[REVIEW] Tak Kemal Maka Tak Sayang - Kemal Palevi

Saturday, May 2, 2015

Satu saran dari gue: kita akan lebih banyak belajar dari praktek di lapangan daripada hanya sekadar belajar teori. (hal. 90)

Judul: Tak Kemal Maka Tak Sayang
Penulis: Kemal Palevi
Penerbit: Bukune
Editor: Syafial Rustama
Proofreader: Moh. Rido
Penata letak: Irene Yunita
Desain sampul: Gita Mariana
Ilustrator: Arya Novrianus
Foto cover: Edward Suhadi
Tebal: 176 halaman
Harga: Rp. 40.000,-
Rating: ★☆

Kemal Palevi, anak gawl Samarinda yang hijrah ke Jakarta dan terkenal karena kegentengannya, iya genteng! Manusia terabsurd yang entah kenapa, bisa-bisanya jadi Runner Up Stand Up Comedy Indonesia 2 *dilempar unta Arab*.

Tahun 2013 lalu, comic dengan hidung mancung ini menelurkan buku pertamanya. Sama seperti komedian-komedian sejenis, makin banyak penulis yang berasal dari comic-comic SUCI. Entah karena pengin dunia baru, atau sengaja biar ketenaran mereka makin ngeksis di segala bidang. Well, aku mah senang-senang aja, asal mereka lucu.

Gue nih, paling nggak suka sama orang yang balikan. Udah tahu pernah gagal, kok nggak kapok? Heran. Ibaratnya udah tahu kalo jalan itu berlubang, eh tetap aja lo lewatin lagi. Udah pasti lo akan jatuh yang di lubang yang sama. (hal. 59)

Buku ini adalah personal literature Bang Kemal yang dimulai dari asal-usul keberadaan Tutur Tinular, eh maksudnya Kemal Palevi di dunia, yang mengundang banyak pertanyaan: emaknya Surabaya, bapaknya Samarinda, lah kenapa anak sulungnya kayak orang Saudi Arabia? Keanehan-keanahen ini kemudian membuat Kemal melakukan hipotesis alias kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, kenapa dia punya wajah Arab yang berbeda dengan bokap, nyokap, dan tentunya adiknya yang nggak terkenal *eeh.

Kisah berlanjut seputar kehidupan Kemal semenjak SD hingga kuliah, yang mostly nggak jauh-jauh soal pacaran ala dia saat itu. Juga, diceritakan tentang kesibukan Bang Kemal sewaktu masih menjadi siswa. Dapat disimpulkan, ganteng-ganteng demikian ternyata dia juga aktif di OSIS, anak basket, sekaligus... kasti. Nggak heran deh, kenapa dari dulu nggak banyak yang mau pacaran sama dia, mungkin Bang Kemal salah satu anak basket pada masanya yang nggak digandrungi cewek-cewek cantik *ketawa setan*.

Ya, pahit-manis terada di bibir-lah, tapi gue ngerasa fun, kok. Karena ada satu hal yang kita dapat dari dikerjain senior: sesama angkatan OSIS jadi makin kompak. (hal. 20)

Di buku ini juga, aku sedikit kecewa dengan tambahan isi yang (mungkin) seharusnya nggak perlu ada, kayak ramalan bintang, daftar film favorit, sampai pemikirannya tentang Indonesia. Untuk tips dalam berpacaran sih menurutku nggak papa, cuma yang kusebutkan tadi kayaknya agak ganggu gitu, lho! Belum lagi, tata letak judul buku ini masih dirasa belum sinkron, aku menduga karena hal ini harus tumpang-tindih dengan ilustrasi dari Bang Arya.

Mungkin, dari hal yang boleh kusukai, aku hanya suka bagian cerita tentang Bang Kemal—pure tentang dia, ditambah ilustrasi yang ada. Beda lagi dengan film yang memiliki judul sama dengan buku ini, aku malah lebih asyik nonton filmnya ketimbang baca bukunya. Di film, kita akan berkenalan dengan Khalil, Nanda, Raisya, Putri, dan lainnya, yang kurasa belum kutemukan satu pun di buku ini karena Bang Kemal merahasiakan nama cewek menjadi... Mawar *itu kenapa si Mawar dibawa-bawa terus sih?*. Padahal, bukunya sudah masuk cetakan ketiga lho untuk copy yang kupunya.

