yang dikatakan Mrs. Piper
itu, memangnya benar ya? Sejauh ini aku belum baca tentang hal itu, tapi
menurutku kalau fanfiksi ini hanya sekadar karya untuk mengapresiasi karya
orang lain juga, nggak masalah, selagi tujuannya bukan untuk komersil dan ‘memanfaatkan
kesempatan’. Ya kalau di luar itu, kembali pada hak ciptanya sendiri sih.
Last but not least, aku suka gaya menulis Aunty Rowell dalam Fangirl ini, ya
terkadang ada beberapa terjemahan dan typo
yang kurang sreg sih, dan itu bukan masalah besar. Semoga ke depannya, Spring
sebagai penerbit baru yang mengkhususkan menerbitkan buku terjemahan Barat bisa
lebih baik lagi ya. Boleh request
menerjemahkan Landline dari Rainbow
Rowell juga nggak? Aku ikutan jadi proofreader-nya
juga deh *ups*
Dan
kamu, yang penasaran dengan anak pertama Spring ini, yuk dibeli bukunya di toko
buku. Bisa online juga via OwlBookStore.co.id atau toko buku online kesayangan kamu. Psst, datang
juga ke Indonesia International Book
Fair ya, disana Fangirl dijual dengan diskon, lho :P
“ketika
kau menyadari ada seorang cowok yang menatapmu dengan pandangan berbeda—bahwa kau
memenuhi lebih banyak tempat di bidang pandangnya. Saat itulah ketika kau tahu
dia tidak bisa melihat hal lain selain dirimu lagi.” (hal. 41)
“Aku
tidak perlu mengikuti aturan apa pun. Buku aslinya sudah ada; bukan tugasku
untuk menulisnya ulang.” (hal. 131)
Kalau kau mempelajari sesuatu
yang tidak dipedulikan oleh siapa pun, apa itu berarti semua orang akan
membiarkanmu sendirian?
(hal. 272)
“Aku
bukan kau. Membuat orang bahagia membuatku senang. Bahkan, itu memberiku lebih
banyak energi untuk orang-orang yang kusayangi.” (hal. 312)
“Hidup
bahagia selamanya, atau bahkan hanya bersama
selamanya, bukan murahan,” — “Itu adalah hal paling mulia, seperti hal yang
paling berani yang bisa dicapai oleh dua orang.” (hal. 406)
by.asysyifaahs(◕‿◕✿)