Biarin ajalah kalo temen-temen lo bandel dan suka berbuat hal-hal tidak baik, kita nggak usah ikut-ikutan. Belajar aja yang benar dan bahagiain kedua orangtua. Entar juga kalo lo berprestasi, pasti lupa, deh, buat ngelakuin hal yang jelek-jelek. Lo bakal jadi terkenal dan keren di mata teman-teman karena prestasi! Otomatis, pujaan hati lo pasti ngelirik, dan bukan nggak mungkin juga nantinya doi malah naksir! Jadi, berprestasilah selagi masih ada kesempatan untuk melakukannya. (hal. 51)

Yah, namanya juga buku pertama, tapi maap-maap nih, ini baru pertama kalinya aku kasih review dan rating buku yang rendah sejauh ini. Nggak begitu membosankan, tapi hanya menyayangkan Bang Kemal belum memberikan yang terbaik. Semoga, kalau ada kesempatan lagi, Bang Kemal bisa bikin buku yang jauh lebih segar dan lebih menarik dibaca ya. Ulun siap nunggui bubuhan ikam, Bang :D

Kadang gue ngerasa, rasa malu di antara kita udah jadi barang langka. (hal. 165)

Menurut gue, alay itu state-of-mind, bukan penampilan atau selera. (hal. 171)

by.asysyifaahs(◕‿◕✿)

7 comments:

  1. Padahal covernya unyu gitu...
    Ada doodlenya:))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena bukan hanya soal covernya sih Kak, awalnya aku overrated saking doodle-nya yang ngegemesin, tapi ya gitulah...

      Delete
  2. Ulun kecewa bang ai sama buku ini. Kada sesuai banar sama harapan ulun :)
    /Staph bahasa banjarnya/

    Iya, emang buku ini buat over rated banget. Kupikir aku aja yang lose sense of humor sampe gak nganggap buku ini lucu. Dan banyak isinya yang berasa cuma untuk nembus batas minimal naskah bisa baik cetak. Padahal kali bang Kemal fokus ceritain perjuangan doi di Jakarta pasti seru. Kan biasanya orang Kalimantan sering kena kultur shock kalo keluar kalimantan :)

    Bdw, bubutan itu artinya kelompok / geng loh. Dan bahasa banjarnya lumayan juga kamu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya tuh Kak, aku ngerasa kecewa aja kali ya. Ekspektasiku berlebihan, dan sayangnya filmnya lebih kece dibanding bukunya. Cerita di film terkesan bukan 'behind the book' tapi cerita Kemal yang ditulis sendiri sama skenarionya.

      Eh, aku pernah setahun tinggal di Kalsel lho :D

      Delete
    2. Kalsel itu tempat kelahiranku loh. Tapi setelah bertualang(?) keliling kalimantan, akhirnya menetap di Balikpapan XD

      Kadang kita ini selalu jadi korban ekspetasi sendiri karena merasa penulisnya di dunia nyata lucu, oke pasti bukunya juga lucu. Tahunya...... :"))

      Delete
    3. Oh iya? Waaah, aku kangen kesana lagi euy, 8 tahun yang lalu ><

      Iya ish miris, tapi katanya BangKem mau bikin buku motivasi. Nah lho, itu dia bakal jadi kayak MT gitu?

      Delete
    4. Aku gak bisa bayangin doi jadi motivator...

      Delete

Review di a, Greedy Bibliophile adalah pendapat suka-suka yang sifatnya subjektif dari si empunya blog. Aku berusaha jujur, karena barang siapa jujur sesungguhnya dia masih hidup.

Aku nggak pernah memaksa kamu untuk setuju dengan pendapatku sendiri. Jangan sebel, jangan kesel, kecuali kamu mau itu menjadi beban besar yang berat ditanggung.

Boleh komentar, boleh curhat, boleh baper, tapi jangan promosi jualan obat atau agen judi bola. Tulis dengan bahasa manusia yang sopan dan mudah dimengerti ya.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada cerita yang bermanfaat, jangan lupa kuenya boleh dibawa. Asal tulisan aku jangan dicomot seenak udelmu.

tertanda,

yang punya cerita

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
a book blog by @asysyifaahs